Setelah sholat subuh dia mengajak ku kesuatu tempat, dia mengajak ku mengendarai mobil pick up, ada seorang lelaki yang menyetir di sana, di perjalanan perempuan itu memperkenalkan dirinya.
"Oya kenalin nama saya ningsih
kalo kamu siapa nduk?"
tanya nya dengan lemah lembut.
"Nama saya silvia"
jawab ku, dengan ramah.
"Saya dengar waktu nduk berdoa tadi, nduk bilang mamanya menghilang, dan minta teguran untuk papa nya?
kalo boleh tau sebenarnya ada apa nduk?"
Aku pun menceritakan yang sebenarnya pada orang yang menolongku, agar dia juga bisa membantu ku menyusun strategi untuk tindakan yang akan aku ambil selanjutnya. terimakasih telah membantu ku keluar dari kejaran monster papa itu.
Hari mulai siang, aku melihat jam di pergelangan tangan ku, menunjukkan pukul 09:08, aku melihat buk Ningsih juga tertidur, aku menatap peria yang sedari tadi menyupir, aku mau bertanya sebenarnya mau kemana?, tapi aku segan sekali, sudah di beri tumpangan masih kepo, aku pasrah aku pergi tanpa tujuan, yang penting tidak bertemu dengan papa dulu.
Aku bukan hanya meninggalkan papa, tapi aku juga meninggalkan sekolah ku, tak apa lah, yang penting diriku selamat.
pick up, kini masuk ke kota, aku ingin sekali duduk di belakang, sambil menikmati pemandangan, tapi masih ada besit trauma di dalam hati ku, dengan kelakuan monster papa.
Akhirnya kami berhenti di sebuah rumah kecil kumuh, kotor, buk ningsih sengaja ku bangunkan.
"Bukk, sudah nyampe"
kata ku membangunkan nya.
Buk ningsih segera bangun, dan masih setengah sadar, mungkin sukma nya belum menyatu, setelah nya kami turun, aku betul betul gak menyangka harus tinggal di rumah kumuh kecil seperti ini, tapi ya sudahlah akan aku terbiasa kan diri ku di sisni.
Kemalam hari nya, aku membantu buk ningsih yang sedang memasak di dapur.
"Buk sedang masak apa?"
tanyaku lirih.
"Oh ini nduk ibuk masak ayam goreng buat kamu"
jawab nya sembari tersenyum pada ku lalu pada ayam goreng.
"Buuuk, lain kali gak usah repot repot ya?"
pintaku sembari mengelus bahunya.
"Ndak papa nduk, ayok kamu duduk di meja makan, biar ibu siapkan piring nya, ayam nya sudah matang"
"Biar aku sendiri yang ambil piring buk ningsih"
pintaku dengan lembut.
Saat semuanya telah siap, ibu memanggil seorang bernama hakim, dan muncul lah lelaki yang menyupir pick up tadi siang, aku belum sempat kenalan dengan nya, dan sepertinya dia sosok yang dingin, dan bahkan aku belum mendengar suaranya sama sekali, aku sempat berfikir mungkin dia bisu.
"Monggo nduk di nikmati hidangan nya"
"baik buk"
jawab ku.
Saat tengah makan bersama
buk ningsih menceritakan masa hidupnya.
"Nduk, dulu ibuk adalah seorang guru ngaji, banyak warga yang memasrahkan anak nya untuk menjadi murid ibuk, ibuk sangat senang waktu itu, namun tiba tiba saja datang seorang lelaki yang mengaku sebagai ayah ibuk, dia bilang dia meninggalkan ibuk waktu masih kecil, dia menelantarkan ibu dengan orang yang telah melahirkan ibu di jalanan, kami hidup sebatang kara, sampai usia ibuk sekit 15 tahun, ibuk belum melihat seperti apa wajah seorang lelaki yang tega menelantarkan aku, dan di usia ku saat itu pula, wanita yang melahirkan ku meninggal dunia, akibat sakit paru paru, kami tak mampu berobat ke rumah sakit, kami hanya menjalani pengobatan se mampu kami, hingga pada akhirnya ibu ku meninggal, ibu tinggal sendirian setelah nya, sebelumnya banyak lelaki yang hendak meminang ibu, tapi selalu ibu tolak, ibu masih terluka pasca kepergian sosok wanita yang melahirkan aku meninggalkan ibu untuk selamanya, sampai pada akhirnya datang lah sososk lelaki yang mengaku menjadi ayah ku, dia tau nama ibu ku, tanggal lahirnya ibu ku, dan tanggal lahir ku, dia juga banyak menceritakan masa lalunya dengan ibu ku, juga sebagian orang ada yang tau bahwa dia memang ayahku, aku berbahagia masih di pertemuan dengan orang yang berhubungan darah daging dengan ku, tapi itu tak berlangsung lama, lagi lagi bapak ku berbuat ulah, dia menjual ku pada tamannya, tanpa sepengetahuan ku, aku pun di nikahi secara terpaksa"
buk ningsih , menghentikan ceritanya sejenak, dengan Isak tangis, kemudian melanjutkan nya.
"aku pun di gauli malam itu, aku benar benar merasa hancur,
aku benci ayah ku, hingga pada akhirnya aku hamil hakim, di sepanjang kehamilan ku, aku hidup sendirian, aku berjuang sendirian, setiap malam, aku berdoa, agar anak yang aku kandung menjadi anak yang sholeh dan sholehah, anak yang berbakti kepada orang tua, Alhamdulillah sekarang hakim menjadi anak yang sholeh, dan Berbakti pada orang tua"
ucap buk ningsih sambil mengusap rambut hakim.
"Yaah semoga kedepannya ibuk ningsih dan hakim, hidup bahagia bersama, dan anak cucu dari buk ningsih menjadi anak cucu yang sholeh dan sholehah amin"
aku pun hanya bisa mendoakan buk ningsih.
"Buk aku turut berdukacita atas meninggalnya almarhumah ibu nya ibu ningsih"
kataku seraya mengelus bahu nya.
"Iya nduk terimakasih"
sahutnya.
Setelah makan malam, aku memutuskan untuk mandi, kamar mandi kecil yang kumuh membuatnya ku tidak selera mandi.
"Nduk kalo mau mandi sabunnya minta ke hakim ya, ibuk mau ke rumah pok Ijah, mau nganterin wadah nya lauk"
pesan ibu ningsih yang berada di teras rumah.
"Baik buuuk"
jawabku dari dalam.
Sesaat kemudian hakim menghampiri ku, dia memberikan handuk berwarna pink cantik sekali, aku rasa ini handuk belum pernah di pakai.
"Pakai ini kalo mau mandi, sabunnya ada di atas pintu dapur"
ucapannya lalu pergi masuk kamar.
Aku yang penasaran dia sedang apa aku lancang mengintip nya dari pintu, oh ternyata dia sedang mengaji, bagus deh, aku merasa senang dengan orang yang suka mengaji, meskipun diri ini jarang mengaji.
Selesai mandi aku mengurungkan diri di kamar, aku berfikir apa yang sedang di lakukan papa di sana? di mana mama sekarang?, pak kasim, aku teringat lelaki paruh baya itu, dia tau apa yang sebenarnya terjadi, aku akan kembali saat situasi sudah aman, tidak untuk sekarang, papa pasti sedang memburu ku mati matian, aku tidak mau sampai mati di tangannya, ku lihat jam di hp menunjukkan pukul 21:01, mataku sudah mengantuk, aku berniat untuk tidur, dan tak lupa ku kunci pintu, dan jendela kamar, ketika semuanya aman, aku pun bisa tidur dengan pulas, aku tak menunggu kedatangan buk ningsih dari rumah temannya itu, biarlah kami bertemu besok pagi, kantukku sudah tidak terbendung lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Matahari
ah itu bukannya ibu Ningsih kali..masa ayah kandung menjual nya kepada teman nya ....sunggu kasihan ibu Ningsih
2023-01-21
1
Hielmeera🍒⃞⃟🦅
gak usah repot repot buk. lain kali masak rendang sapi aja.
2023-01-21
0
Jhuwee Bunda Na Alfaa
kepo banget sih buk...
hahahhaha
2023-01-21
0