4 Kejutan

Suara ketokan terdengar di pintu apartemen Rara. Siapa yang mengunjunginya malam-malam begini?

“Suprise!”

Rara membelalakkan matanya. Di hadapannya kini tengah berdiri mama dan para sahabatnya.

“Kalian?”

Rara berteriak heboh, tidak menyangka dengan kejutan yang dia dapatkan.

“Kok enggak bilang-bilang?”

“Kan mau kasih kejutan, Ra. Bagaimana kabar kamu, Sayang?”

Mama Rara memeluk Rara dengan penuh kasih sayang, begitu juga dengan sahabat-sahabatnya.

“Alhamdulillah baik, Ma.”

Mereka duduk di sofa ruang tamu.

“Mana oleh-oleh buat aku?” tanya Rara.

“Astaga! Tanyain kabar kek, kasih makan dan minum dulu kek, malah nanya oleh-oleh. Yang ada juga kamu, yang seharusnya nyiapin oleh-oleh buat kami nanti pulang ke Indonesia.”

Rivan mendengus kesal, sedangkan Rara hanya cengengesan.

Rara menyiapkan minuman dan cemilan yang ada di apartemennya. Untung saja dia hobi makan, jadi masih punya stok makanan di dapurnya.

“Kalian lama kan, di sini?”

“Mama dan yang lain hanya empat hari saja, Ra.”

“Loh kok cepat bangat?”

“Kami juga punya pekerjaan, Ra,” jawab Tony.

“Halah, sok sibuk, kamu!”

“Oya Kar, Tia ... kalian tahu enggak, di hotel tempat kerja aku, cowoknya ganteng-ganteng bangat. Gila, tiap hari bisa lihat bule keren.”

Rara berbicara dengan antusias sambil senyum-senyum mengingat kalau setiap hari dia bisa cuci dan memberikan vitamin mata untuknya.

“Yang benar?” tanya Karina dan Tia antusias.

Tuh kan benar, mereka pasti heboh.

“Besok siang kalian ke sana, makan siang sambil cuci mata. Apalagi kalau hari libur, sejauh mata memandang selalu ada pria tampan, body oke ... kalian pasti ngiler!”

Rivan mengusap wajah Rara dengan telapak tangannya.

“Kalau ngomong soal cowok ganteng, coba dikondisikan, itu iler sampai ngeces ke mana-mana!”

“Sialan! Aku mah ngomong soal cowok ganteng, juga, tetap saja terlihat anggun!”

“Anggun embahmu!”

“Bilang saja kalian ngiri. Cewek cantiknya juga banyak, kok. Kalian juga bakalan kebagian jatah. Enggak usah khawatir!”

“Dih!” jawab Rivan.

“Yang benar?” yang ini pasti Tony yang berbicara.

Ah, si Rivan itu kadang suka sok cool, deh. Nanti juga kalau lihat cewek cantik dan seksi, matanya tidak berkedip.

Sang mama hanya senyum-senyum mendengarkan obrolan anak muda yang ada di hadapannya itu.

“Mama dan para perempuan tidur di kamar aku saja. Yang cowok tidur di sofa ruang tamu.”

“Memang kasurnya muat, Ra?” tanya mama.

“Mama tidur di kasur. Aku dan yang lain bisa tidur di kasur lipat. Lagian kami pasti sibuk ngerumpi, Ma.”

Setelah membersihkan diri, mereka segera ke posisi masing-masing. Rasa kantuk yang tadi melanda Rara kini telah lenyap. Rara, Karina dan Tia kini melanjutkan obrolan yang tadi tertunda, apalagi kalau bukan soal cowok ganteng.

...🌼🌼🌼

...

Kesibukan terjadi di dapur. Aroma masakan yang menggugah selera membuat muda-mudi di apartemen itu terbangun dengan sendirinya.

“Ayo pada cuci muka, anak-anak mama yang cantik dan ganteng!”

“Mama masak apa?” tanya Rivan.

Semua sahabat Rara memanggil mama Rara dengan panggilan mama juga. Menjadikan mereka tidak hanya bagaikan sahabat, tapi juga saudara.

“Mama bikin rendang. Oya Ra, mama bawain kamu bumbu-bumbu dari Indonesia. Jadi kalau kamu kangen sama masakan Indonesia, kamu bisa masak sendiri.”

“Makasih, Ma.”

Sebenarnya bisa saja Rara mencari restoran yang menjual makanan khas Indonesia, tapi memasak sendiri itu lebih baik, apalagi kalau dia lapar malam-malam. Rara itu tipe yang banyak makan tapi tidak gemuk-gemuk, makanya dia tidak pernah khawatir makan sebanyak apa pun.

Karena hari ini Minggu, Rara jadi memiliki kesempatan untuk mengajak jalan-jalan mama dan sahabatnya. Tidak jauh-jauh dari hobinya anak muda, terutama kaum hawa, apalagi kalau bukan ke mall.

“Di Jakarta kan, juga banyak mall.”

Rivan nampak protes dengan tujuan mereka.

“Berisik!” jawab Rara, Karina dan Tia bersamaan.

Karina dan Tia sibuk memilih sepatu. Begitu juga dengan Rivan dan Tony.

“Dasar, tadi protes, sekarang malah doyan juga milih-milih barang.”

Rara hanya ketawa-ketawa melihat Karina yang mengejek Tony.

“Kamu tidak belanja, Ra?” tanya Rivan.

“Aku mah masih bisa belanja besok-besok, Van. Aku mau beliin mama saja. Oya, mama baik-baik saja kan saat aku di sini?”

“Tenang saja. Setiap hari aku selalu jengukin mama, kok. Yang lain juga begitu.”

“Makasih ya, kalian memang yang terbaik. Terutama kamu, Van.”

Rara menggandeng lengan Rivan dan ikut memilihkan barang untuknya. Mereka tidak menyadari, ada sepasang mata yang sibuk memperhatikan mereka sejak tadi dan terlihat tidak senang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!