Bendara wedana melihat pemuda yang sangat menarik, pemuda itu tidak menyerang dan hanya menghindar, tapi tidak sesederhana itu.
Dia menghindar dari puluhan orang yang mencoba menyerangnya. Bendara wedana hanya tidak tahu jika dimas memanipulasi waktu.
Bagi Dimas mereka yang mencoba menyerangnya itu terlihat bagaikan video slow motion, sangat lambat sehingga menghindar bukan hal yang sulit.
Tapi berbeda dari sudut pandang Bendara wedana, jelas dimas bergerak begitu cepat hingga tidak bisa di ikuti oleh mata telanjang.
Dimas terus menghindar sepanjang pertandingan hingga menyisakan 500 peserta yang tersisa, dan babak penyisihan pun di mulai.
Dari 500 peserta di bagi menjadi 5 grup, masing masing grup terdiri dari 100 orang.
Dimas berada di grup B dan dia menjadi orang pertama yang menjadi peserta 1vs1.
Pada saat battle di mulai semua orang terkejut, melihat lawan Dimas yang jatuh pingsan setelah battle di mulai, bahkan wasitpun bingung kenapa lawan dimas pingsan setelah dia baru saja meneriakkan "Fight".
"Karena lawan pingsan maka Dimas memenangkan pertandingan." Pertama, kedua, ke tiga, semua yang menjadi lawan Dimas pingsan sebelum pertandingan.
Tidak ada satupun yang menyadari apa yang sebenarnya terjadi, bahkan Bendara Wedana sekalipun bingung di buatnya. Tapi ada satu orang yang menyadari apa yang terjadi.
Dia adalah seorang penguasa di pulo majeti sang Prabu Selang Kuning Sulaiman Anom. Sang Prabu bisa melihat sekilas Dimas memukul leher para peserta dan kembali ke tempat dalam sekejap.
"Dia bisa bergerak secepat itu? Bahkan aku tidak bisa melihatnya jika tidak menggunakan kekuatan batinku". Begitu guman Prabu Selang Kuning dalam hatinya.
"Siapa pemuda itu?" Tanya sang Prabu kepada penasehat nya.
"Namanya Dimas, Gusti Prabu. Dia di bawa oleh kanjeng putri majeti keling sri manawangi Gusti" jawab penasihatnya.
"Bawa dia menemuiku di aula pertemuan setelah acara ini selsai"
"Baik gusti Prabu" jawab sang penasehat.
...----------------...
*Lapangan pertandingan.
Dimas
Pertandingan telah selesai dan menyisakan 250 peserta. 250 peserta akan lolos dan resmi menjadi prajurit kerajaan pulo majeti.
"Selamat kepada 250 orang yang sudah resmi menjadi pasukan kerajaan, berbahagialah kalian semua dengan apa yang sudah kalian capai. Selanjutnya adalah tahap pertandingan memperebutkan posisi kepala regu masing masing tim. Kalian bebas memperebutkan posisi kepala regu atau ingin mundu juga di persilahkan." begitu pengumuman dari Bendara Wedana.
"Ah merepotkan, sebaiknya aku sudahi saja sampai di sini, aku tidak ingin terlalu mencolok" begitulah yang Dimas gumamkan.
Pertarungan semakin sengit, tapi bukan itu yang mengejutkanku, setelah usai 3 pertandingan, aku kembali di panggil menuju ring pertarungan. Padahal aku tidak merasa mendaftarkan diri di pertarungan ini.
Lawanku saat ini adalah orang yang bernama Galih Adijaya Wiguna, putra sulung dari salasatu keluarga kerajaan, sifatnya sangat sombong dan arogan. dari tadi aku memperhatikannya Dia menghajar lawannya tanpa ampun.
"Heehhh kukira orang seperti apa yang dibawa nyimas Sri Manawangi, ternyata hanya pecundang yang hanya bisa menghindar" begitulah kata kata yang dia lemparkan kepadaku, sangat sombong dan arogan.
Aku tidak menghiraukan ucapannya dan langsung masuk ke arena.
Melihat reaksiku, Galih terlihat sangat kesal dan menggeritkan giginya, wajahnya terlihat memerah seakan akan dia sangat ingin menelan dimas secara utuh.
Setelah kedua peserta memasuki arena, pertarunganpun dimulai, dimas yang terlihat sangat tenang dengan wajah datarnya dia hanya berdiri dan tidak terlihat melakukan persiapan pertarungan atau memasang kuda kuda.
Melihat reaksiku yang terlihat menyepelekan Galih, Galih pun berteriak di tunjukan kepadaku. "Dasar mahluk rendahan! Apa kau menyepelekanku?! Kubunuh kau bedebah, hiaaaatttttt!" Galih mengeluarkan goloknya yang terlihat sangat tajam, pantulan sinar matahari dari golok itu bahkan bisa membuat mata buta untuk sementara.
Disaat Galih menyerangku, aku menggunakan teknik slowmo yang dapat memperlambat gerakannya. Aku beberapa kali menghindari terjangannya.
"Dasar pecundang! apa kau hanya bisa menghindar?" teriak Galih semakin kesal.
Di saat yang bersamaan aku menghentikan waktu dan pindah posisi ke belakang Galih, di saat waktu kembali berjalan aku memukul lehernya dan membuat dia pingsan.
Keadaan yang ramai seketika menjadi hening seakan tempat yang tidak berpenghuni. Semua mata tertuju kepadaku, bagi mereka yang melihat, aku menghilang dan muncul di belakang Galih. jelas sesuatu seperti itu tidak pernah terjadi sebelumnya.
Aku sengaja membuatku terlihat mencolok, agar aku bisa tahu siapa orang yang membuatku bertarung hingga babak ini. aku hanya tidak ingin dia kecewa dengan apa yang sudah dia lakukan.
Dan benar. dia muncul setelah pertarungan selesai. Wanita yang sudah tak asing lagi, dengan 2 pengawal di kedua sisinya dia menghampiriku, siapa lagi kalau bukan Majeti Keling Sri Manawangi.
"Hey aku tidak menduga kmu bisa menghilang dalam sekejap" ucapnya membuatku sedikit kesal.
"Apa hanya itu yang ingin kau katakan?" tanyaku dengan wajah kesal.
"Dasar lancang! apa kau tidak tau kau berbicara dengan siapa.!" salasatu prajurit berteriak kepadaku.
"Sudah gapapa, dia adalah temanku" ucap Sri menenangkan prajurit itu.
"Lalu, kenapa kau melakukan itu" tanyaku dengan wajah kesal.
"Me ... melakukan apa?" jawabnya sembari memalingkan wajah, sangat terlihat jelas di raut wajahnya menyembunyikan kebohongan.
Lanjut aku terus memandang wajahnya dengan penuh keraguan.
"Baik-baiklah aku memang orang yang menyuruh panitia untuk memasukkanmu ke dalam pertarungan terakhir, aku hanya ingin melihat seberapa hebat kemampuan bertarungmu"
Dengan wajahnya yang menggemaskan Dia membuat wajah cemberut setelah mengakui kesalahannya, itu sedikit membuat hatiku doki-doki* (Berdebar).
Selang beberapa waktu ketika kami sedang berbincang, datang seorang ajudan kerajaan, dia membawa titah dari Kanjeng Prabu agar membawaku menghadap Kanjeng Prabu.
Berita itu sedikit membuatku merasa cemas Aku tidak tahu kesalahan apa yang telah aku lakukan yang membuat Kanjeng Prabu ingin bertemu denganku.
" Hei! apa aku membuat kesalahan?" tanyaku kepada Sri.
dengan wajah tersenyum Sri berkata kepadaku, "Apa yang kau khawatirkan? Kau adalah pemenang! Bagaimana kau bisa membuat kesalahan, mungkin Kanjeng Prabu tertarik padamu."
"Kalian berdua Pergilah Aku akan pergi bersama Dimas untuk mengantarkannya menghadap Kanjeng Prabu." begitu perintah Sri kepada dua prajuritnya.
Pada saat kedua prajurit itu sudah pergi, Sri meraih tanganku dan menuntunku untuk menemui kanjeng prabu selang kuning. Aku tidak tahu apakah Sri sadar dengan apa yang dia lakukan atau tidak.
Di saat aku berpikir seperti itu, Sri langsung melepaskan tanganku, wajahnya memerah merona kedua tangannya menutupi wajahnya yang manis dan langsung meminta maaf dengan terbata-bata.
"Apa yang kulakukan? kenapa aku meraih tangannya begitu saja! Dasar bodoh! Ah rasanya aku ingin mati" begitu gumam Sri di dalam hatinya.
"Ma ... Maafkan Aku ... Ayo aku akan mengantarkanmu menghadap Kanjeng Prabu"
Dengan wajah ditutupi selendang, Sri bergegas berjalan tergesa-gesa di depanku. di dalam hati aku pun berkata, betapa cantiknya makhluk yang satu ini.
Entah mengapa semua yang dilakukannya itu sangat menenangkan hatiku membuatku bahagia. Entah ini perasaan cinta atau hanya karena kagum akan kecantikannya, Tapi satu hal yang pasti, aku sangat ingin memilikinya.
...Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
@ℛᎧʂʂᥱᥒᥡᥲrN⃟ʲᵃᵃ࿐
Nah kan doi blushing 😆
2023-02-16
1
@ℛᎧʂʂᥱᥒᥡᥲrN⃟ʲᵃᵃ࿐
doki-doki apaan?
2023-02-16
0
@ℛᎧʂʂᥱᥒᥡᥲrN⃟ʲᵃᵃ࿐
wkwkwkwk blushing gatuhhhh
2023-02-16
0