setelah beberapa hari aku tinggal di rumah buk ningsih, aku memutuskan untuk pergi, aku tidak mau terus menerus membebani perjalanan hidup buk ningsih dengan keberadaan ku.
"Buk ningsih"
sapa ku saat dirinya tengah menjahit baju hakim.
"Iya ada apa nduk?"
tanyanya padaku sembari menatap wajah ku.
"Aku, sudah cukup banyak merepotkan buk ningsih, aku tidak mau bila harus merepotkan buk ningsih terus menerus"
jawabku penuh kesedihan harus meninggal bik ningsih.
"Tapi nduk"
belum selesai berbicara aku pun segera memotong pembicaraannya nya.
"Buuuk, saya mohon sama buk ningsih, biarkan saya menjalani hidup saya tanpa menyusahkan orang lain, termasuk buk ningsih"
"Baik lah nduk, bila itu mau mu, ibuk tidak bisa berbuat apa-apa, tapi ingat jika terjadi sesuatu apa pun pada mu, segera hubungi kami ya, kami ini adalah keluarga mu"
ucapannya sembari menetes kan air mata.
"iya buk, pasti"
jawabku lembut sembari menyenderkan kepalaku di bahunya "
sesaat kemudian aku pun bersiap siap untuk pergi, tiba tiba hakim datang, dan tumben sekali berbicara.
"Kamu mau kemana?"
tanya nya dari arah pintu.
"Aku mau pergi, makasih ya sudah memberikan aku tumpangan di rumah kamu"
Namun lelaki itu tak menjawab, hanya saja aku bisa melihat dari ekspresi wajah nya, sepertinya dia sedih ketika tau aku akan pergi, terlihat aneh bukan!!!.
"Memangnya kamu mau kemana?"
tanya hakim sembari duduk di kursi kayu ini.
"Hmmmmm, aku akan mencari tempat tinggal di mana pun itu, aku akan belajar hidup tanpa menggantungkannya pada orang lain"
jawabku dengan yakin.
"Aku bakalan antar kamu kemana pun, sampai kamu menemukan tempat tinggal silvia"
pintanya dengan tulus.
"Sudahlah hakim, aku bisa jalan sendiri kok, aku gak mau terus menerus menyusahkan kamu"
sahutku sembari menutup resleting tas ku, setelah selesai aku memanggil buk ningsih yang ada di dapur sedari tadi.
"Buuk"
"Iya nduk"
buk ningsih segera keluar membawa wadah yang berisi kan makanan, sepertinya sih ayam goreng krispi, dan di sertai nasi, juga lauk lauk yang lainnya.
"Buk aku pamit ya"
ucap ku sambil bersalaman lalu memeluk buk ningsih.
"Iya nduk, ini ibuk buatkan kamu ayam goreng, sama nasi dan lauk yang lain nya, nanti bisa nduk makan kalau sudah lapar ya nduk, telfon hakim kalo ada apa apa"
pinta buk ningsih dengan nada lemah lembut, aku semakin enggan untuk jauh dari buk ningsih, tapi mau bagaimana lagi, aku tidak mau terus menerus menyusahkan orang lain.
"Buk aku izin mau pergi ngantrein silvia, sampai dia nemuin tempat tinggal"
kata hakim sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Iya hakim, kamu tolong jaga nduk silvia baik baik ya"
pinta buk ningsih.
"Iya pasti buk"
jawab hakim sembari bersalaman pada ibunya.
Kami pun berangkat, aku melambaikan tangan pada buk ningsih, dia orang yang telah menyelamatkan aku dari kejaran papa monster ku.
Kini jam menunjukkan pukul 12:19, aku mulai mengantuk, tapi aku menahannya, aku akan tidur setelah aku sampai ke tempat tinggal ku saja, kemudian kami berhenti di suatu tempat.
"Kita di mana ini?"
tanyaku.
"Kita lagi ada di kawasan rumah kos, di sini kamu tinggal pilih mau kosan yang mana?"
tanya hakim.
"Emm sepertinya aku mau cari pekerjaan saja"
jawab ku dengan wajah menunduk.
"Pekerjaan apa?"
tanya lagi hakim.
"Pekerjaan yang langsung sama tempat tinggalnya, misalnya bekerja sebagai asisten rumah tangga"
jawabku dengan penuh semangat.
"Baiklah ayok kita cari"
ajak nya.
"Eh tunggu, kita makan dulu yuk, aku udah laper nih"
ajak ku kemudian tak sengaja memegang lengannya.
"Ehh sorry"
kata ku dengan kikuk.
Kami kembali ke mobil, dan mencari tempat yang nyaman untuk makan, dan akhirnya kita berhenti di sebuah tempat yang luas, ada pohon besar disana, hakim mengajak ku ke bawah pohon itu, begitu sampai, udaranya sangat sejuk, aku juga bisa melihat gunung di sebrang sana, dan melihat pepohonan di bawah sana, juga bisa melihat rumah dan jalan, dari kejauhan, tempat yang aku tempati kali ini ternyata cukup tinggi sekali, angin kencang membuat rambut panjang ku menari nari dengan indah, sesekali aku melihat hakim yang berdiri di belakang ku, setelah selesai meletakkan tas ku dan makanan di bawah pohon, dia berdiri di belakang ku, sepertinya dia suka melihat ku, aku masih ingin menikmati keindahan di bawah sana, kicauan burung yang indah, menambah suasana semakin indah, juga romantis.
"Silvia"
panggil hakim dengan lembut.
"Iya hakim, ada apa?"
jawab ku tak kalah lembut, sembari membalikkan tubuh ini menghadap dirinya.
"Ayo makan, aku takut kamu sakit kalo gak cepet makan"
jawab nya, sembari melekat kan tatapan mata nya, pada ku.
"Iya ayok, tapi... suapin aku ya"
goda ku pada hakim.
"Iya gantian tapi"
sahutnya tak kalah menggoda.
Akhirnya kami mulai makan, ibu ningsih lupa tidak memberikan piring atau apa yang bisa di buat wadah saat makan, terpaksa kami menggunakan satu tutup wadah untuk kami ber dua, sungguh romantis bukan? baru kali ini aku makan ber dua seperti ini, rasanya jantung ku berdebar, aku dan hakim malu malu saat mau makan, sendok pun tidak ada, kami berdua pun menggunakan tangan untung kami membawa air.
"Ayok kamu makan dulu"
kata hakim sembari tersenyum malu-malu.
"Ayook, aku malu"
kataku manja padanya.
"Gak, gak boleh malu, kamu harus makan sini aku suapin"
katanya sambil mengambil sesuap nasi.
"Enggak, aku mau makan sendiri aja"
jawab ku.
"ya udah"
sahutnya sembari memasukkan satu suapan pada lisan nya.
"Emmmmmm"
suara hakim membuat aku pengen makan juga.
Aku pun mencoba memasukkan satu suapan, rasanya susah sekali, aku belum pernah makan menggunakan tangan, di sini hakim mengajari ku caranya makan menggunakan tangan yang benar.
Saat tengah makan, hakim tanpa sengaja membersihkan makanan yang ada di bibir aku, aku tiba-tiba menatap nya, entah kenapa tatapan ku, susah untuk di alihkan, memandang wajahnya yang tampan, membuat aku terasa nyaman, begitu pun hakim dia juga memandangi wajahku dengan lekat.
Sesaat kemudian kami sadar dari lamunan, aku merasa puas dengan lamunan ku, sembari menatap wajahnya, jantung yang terus berdebar kencang, membuat aku tidak bisa fokus makan.
"Aku sudah ya, aku sudah kenyang"
pinta ku pada hakim.
"Iya aku juga"
jawabnya sembari mulai membereskan makanan nya, aku juga ikut membereskan.
setelah selesai kami melanjutkan perjalanan, tak begitu jauh dari tempat itu, kami sudah menemukan rumah mewah yang bertanda di gerbangnya sedang membutuhkan tenaga kerja, sebagai baby sitter, aku langsung mencoba untuk mengajukan diri ku, aku berharap bisa di terima dengan baik di pekerjaan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Matahari
apa hakim menyukai Silvia
2023-01-21
1
Jhuwee Bunda Na Alfaa
smoga aja cpat dpat krja
2023-01-21
1
Hielmeera🍒⃞⃟🦅
padahal masih pngin nmboh.
2023-01-21
1