"Es teh ya Mang, dua," ucap Shanum. Ia melirik ke arah Tasya yang tengah duduk manis sambil bermain ponsel. Padahal yang mengajak ke kantin Tasya, tapi yang antre beli minum malah Shanum.
"Iya mbak Shanum, sebentar yah." Shanum cukup terkenal di area kantor karena ramah tamah dan humoris. Tidak pernah ada gosip buruk, paling tentang dirinya menolak beberapa rekan kerja lelaki di kantor ini.
Saat sedang menunggu es teh, Shanum melihat ada bapak-bapak tua tengah membawa nampan makanan dengan tangan gemetar. Ia bergegas menghampiri bapak tua itu dan langsung membantu membawakan nampannya menuju meja makan.
"Sini Pak, duduk sini. Awas Tasya minggir dulu ih. Itu es teh nya sebentar lagi jadi."
"Iya iya." Tasya menggantikan posis Shanum menunggu es teh yang sudah dipesan.
"Makasih ya Neng," ucap bapak tua itu.
"Sama-sama pak Samsul." Shanum melirik nametag yang kalungkan di leher pak Samsul. Sekilas ia langsung mengingat Almarhum ayahnya yang sudah lama meninggal.
Ayah yang begitu tangguh, dapat diandalkan, penuh tanggung jawab, dan rela berkorban. Berwajah tegas namun penuh kasih sayang. Hari demi hari berpeluh keringat memikul tanggung jawab demi menghidupi keluarga. Ketika senja tiba, ia pulang dengan wajah yang terbalut senyum tegar untuk menutupi kekhawatiran dan keletihan yang dirasakan. Ia tidak pernah terlihat lelah di depan anak dan istrinya. Tanpa pamrih dan tanpa rintih. Ia tidak mengenal waktu saat mencari nafkah, mengumpulkan pundi-pundi rupiah demi melihat anak-anaknya tumbuh besar dan sukses. Shanum menyeka air matanya sebelum menetes. Rindu yang paling memilukan adalah kerinduan dengan seseorang yang sudah berbeda dimensi.
"Pak Samsul kalau sakit izin saja ke atasan yah. Saya pesankan susu hangat ya Pak, biar nanti membaik." Shanum bergegas menuju kantin tempat ia membeli es teh.
"Mang, satu lagi, susu hangat yah," ucap Shanum pada Mang Ujang petugas kantin.
"Buat siapa?" tanya Tasya yang saat itu sudah menerima es tehnya.
"Buat pak Samsul, lemas kayanya. Kamu ke dalam dulu Sya, aku nunggu susu hangat ini dulu soalnya pak Samsul tangannya udah gemetar gitu."
"Ya udah, tapi jangan lama-lama yah."
"Ih, cuma nunggu susu hangat doang Tasya."
Tasya terkekeh, lalu bergegas keluar kantin menuju ruang kerjanya.
Saat Shanum sedang menunggu pesanan susu hangatnya, ia dikejutkan dengan sosok Arshaka yang ternyata sudah berada di sampingnya.
"Ya, ampun pak, bikin saya kaget," ceplos Shanum memegangi dadanya.
Arshaka terkekeh, "Maaf ya, bikin kaget. Beli apa? saya perhatikan lama sekali dilayani."
"Bapak memperhatikan?"
Arshaka salah tingkah, "Ya maksud saya, kan kelihatan dari sana, dari tempat duduk saya."
"Oh, begitu." Shanum tersenyum, senang melihat kegugupan bosnya.
"Ini neng Shanum, lima belas ribu yah."
"Ah iya mang Ujang." Shanum segera merogoh kantongnya. Namun dihentikan oleh Arshaka.
"Ini mang, pesanan Shanum saya yang bayar, kamu mau apa lagi Sha? kembaliannya masih banyak lhoo," ucap Arshaka.
Kali ini Shanum yang salah tingkah karena dipanggil 'Sha' oleh Arshaka, panggilan semasa sekolah dulu. Padahal bukan mantan pacar, tapi membuat baper lebih dari itu.
"Nggak usah pak, terimakasih banyak yah, saya mau antar ini dulu ke pak Samsul di sebelah sana."
Arshaka melihat tempat duduk yang ditunjuk Shanum. Ada seorang bapak-bapak tua tengah makan sendirian.
"Iya silahkan."
"Terimakasih sekali lagi, Pak."
Arshaka tersenyum, sedangkan Shanum bergegas ke tempat duduk pak Samsul, memberikan susu hangatnya. ternyata Arshaka sudah ada di sampingnya lagi, memberikan beberapa bungkus kue untuk pak Samsul.
Shanum melirik lelaki yang pernah ia taksir diwaktu zaman purbakala. Masih tampan seperti dulu, masih baik seperti dulu, masih mampu menggelitik hatinya seperti dulu. Eh kok jadi hati lagi.
Pak Samsul berterimakasih pada Shanum juga Arshaka. Setelah itu Shanum pamit keluar kantin pada pak Samsul juga Arshaka. Bosnya justru mengajaknya berbarengan masuk kembali ke tempat kerja.
"Silahkan pak, bapak di depan saja jalannya. Saya di belakang bapak," ucap Shanum dengan tangan menjulur ke depan.
"Kenapa nggak bareng aja sih, Sha? kan cuma jalan, kenapa ribet?" Arshaka heran dengan perkataan Shanum.
"Bukan begitu, Pak. Maaf saya masih canggung." Shanum sedikit menunduk lalu kembali menatap Arshaka.
"Kenapa? takut yang naksir berkurang karena jalan di samping saya?" ucap Arshaka lirih.
Shanum melotot, "Bapak, kok jadi makin ke sana pembahasannya ih."
Arshaka malah terkekeh melihat Shanum merajuk. Tanpa mengatakan apapun lagi, ia lalu berjalan lebih dulu meninggalkan Arshaka.
"Belum tau aja kalau di sini banyak paparazi, netizen dan lambe-lambe dower," gumam Shanum Lirih. Langkahnya sudah bisa di kejar oleh bosnya. Kini keduanya berjalan beriringan, Shanum pasrah jika nanti akan ada bahan gosip tak sedap untuk pertama kalinya.
"Sha, sekarang kamu kalem banget, nggak kaya dulu pas SMA." Arshaka terkekeh, tapi tidak dengan Shanum yang tetap diam karena sudah was was dengan kamera lambe julid yang terpasang dimana-mana.
"Sha, kamu kenapa tegang gitu sih? saya manusia lhoo bukan hantu."
Shanum melirik bosnya, kenapa sih bosnya seperti anak kecil ketika sedang di hadapannya. Keduanya sudah sampai di depan lift, setelah lift terbuka, Shanum dan Arshaka masuk ke dalamnya.
"Haduh bos tau nggak sih, di sini banyak biang gosip, saya nggak mau jadi bahan pergosipan," ucap Shanum yang akhirnya membuka mulut saat sudah di dalam lift.
"Memangnya kalau kita berdua jalan beriringan nanti akan ada gosip apa?"
"Ya nanti pasti ada aja yang menuduh kita punya hubungan, saya cari perhatian, dan banyak lagi pokoknya," jawab Shanum, wajahnya sedikit tegang, jangan sampai hal itu terjadi.
"Ya kalau bisa sih, bukan hanya sekedar gosip,"ucap Arshaka.
"Hah?"
Pintu lift terbuka. Shanum segera keluar dari lift karena memang sudah sampai di lantai 5, tempat dimana ia bekerja. Ada beberapa karyawan juga yang akan masuk ke dalam lift.
Arshaka menghela nafas, belum sempat menjelaskan, sudah pergi begitu saja. Sepertinya Shanum yang sekarang bukan Shanum yang dulu begitu mengaguminya.
Shanum masuk ke dalam ruang kerjanya, terlihat Tasya tengah menikmati makanan yang ia bagi pagi tadi.
"Lama banget," celetuk Tasya.
"Masa sih?"
"Ngapain aja sih?"
"Ya nggak ngapa-ngapain, habis kasih susu hangat ke pak Samsul, terus udah langsung ke sini kok."
"Pasti ada yang godain yah waktu ke sini?"
"Ada dong, ganteng lagi," ucap Shanum tergelak, begitu juga dengan Tasya yang ikut tertawa. Tasya Belum tahu saja siapa yang menggoda Shanum.
"Makanya cepetan punya pacar biar nggak ada yang gangguin lagi."
"Iya nih, belum terlihat hilalnya," ucap Shanum terkekeh.
☘️ Bersambung ☘️
.
.
.
Intermezzoo: Beuh, pak Arshaka, mentang-mentang ganteng, bikin sayang sembarangan🤭
R : Thor, up yang banyak
A : Mangap riders q semua, jaga orok 24 jam lelah pol, hahaha, rasanya pengen di peluk, misalnya di peluk kekayaan gitu🤣😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
De bungsu
ada tuh
2024-02-02
0
De bungsu
ihhhh
2024-02-02
0
De bungsu
nah
2024-02-02
0