"Aku bikin kopi dulu yah," ucap Shanum pada Tasya yang saat itu sedang berdandan. Seperti biasa, setelah selesai makan, cuci muka lalu menggunakan make up lagi agar terlihat kusut.
"Aku nitip satu yah," ucap Tasya. Shanum mengangguk lalu bergegas ke pantri yang berada di ruang belakang gedung lantai lima. Mengopi adalah rutinitas setelah makan di jam Istirahat, karena kalau sudah di atas jam 12, tubuh rasanya terbawa gravitasi bumi. Maunya nempel di meja, dengan mata yang berat sekali untuk di ajak bekerja.
Shanum membuat dua gelas kopi, ia melihat ponselnya sambil menunggu air mendidih. Ada pesan WhatsApp dari duda di depan rumah, nanti malam mengajak Shanum makan malam sambil melihat pasar malam.
Shanum menolak dengan halus karena malam ini sudah dijadwalkan pak Bayu untuk lembur. Menghadapi adiknya yang sebentar lagi semester akhir, pastinya akan membutuhkan biaya banyak. Walaupun saat ini Fajar mempunyai pekerjaan sampingan menjadi fotografer, tapi tetap saja, sebelum lulus berarti masih tanggung jawab Shanum.
"Ehmm __"
Shanum terkejut, ia melihat Arshaka tengah berdiri di ambang pintu pantri.
"Pak Arsha, ada apa pak? kenapa bapak ke pantri?" tanya Shanum. Mendengar air sudah mendidih, ia menuang air ke dalam gelas lebih dulu sambil mendengarkan jawaban dari bosnya itu.
"Itu bikin kopi dua? sama buat saya?"
"Engga lah, buat Tasya ini."
"Saya sekalian buatkan dong."
"Bapak kenapa nggak pesan sama office boy saja pak, nanti pasti dibuatkan kok, saya kira di dalam ruangan bapak sudah komplit keperluan air panas dan kopi atau teh jadi nggak usah ke pantri, soalnya pak Nugraha nggak pernah ke pantri lhoo." Shanum menambahkan air dalam pancinya lalu kembali menyalakan kompor. Sebenarnya ada dispenser listrik tapi dirinya lebih senang jika menyeduh kopi menggunakan air panas yang direbus.
"Memangnya kamu nggak pernah ke ruangan direktur?"
Shanum melirik Arshaka, "Ya nggak lah, kan nggak ada urusan ke sana pak. Saya cuma karyawan biasa."
"Nanti kamu saya ajak ke ruangan saya, mau lihat kan ruangan direktur?"
"Nggak mau lihat Pak, makasih."
Arshaka mengerutkan dahi, Shanum yang sekarang ternyata berbeda dengan Shanum dulu yang begitu mengejarnya.
Air kembali mendidih, Shanum lalu menuangkannya ke dalam gelas. Namun ada sedikit air yang mengenai tangannya dengan tidak sengaja.
"Aduh _"
Arshaka yang melihat bergegas menghampiri Shanum, memegang tangannya lalu membuka kran wastafel, ia mengaliri tangan Shanum yang terkena air panas dengan air mengalir.
Shanum melirik bos sekaligus cinta pertamanya yang kini begitu dekat di sebelahnya, bahkan aroma wangi maskulin Arshaka membius indra pembau Shanum. Apalagi saat melihat raut wajah Arshaka yang begitu mengkhawatirkannya. Begitu terasa, ada yang menggelitik hatinya. Apakah rasa yang sudah lama terpendam, akan kembali ke permukaan.
Shanum menarik tangannya, "Jangan begini Pak, nanti kalau ada yang lihat jadi bahan gosip."
"Kamu malu kalau digosipkan sama saya?"
Shanum terdiam, ia melanjutkan mencuci tangannya di wastafel.
"Mana Shanum yang dulu, yang bahkan tidak malu sama sekali ketika semua orang tahu kalau kamu mencintai Kak Arsha, lelaki yang kini ada di hadapan kamu."
"Bapak itu pak Shaka, bukan kak Arsha. Semua sudah berlalu puluhan tahun yang lalu. Namanya juga cinta monyet, lupakan aja semuanya pak Arshaka," ucap Shanum, ia bergegas keluar dari pantri dengan membawa dua gelas kopi di tangannya.
Arshaka tersenyum, entahlah kenapa dirinya begitu gemas dengan Shanum yang seolah cuek kepadanya. Apalagi dengan gaya penolakannya yang khas. Dirinya menjadi semakin penasaran dengan sosok wanita dewasa yang baru saja lewat di depannya.
☘️☘️☘️
"Kok lama?"
"Ya kan bikin kopinya juga di Turki, Sya," jawab Shanum dengan candaan. Tidak mungkin dirinya menjawab sejujurnya jika di pantri digoda direktur utama. Bisa heboh nanti sahabatnya itu.
Setelah Shanum meletakan kopi di meja Tasya, ia kemudian bergegas menuju meja kerjanya. Ia terkejut dengan sebuah kotak kado berwarna biru. Warna itu kesukaannya.
"Ini kado dari siapa ya Sya? kok tiba-tiba ada di sini?"
"Oh itu dari pak Bos, tadi ke sini, nitip itu. Katanya nanti setiap ada yang ulang tahun bakal dikasih kado juga. Aku bilang kamu nya lagi bikin kopi. Katanya itu juga sebagai ucapan terimakasih udah di kasih nasi bungkus.
"Oh." Shanum bergumam dalam hati ternyata Arshaka tahu dirinya ada di pantri dari Tasya.
"Haduh, bos itu yah, mana baik, ganteng, tajir melintir lagi, ada nggak sih pak Arshaka yang sachetan," ledek Tasya sambil tertawa kecil.
"Yee, emangnya masako, sachetan segala."
"Ya Num, dia pasti kan seleranya yang wow wiw wuw, kalau yang kaleng sarden kaya aku, cari ya sachetan nya aja deh."
Shanum melempar kertas yang sudah ia remas ke arah Tasya, sahabatnya yang tengil itu memang paling bisa dalam membuat istilah-istilah.
"Udah ih, sebentar lagi masuk nih, 10 menit lagi, aku belum rapi-rapi." Shanum membuka tas nya, mengambil pouch kosmetiknya. Lalu mengambil tiga produk kecantikan untuk memoles wajahnya dengan waktu singkat. Tidak lupa kaca kecil yang selalu dibawanya kemanapun. Namanya juga perempuan.
Reza si duda beranak satu itu berdecak ketika masuk ke dalam ruangan melihat Shanum dan Tasya sedang berdandan.
"Perempuan, ya perempuan, padahal lelaki itu carinya yang akhlaknya baik, nggak perlu lah cantik-cantik begitu, kalian alami aja udah cantik koh, yang penting attitude," ucap Reza sambil berjalan menuju meja kerjanya.
"Halah, jangan dengerin setan lagi ngomong, Num," ucap Tasya sambil melirik Reza sinis. Lelaki mana yang tidak suka dengan kecantikan? kalau tidak munafik ya berarti tidak punya duit.
"Hus nggak boleh gitu."
"Habisnya ngeselin, kalau dia lebih mentingin attitude, nggak mungkin dia naksir kamu yang cantik banget ini. Jangan mau Num sama tuh om duda, nanti kamu kalau minta duit skincare malah di suruh pakai air wudhu lagi," ucap Tasya dengan nada bicara keras agar bisa di dengar Reza. Keduanya memang hobi bertengkar, jadi seisi kantor divisi Accounting sudah paham perangai keduanya.
Shanum hanya menjawab dengan anggukan, kalau diladeni nanti tidak akan ada ujungnya. Pak Bayu sudah masuk ke dalam ruangan, tandanya jam istirahat sudah selesai.
Saat Shanum ingin membuka leptop, ia teringat dengan kado Arshaka yang ia letakan di bawah kolong mejanya. Dirinya penasaran, apa yang lelaki itu berikan untuknya.
Perlahan Shanum menyobek kertas kadonya terlebih dulu. Matanya membelalak karena melihat sesuatu yang terbilang mahal baginya.
"Maksudnya apa sih?" gumam Shanum lirih.
☘️Bersambung☘️
.
.
.
.
Intermezzoo: Cie, mbak Shanum, dapat kado dari pak Arsha. Kalau emak san nggak ulang tahun juga setiap hari di kasih kejutan hidup, contohnya lagi masak tiba-tiba gas mati, lagi tanggal tua eh gas mati, token bunyi, minyak habis beras habis, duit habis. Yang nggak habis-habis cuma cinta emak buat readers semua. (Jgn gumoh)🤣🤣🤣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Ersa
💍
2023-10-12
0
starlaa
no no no, pak Shaka Thor. kalo kak Asha itu senior nya Hanum tapi ini pak Shaka bos dia dikantor 🤭
2023-07-08
0
Nanda Lelo
beda ma penganten baru y Mak Shan 🤣🤣🤣 blom ngerasain itu semua 🤣🤣
masih kaulah bulan kau lah bintang,,
beberapa bulan kemudian dah gak datang bulan,,
beberapa bulan kemudian dah pusing mikirin beli popok baby 🤣🤣
2023-05-06
0