Ri berjalan dibelakang sang ibu yang sibuk menyapa dan berbincang bersama kelanan di pesta, sementara Ri tersenyum kecil ketika ibunya mengenalkan dia pada orang-orang. Dari semua orang yang di kenalkan padanya, ada satu keluarga yang tidak terlalu menerima dia dengan baik, yaitu sepupu langsung ayah Ri. Dia tidak begitu mengenal mereka, karena saat Ri di adopsi dan tumbuh besar, orang tuanya selalu mengadakan pesta, hanya keluarga mereka yang tidak pernah datang.
Ri hanya tersenyum kecil, dia tidak terlalu mempermasalahkan keluarga itu. Tidak begitu perduli bagaimana mereka melihat Ri. Dia kembali jalan saat ibunya memegang tangannya dan membawa dia masuk ke dalam ruangan tempat biasa keluarga berkumpul. Di dalam sana full dengan sanak saudara. Saat Ri masuk mereka tersenyum memeluk ibu dan anak bergantian.
“Apa kabar kamu Ri?” Tanya sepupu yang selalu mengejeknya sewaktu kecil, yah mereka adalah musuh bebuyutan dari kecil tapi sejak sepupunya berumah tangga mereka berteman dengan baik. Dia sudah dewasa, kata Ri dalam hati.
“Baik, kamu sendirian saja, suami sama anakmu mana?” Tanya Ri tidak melihat keluarga sepupunya.
Terpampang raut lelah sepupu pertama. “Ribet Ri, mana Jason lagi aktif-aktifnya. Pergi dia sama ayahnya ke kebun binatang.”
“Suami di tinggal, awas ada yang godain di sana.”
Candaan Ri di tanggapi pukulan pelan di bahunya.
“Hus, sembarangan. Suamiku setia.” Sanggah.
Ri belum berbicara tetapi sepupunya yang lain masuk mengikuti pembicaraan Ri dan sepupunya yang pertama. “Mana tahu, bisa saja dia pergi bersama terus minta Jason bohong mau ke kebun binatang.”
Sepupu pertama Ri memutar matanya. “Ini nih, kalau di otaknya selalu negatif. Kenapa sih, iri sekali melihat kebahagiaan orang? Oh iya kan kemarin pacarmu selingkuh ya lupa, maap deh” Serangannya di balas telak.
Sepupu kedua yang datang tadi cemberut, dia salah bermain-main. “Gak tuh, biasa aja! Cobalah cek siapa tahu Jason sudah ada ibu baru.”
Dia menjatuhkan seragan terakhir sebelum lari. Tapi apa daya langkah tak jauh, apa boleh kata, Ibu Ri yang mendengar lalu menghadiahi kepala sepupu kedua Ri dengan jitakan keras dikepala.
“Pria itu harus bicara dengan baik! masa saudara sendiri begitu. Ayo minta maaf.”
Tidak terima, namun dia memang salah. “Maaf!” Dia mengelus kepalanya. “Padahal baru ke turki untuk cangkok rambut, ih tante kejam sekali.”
Ri hanya tersenyum menanggapi perdebatan antara sepupu. Mendadak kasihan kepada sepupunya yang terkena pukulan di kepalanya.
“Sabar kak, kan salah. Kamu sih, anak kesayangan ibu tuh.” Ucap Ri menyenggol lengan sepupu keduanya.
Tawa menggema di ruangan dan menjadikan mereka fokus orang-orang.
Sahut sepupu kedua yang terlanjur jengkel. “Nenek lampir tertawa!”
Sepupu pertama yang tertawa terpingkal-pingkal itu mengatur nafasnya dan bicara. “Habis di jitak tante En, otaknya ke geser!”
Ada yang menggeleng lalu tertawa dan ada yang iba. “Kamu sih, sudah tahu sepupu pertamamu itu anak kesayangan En, malah di ajak gulat.” Kata tante yang merupakan adik dari mama sepupu kedua.
“Mau gimana lagi tante, dia ngeselin.”
Jawabnya.
“Sudah-sudah, di luar banyak orang. Ayo keluar.” Sahut orang tua yang merupakan nenek dari pengantin perempuan.
Mereka menikmati pesta. Dua jam berlalu, Ibunya belum memberikan tanda-tanda akan pulang ke rumah. Karena itu Ri memutuskan keluar menikmati sore dilantai 4 gedung. Acara pernikahan keluarganya terbilang lama.
Sepupu-sepupu dekatnya sudah pulang lebih dulu karena ada urusan.
“Hai” Sapa seorang pria di samping.
Ri sempat menengok sekilas melihat wajah pria yang menyapanya lalu kembali fokus ke depan. Sempat tersentak karena Perempuan itu tidak membalas sapaannya dan hanya melihat ke depan. Jauh memandang hamparan kota, gedung-gedung bertingkat dan lalu lalang mobil hingga manusia.
Dia belum menyerah, dan masih berada di sebelah Ri. “Kamu sepupu dari mana?”
Tanya dia lagi.
“Dua-duanya.” Singkat.
Dia terkejut, dijawab. Seperti mendapat pencerahan dia kembali berbicara. “Oh, kenalkan!” Katanya menjulurkan tangan ke samping. “Liam Nguyen, sepupu dari pihak pria. “
“Ri” Lagi, singkat.
Tangan Pria itu masih menggelantung di udara, karena tidak mendapat balasan, dia tarik kembali. Ri dan pria itu sama-sama terdiam. Lewat 5 menit, Ibunya memanggil dari belakang.
“Ri, ayo pulang.”
Mendengar panggilan sang ibu, dia berbalik tanpa berpamitan pada pria di sampingnya. Ri menarik lengan Lien menjauh dari balkon.
Pria itu melihat Ri yang menjauh turun ke lantai 1 kemudian Dia balik badannya kembali melihat dari balkon lantai 4 ke bawah, Ri bersama ibunya masuk ke dalam taksi. "Jadi dia tidak ingat."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
“Siapa?” Tanya Ibu Lien sembari menyenggol lengan sang anak. Dia menggoda anaknya, sebab baru pertama kalinya dia melihat Ri berdekatan dengan seorang pria.
Ri mengangkat bahunya cuek. “Mana Ri tahu,”
“Lah, bukannya dia di samping kamu. Ri tidak kenalan?”
“Kayaknya kenalan.”
Ihh, Mai Lien Nguyen gemas melihat tingkah sang anak. “Kok kayaknya, gimana sih. Namanya siapa?”
Ri Lagi-lagi mengangkat bahunya. “Lupa. Bu nanti beli semangka ya?”
Berusaha mengalihkan ibunya. “Hujan, mau beli semangka?
“Hujan cuma sehari bu, besok juga hangat lagi.”
“Sudah kayak peramal saja anak ini.” Ibu Ri menggeleng. Dia naik taksi bersama anaknya kembali ke rumah.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Benar peramal, keesokan hari cuaca menjadi hangat, matahari bersinar indah di kota tempat mereka tinggal. Ibunya juga terheran, 2 hari sebelumnya ketika pagi akan turun hujan. Apa benar Ri adalah peramal?
“Anak kamu bisa memprediksi loh.” Kata dia setelah duduk di samping sang suami.
“Prediksi cuaca?” Tanya dia
Istrinya mengangguk.
“Sayang, mana handphone kamu?” Pinta Pham.
Lien mengambil ponsel dari saku celemeknya dan memberikan kepada sang suami. Dia juga tidak tahu mengapa Pham meminta ponselnya.
“Lihat,” Di layar ponsel di melihat aplikasi yang didalamnya terdapat gambar matahari awan dan hujan. Setiap jam ketika dia menggeser akan terlihat gambar yang berbeda.
“Anak kamu bukan peramal tapi dia sudah mengecek prediksi cuaca di ponselnya.”
Lien terdiam, dia ingat Ri pernah menyebutkan seseorang yang dengan sebutan gagal teknologi. “Oh, inikah yang dinamakan gagal teknologi?”
Pham geleng kepala untuk kepolosan sang istri. Lalu dia teringat pesta sepupunya. "Bagaimana pesta tuan?"
Istrinya lalu teringat Ri yang di dekati seorang pria. "Sayang, ada yang lebih penting dari pada itu." Kata dia semangat. Lien memperbaiki duduknya menghadap sang suami.
Melihat antusiasme Lien, Pham menaikkan alisnya sebelah. "Ada apa?"
"Anak kita seperti sangat populer. Ada yang naksir kayaknya, masih muda, ganteng pula."
Pham ragu. "Siapa?"
"Tidak tahu, Ri kayaknya tidak tertarik. Padahal nih yah---"
Lien ingin melanjutkan kalimatnya tapi Pham menghentikannya. "Ri tidak tertarik?"
Istrinya mengangguk.
"Aku pikir Ri juga mau, janganlah kalau begitu. Biar muda dan ganteng kalau Ri tidak tertarik, bisa apa? Yakan bu?"
Lien mengangguk lagi. "Terus ibu gimana datang ke pesta tuan, dapat teman gosip tidak?"
Suaminya ini sangat mengerti ibu-ibu ketika sudah berkumpul di satu area. Semua kegiatannya pasti di selingi dengan bergosip. Mulai dari lauk hari ini, urusan anak-anak sampai tetangga sebelah.
Lien malu, dia ketahuan lagi. "Ya biasalah ayah, namanya juga usaha mencari kebenaran."
Pham tertawa kecil, ya mencari kebenaran. Suara berisik dari tangga membuat Pham menengok. Dia mendapati anaknya sedang membawa kantong sampah besar. "Apa itu nak?" Tanya Pham sembari mendekati sang putri.
Ri masih berusaha menyeret kantongan penuh isi baju. "Ini ayah, baju bekas Ri mau di kemanakan?"
"Mau di sumbangkan, masih layak kan? Jangan ambil yang sudah tidak baik."
Ri membenarkan. "Iya, ini ada yang masih baru terus ada juga yang sudah di pakai sekali. Oh iya ada baju yang sudah lama tapi masih bagus kok. Ibu sudah lihat kan?"
Lien mengangguk, dia dan Ri sudah menyiapkan itu sejak seminggu lalu. Di bagian daerah jauh dari pemukiman rumah Ri, ada daerah kumuh yang menjadi tujuan dia kali ini. Selama akhir pekan, banyak orang yang datang membantu. Bahkan ada turis asing yang terjun memberi bantuan.
Pham membantu anaknya membawa kantongan plastik itu untuk di pindahkan ke box. Dia menyimpan mereka di dekat pintu masuk agar lebih mudah dipindahkan ketika orang yang bertugas mengambilnya.
🕕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments