Mobil Irgi berhenti di depan halaman parkir sebuah gedung mewah.
"Wah ini kantornya Mas Irgi?"tanya Dinda
"Iya, Yuk kita masuk."
Irgi dan Dinda berjalan beriringan melewati koridor.
Beberapa karyawan yang lewat menyapa mereka.
Keduanya masuk ke dalam lift untuk sampai di ruangan CEO.
Seorang wanita cantik berdiri sambil menatap kearah Irgi.
'Jadi Dia CEO baru itu, ternyata lebih tampan dari yang aku duga, Ehm jika tuan Sheon sulit untuk ditaklukkan, semoga saja adiknya lebih gampang untuk ditaklukkan,' batin wanita itu sambil tersenyum menyeringai.
Wanita itu segera berdiri ketika Irgi sudah mendekatinya.
"Selamat siang tuan, perkenalkan nama saya Sherly, saya ditunjuk oleh tuan Sheon untuk menjadi sekretaris anda," ucap Sherly sambil menutup kedua tangannya.
"Selamat siang juga, Iya, Kak Sheon sudah memberitahu saya."
"Oh begitu ya Tuan, kalau begitu silahkan masuk keruangan tuan, Sebentar lagi kita akan mengadakan presentasi."
"Ayo Dinda kita masuk ke ruangan."
"Wah Mas Irgi hebat ya sekarang sudah jadi pemimpin di sebuah perusahaan,"ujar Dinda sambil memperhatikan desain ruangan Irgi.
"Ruangan ini Mas Irgi sendiri yang desain."
"Hehe ternyata mas Irgi juga pandai mendesain."
"Lah kan Mas Irgi lulusan arsitek, Ya bisa lah."
"Kalau nanti aku punya rumah, aku mau Mas Irgi yang nge-desainnya boleh kan Mas ?"
"Boleh tapi bayar ya," canda Irgi.
"Ih masa sama adik sendiri bayar sih."
"Haha, bercanda."
Lalu rencana kamu apa selanjutnya tanya Irgi sambil mendaratkan bokongnya di sofa single agar bisa berhadapan dengan Dinda.
"Aku sengaja minta ditugaskan di sini Mas biar dekat dengan keluarga kita."
"Baguslah kalau begitu, Mas Irgi jadi bisa mantau kamu."
"Mantau apaan?"
"Memantau kamulah, Mas Irgi nggak mau ada pria brengsek yang mendekati kamu," cetus Irgi.
Dinda hanya tersenyum mendengar hal itu.
Sherly menghampiri ruangan Irgi.
"Permisi tuan Sudah saatnya presentasi," ucap Sherly sambil melirik ke arah Dinda.
"Nggak apa, dia adikku," ucap Irgi ketika melihat Sherly terlihat keberatan dengan kehadiran Dinda.
Sherly mendaratkan bokongnya di sebuah sofa bersebelahan dengan Dinda.
"Baik tuan, kita mulai saja presentasinya," ucap Sherly.
Irgi dan Sherly duduk bersebelahan sementara Dinda pindah ke sofa single.
Dinda terus mengamati Sherly yang sedang melakukan presentasi bersama Irgi.
Terlihat sekali Sherly sering mencuri pandang ke arah Irgi dan itu membuat Dinda cemburu.
Hampir 1 jam presentasi pun selesai.
"Sekian dulu Tuan, jika anda butuh sesuatu, silakan beritahu pada saya,"ucap Sherly.
"Oke."
"Sherly!" Panggil Irgi, wanita cantik berusia 26 tahun itu pun menoleh ke arah Irgi.
"Ada apa Tuan?"
"Apa ada yang harus saya kerjakan lagi?"
"Untuk sementara belum ada Tuan."
"Baiklah kalau begitu saya pulang lebih dulu, karena harus mengantar adik saya."
"Silakan saja Tuan."
"Ayo Dinda ,kamu pasti sudah lelah kita pulang ke rumah saja."
Dinda dan Irgi memutuskan untuk pulang ke rumah.
***
Waktu menunjukkan pukul empat sore. Setelah merapikan meja kerjanya Nessa keluar dari ruangan.
"Selamat sore Nona," ucap Farrel.
"Selamat sore."
Farrel memperhatikan Nessa yang berjalan dengan sedikit menyeret kakinya karena merasakan sakit, sepatu yang ia kenakan tersebut selain tingga ukurannya juga kurang pas di kaki.
Farrel menghampiri Nessa.
"Nona!" Panggil Farrel.
Nessa menghentikan langkahnya.
"Ada apa?"tanya Nessa.
"Kaki anda kenapa Nona?"
"Ah gak apa-apa,cuma sepatunya sedikit kekecilan."
"Mau saya ganti?"
"Ah tidak usah."
"Tak apa Nona, anda tunggulah di sini sebentar," ucap Farrel.
"Emangnya kenapa?"
"Saya akan pesan sendal baru untuk anda."
"Baiklah."
Farel melakukan panggilan terhadap seseorang kemudahan ia kembali menghampiri Nessa.
"Sebentar ya Nona, sendal yang saya pesan akan tiba sebentar lagi," ucap Farel.
"Iya "
Sambil menunggu Nessa melepaskan sepatu yang dikenakannya.
"Uh sakit sekali," ucapnya ketika melihat ujung jari kakinya mengalami lecet.
Farrel kembali ke meja, kemudian membawa plaster untuk menutupi luka pada jari kaki Nessa.
"Ini Nona, plaster untuk anda," ucap Farel sambil menyodorkan plaster.
Nessa menggunakan plaster tersebut untuk menutupi luka di kaki,.
"**
Nessa mendapatkan sebuah panggilan.
"Halo Ness, aku sudah sampai di kantor kamu nih."
"Sebentar ya Gi, aku lagi nunggu seseorang."
"Lama gak?"
"Kalau lama, aku susul kamu ya," usul Irgi.
"Gak tuh, orang orangnya sudah sampai Nona."
Pak satpam menghampiri Farrell.
"Ini sendal jepitnya tuan," ucap satpam tersebut sambil menyodorkan kantong plastik hitam.
"Ah gak ada yang lain pak?"tanya Farrell ketika melihat sendal jepit yang di beli pak Satpam.
"Hehe, katanya suruh cepat pak! Jadi saya beli di warung terdekat saja."
"Maaf Nona apa anda mau menggunakan sendal jepit ini?"
"Oh iya tak apalah."
Nessa meraih sendal jepit berwarna putih tersebut kemudian memakainya.
Kemudian ia meraih kantong plastik hitam untuk memasukkan sepatunya.
"Terima kasih ya," ucap Nessa pada Farrel.
"Sama-sama Nona, tugas saya memang membantu Nona dalam segala hal."
Nessa menyanggingkan senyum tipis.
Kemudian dengan santai ia berjalan menggunakan sendal jepit seharga belasan ribu itu.
Tiba di lobby Nisa langsung dihampiri Irgi dan Dinda
"Eh Dinda, kapan kamu datang nya tanya Nisa sambil menghambur ?!" memeluk Dinda
"Baru saja kak!"
"Wah Daddy dan mommy pasti kaget dengan kedatangan bu dokter."
"Hahaha kakak bisa saja," ucap Dinda sambil merangkul punggung Nessa.
Mereka pun berjalan beriringan.
"Kamu kenapa pakai sandal itu Nes?" tanya Irgi.
"Kaki gua sakit tahu, sendalnya kekecilan cuman aku nggak enak saja memberitahu kakak ipar."
"Yaelah itu namanya nyiksa diri sendiri! kalau nggak pas sendalnya yang nggak usah dipakai."
Mereka bertiga pun masuk ke dalam mobil.
"Kita ke mana nih?"
"Ya ke rumah Kak Sheon lah kan dia ada acara malam ini."
"Oke."
Irgi membawa mobilnya menuju rumah Sheon.
Mobil Irgi terparkir di antara mobil-mobil mewah keluarga Leon Sebastian.
"Wah sudah rame saja," ucap Nessa ketika mendengar suara tawa anak kecil.
"Onty! Uncle!"seru Arsen sambil berlari menghampiri Nessa dan Irgi.
"Arsen, jangan lari-lari Nak," ucap Nessa sambil menggendong bocah laki-laki berusia empat tahun tersebut.
"Unty! uncle!"seorang gadis kecil berambut keriting menghampiri Irgi.
Irgi langsung menyambut dan menggedong keponakannya itu.
"Kinan, Uncle kangen!" Ucap Irgi sambil mencium pipi chubby gadis tiga tahun itu.
Baru masuk rumah Dinda di kejutkan dengan suasana rumah yang ramai
Yura sedang menggendong seorang bayi,,sementara Arsen digendong di pundak Leon.
Haha tawa Arsen karena senang berada diatas ketinggian di pundak Leon.
Bola mata Dinda berbinar melihat perubah pada keluarnya setelah tiga tahun tak bertemu.
"Dinda!" Panggil Yura.
"Mommy!" Dinda berlari sambil meneteskan air mata, ia langsung menghambur memeluk Yura.
"Mommy Dinda kangen!," tangis Dinda dalam pelukan Yura.
"Iya mommy juga kangen, tapi kenapa kamu gak bilang mau pulang Nak?"
"Hehe Dinda mau bikin kejutan khusus untuk mommy dan Daddy."
"Oh begitu ya, kebetulan sekali kamu sudah pulang hari ini kakakmu mengadakan syukuran 7 bulanan.
"
"Hah Kak Sasa hamil lagi?"
"Lalu yang berada di gendongan mommy ini anak siapa?" tanya Dinda.
"Oh ini anak Nathan."
"Oh keponakan onty sayang," ucap Dinda sambil mencium pipi bayi perempuan tersebut.
Dinda mengedar pandangannya karena mereka sibuk jadi kedatangan Dinda tak terlalu di perhatikan.
Dinda menghampiri Leon.
"Daddy," ucap Dinda dengan bola mata yang berembun.
"Eh Dinda ternyata, Daddy pikir kamu pacarnya Irgi tadi," cetus Leon.
"Ih Daddy masa gak kenal Dinda," ucap Dinda bernada ngambek.
"Bukan gak kenal, Daddy gak perhatian saja.Lagian pulang kok kasih kabar ke kita."
"Hehehe sengaja Daddy."
"Ini anak siapa Daddy?" Dinda coba meraih Arsen
"Anak Nathan."
"Wah pantesan ganteng.Yuk nak sama Onty."
"Bu dokter! " tiba-tiba saja Dinda merasa ada yang menepuk pundaknya.
"Eh kak Sheon," ucap Dinda sambil meraih tangan Sheon dan menciumnya.
"Kamu kenapa gak kasi kabar sih."
"Hehe." Dinda hanya nyengir mendengar pertanyaan tersebut.
Kehadiran Dinda di sambut baik oleh keluarganya.
Dinda langsung larut dalam obrolan bersama saudara-saudaranya membaur jadi satu.
Acara selamatan belum pun di mulai, tapi rumah itu penuh dengan suara gelak tawa dan tangis dari cucuk Leon.
Yura dan Leon bersandar pada sofa, mereka duduk dengan santai.
"Lihatlah mommy, tak lama lagi keluarga kita akan jadi keluarga besar, saat ini saja kita memiliki tiga orang cucu, jika Irgi ,Nessa, Dinda dan Sarah menikah dan punya anak, Daddy gak bisa bayangin bagaimana ramainya rumah kita nanti."
"Haha iya Daddy. Semakin tua aku merasa semakin bahagia saja," ucap Yura dengan rona wajah bahagia.
"Siapa bilang kita ini Tua mommy! Bahkan Daddy bisa membuatmu tak berkutik di atas ranjang," bisik Leon sambil mengedipkan sebelah matanya memberi kode.
"Daddy ih ini masih sore! Gak enak anak-anak lagi kumpul," dengus Yura.
"Oh gak apa-apa juga mommy, sudah lama gak olah raga sore," ucap Leon sambil tersenyum mesum.
Yura memutar bola matanya, ia tahu jika keinan suaminya itu di tolak Leon pasti akan ngambek.
"Iya deh." Yura memasrahkan diri.
"Nah Gito dong!ayo kita naik ke lantai atas pelan-pelan," bisik Leon lagi.
Kedua insan tersebut mengendap-endap menuju kamar mereka di lantai atas.
Leon menarik tangan Yura, karena sudah tak sabar untuk berolahraga di sore hari.
Dengan perlahan mereka menuju anak tangga agar tak ada yang melihat.
Baru beberapa langkah tiba-tiba saja ada yang memanggil mereka berdua.
"Oma!Opa! mau kemana? Aku mau ikut !" Teriak Arsen sambil berlari mengejar Leon dan Yura.
"Yah gagal maning -gagal maning,"ucap Leon bernada kecewa karena batal enak-enak dengan istrinya di sore hari.
Yura menggendong Arsen.
"Lain kali saja ya Daddy," ucap Yura sambil mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum.
Leon hanya bisa menggaruk-garukkan kepalanya yang tak gatal sambil menahan emosi karena menahan kon*ak ya.
Bersambung dulu gengs jangan lupa dukungannya ya 🙏 terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Chifuyu Matsuno
haha ga jadi enk" dehh😁😁😁
2023-06-20
0
Iis Sulis
Makin romantis aja nich Yura & Leon
2023-03-08
0
Aisyah ais
next
2023-01-07
1