BAB 2
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa menjalani hidupnya sendirian, manusia memiliki sifat dasar membutuhkan oranglain, karena manusia memiliki kelebihan dan kekurangan, dengan kelebihan dan kekurangannya, manusia bisa saling melengkapi satu sama lain.
Selama menjalani hidup, kita akan bertemu dengan banyak orang, kita akan menemukan teman-teman baru, bersama teman kita, kita bisa saling berbagi, berbagi cerita, suka, duka, tangis, tawa dan bahagia.
Nah, begitu pula denganku, seringnya aku dan Dino juga selalu berbagi entah tentang hal apapun itu.
Pagi ini, Dino mengirim pesan padaku via aplikasi berwarna hijau.
“Din, bantuin ngerjain PR matematika dong” pesan pertama dari Dino, tanpa basa-basi, karena itulah sifat dasarnya dia. Dari kecil dia memang sudah memiliki sifat seperti itu.
“Kamu belum ngerjain PR matematika??” balasku cepat, sambil berjalan mondar-mandir di depan jendela kamar.
Oh iya, kamarku terletak di lantai dua, sama dengan kamar Dino, kamar Dino juga terletak di lantai dua, jarak rumah kami yang hanya terhalang oleh satu rumah, tepat di hadapan rumahku, dengan berdekatannya rumah kami, membuat kami sering berkomunikasi dengan bertatap muka langsung, hanya dengan membuka jendela kamar saja, kadang aku juga sering melihat aktifitas Dino di kamarnya, jika gorden kamar Dino kebetulan tidak di tutup, begitupun sebaliknya.
“Belum, bantuin ya, entar traktir” rayunya, kebiasaan dia memang begitu.
“Mie ayam Mang Jupri ya” balasku cepat dengan emot kepala manusia bermata lope.
“Asssiiiiaaaappp” balasnya tak kalah cepat, aku tersenyum, Dino memang selalu begitu.
Mi ayam mang Jupri terletak tepat di depan rumahku, mie ayamnya sudah terkenal enaknya kemana-mana, Mang Jupri adalah Ayahnya Siti temanku juga, aku, Dino, dan keluarga kami sering makan mie ayam di sana.
Ting!
Kembali terdengar notifikasi pesan masuk, aku kembali melihatnya,
“Din, udah siap???” pesan dari Dino lagi.
“Sudah” balasku, lalu membuka jendela kaca kamarku, terlihat Dino sudah menunggu.
Pasti pada penasaran, bagaimana cara aku mengambil buku PR Dino yang akan di kerjakan olehku selama ini, begini caranya,
Rumahku, dan rumah tetangga sebelahku berdempetan, hingga balkon lantai atas kami hampir menyatu, pemilik rumah sebelah usianya sudah tua, dan mereka jarang sekali naik ke lantai atas, mereka lebih sering berdiam di lantai bawah, dengan alasan capek jika harus naik tangga. Dan situasi inilah yang membuat aku menjadi mudah untuk melompat ke balkon rumah sebelah, dan menangkap buku dari Dino.
Kalau ada yang nanya, kenapa gak Dino aja yang lompat ke rumah Siti?? Soalnya, rumah Siti hanya satu lantai, jadi, gak mungkin Dino lompat ke genteng rumah Siti, bisa-bisa dia langsung masuk ke dalam rebusan mie ayam mang Jupri.
“Andin! Lagi apa kamu?? Mau bunuh diri ya??” seketika aku mengerjap, kala mendengar teriakan dari bawah sana. Setengah takut, aku menatap ke bawah, pada orang yang meneriakiku, sementara itu, kakiku yang sebelah kanan sudah berada di balkon rumah sebelah.
“Siti! Ssssttt” aku menempelkan telunjuk di antara bibirku, memberi kode agar Siti diam, dan tidak membuat keributan yang membuat geger warga berkat suara cemprengnya.
“Andin! Turun! Nanti kamu jatuh kumaha?? Kamu mau mati muda-muda??!!” teriaknya lagi khawatir.
“Enggak! Kamu kok berisik banget sih??” akupun setengah berteriak, merasa kesal karena Siti tidak mengerti kode yang ku berikan.
“Aku curiga! Jangan-jangan kamu habis obat ya??” teriaknya lagi, sambil berkacak pinggang.
“Jangan berisik Siti!” teriakku kesal sendiri, sementara itu, kedua lututku sudah gemetar karena menahan bobot badanku, kakiku keram dan pegal.
“Andin! Turun! Aku bilangin Ibumu lho” ancamnya, membuatku semakin kesal.
“Bilangin aja sana!” jawabku kembali fokus memegangi pagar besi balkon itu, kenapa sekarang rasanya jadi ngilu banget ya lihat kebawah.
“Andin, kalau kamu turun, aku kasih kamu mie ayam! Gratis! Aku gak mau, kalau kamu mati sekarang, kamu gentayangin aku!”
Yassalaam ... Sitiiiiii ... siapa yang mau bunuh diri sih??.
“Siapa yang mau bunuh diri Siti??!!” teriakku kesal.
“Kalau bukan mau bunuh diri, kamu mau ngapain?? Mau menyuarakan isi hati seorang jomblo??” tanyanya lagi, kini dia sudah membuka sebelah sendal jepitnya, bersiap melemparnya ke arahku.
“Siti! Awas kamu ya! Berani sama aku!” ancamku berang.
Tiba-tiba ...
Pletak!
“Siti!!! Kurang ajar kamu ya! Beraninya ka-mu ...” ucapanku menggantung kala aku mendengar suara menggema tapi cempreng khas perempuan yang paling aku cintai.
“Andin! Kamu ngapain di atas sana Neng?? Jatuh kamu! Turun!!” tiba-tiba saja sebuah sandal jepit mendarat sempurna di wajahku.
“Ambu!” aku mengerucutkan bibirku, Ambu tega! Lempar sandal jepit butut tepat mengenai wajahku.
“Kamu ngapain?? Pagi-pagi udah bikin geger wae, cepetan turun! Ambu udah beliin bubur ayam kesukaan kamu” ucap Ambu sambil berkacak pinggang.
“Turun Andin! Kamu ngapain sih?? Kemaren kamu nangkring di atas pohon mangga, sekarang kamu nangkring di atas balkon orang, kamu gak niat buat ngintipin Kakek Parto kan??” tanya Ambu ngasal.
“Kalo kamu gak turun juga, Ambu gak akan ngasih kamu uang jajan lagi!” ancam Ambu kemudian.
Seketika aku terbelalak dengan ancaman perempuan yang tengah menggunakan daster coklat motif ular sanca tersebut.
“Ambu hitung sampai tiga nih!” peringatnya lagi sambil membentikan tiga jarinya ke udara.
“Satu ...”
“Eh, eh bentar dong Ambuuuu” aku gelagapan dan cari cara cepat agar bisa kembali ke balkon kamarku, masa iya aku harus langsung lompat gitu aja kebawah sih?? Aku jamin, aku pasti bakalan langsung ketemu malaikat izrail kalau kayak gitu.
Tadi, aku bisa pindah kesini gimana caranya sih?? Kok jadi lupa ya?? Gara-gara ancaman uang jajan ini.
“Dua ...” Ambu sudah membentikan dua jarinya.
“Sebentar Ambu ... Ambu gitu amat sih sama anak gadisnya” aku mencoba merayu, tapi Ambu masih tetap pada posisinya, berkacak pinggang dengan mata melotot tajam.
Gimana caranya sih?? Biasa juga bisa lompat kesini.
“Dua setengah ...”
“Kalau kamu gak berhasil juga, Ambu hentikan uang jajan kamu sebulan penuh!” ancam beliau lagi, dengan nada serius. Hhhaadduuuhhh ... gimana ini??.
Aku menggeleng cepat, mendengar ancaman Ambu, segera cara untuk melompat ke balkon kamarku sendiri menjadi terlintas.
Hhhiiiaaaattttt!!!
Brugh!!
AAAAWWWWWW!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments