Satu Minggu sudah rasanya begitu singkat menurut Rasya, ia akan terjun ke perusahaan yang dipimpin oleh Ayahnya sekarang. Rasa-rasanya baru kemarin ia menikmati hari-hari yang begitu bebas, tapi sekarang ia harus menuruti apa maunya kedua orang tuanya, menginginkan ia yang meneruskan perusahaan ini. Siapa lagi kalau bukan dirinya yang meneruskan perusahaan turun menurun dari nenek buyutnya yang sudah lama tiada.
Pagi-pagi ia sudah dibangun oleh Bunda yang begitu berisik saat membangunkannya, membuat Rasya ingin pergi dari rumah ini dan mandiri, tapi ia juga kasihan pada orang tuanya yang memiliki satu anak yaitu dirinya. Menjadi anak tunggal membuat Rasya sangat kesepian tiada teman untuk mengeluh kesahkan saat ia senang maupun sedih.
Bunda Tasya juga selalu ada disaat ia membutuhkannya, menemaninya, dan memberi semangat disaat ia lagi terpuruk ataupun disaat ia membutuhkan pelukan hangat seorang ibu kepada anaknya.
Dengan berpakaian kantor yang sudah disediakan oleh Bundanya, Rasya segera turun dari lantai dua menuju lantai satu untuk menemui kedua orang tuanya yang akan sarapan pagi bersama. Langkahnya yang begitu gagah membuat siapa saja akan terpesona dengan ketampanan yang dimiliki oleh Rasya putra Wijaya.
"Selamat pagi, Bun, Yah." ucap Rasya yang menarik kursinya.
"Pagi, Sayang. Ganteng banget anak Bunda," Bunda Tasya memuji sang anak.
"Siapa dulu Ayahnya," sahut Ayah Radit.
Rasya yang melihatnya hanya menggelengkan kepalanya, tingkat narsis Ayahnya yang membuat Rasya terkekeh, pasalnya Ayahnya sudah tua masih saja membanggakan dirinya walau dia yang paling ganteng di rumah ini.
Rasya melanjutkan sarapannya tidak menghiraukan obrolan kedua orang tuanya yang tidak paham dengan yang di obrolannya.
Selesai sarapan, Rasya ingin menemui sang nenek yang masih belum bisa sarapan bersama.
Tok... Tok... Tok ...
Rasya mengetuk pintu dengan perlahan tidak ada sahutan dari dalam membuat Rasya membukanya dengan pelan, ia masuk ingin melihat keadaan sang nenek tercintanya. Melihat Omanya yang terbaring di atas ranjang yang sedang tertidur pulas.
Rasya memandang dan menghampirinya, ia mendekatkan wajahnya pada kening wanita tua yang selalu Rasya sayangi. ia mengecupnya tanda ia meminta doa pada Omanya agar ia bisa menjalankan perusahaan ini dengan baik dan lebih maju lagi.
"Rasya pergi dulu ya, Oma. Doakan Rasya semoga perusahaan ini menjadi lebih maju dan berkembang," gumam Rasya yang menggenggam tangan wanita tua ini.
Seketika Omanya menggeliat dan membuka kedua matanya, saat pertama yang ia lihat adalah cucu kesayangannya yang ada dihadapannya.
Rasya tersenyum. "Maafkan Rasya, Oma. Udah ganggu istirahat Oma," ucap Rasya yang tidak enak karena sudah mengganggu tidur sang Oma.
"Tidak apa-apa, Ras. Oma senang diperhatikan olehmu, kamu mau ke mana? Sudah rapih kayak gini," tanya Omanya yang begitu heran melihat penampilan sang cucu yang berbeda dari biasanya.
"Sekarang kan Rasya yang akan meneruskan perusahaan itu, Oma. Ayah hanya sesekali mengeceknya saja," jawab Rasya.
Omanya tersenyum, ia bangga dengan cucunya sudah bisa mengambil keputusan untuk meneruskan perusahaan yang sedang dikelola oleh sang anak, siapa lagi yang akan meneruskan perusahaan itu kalau bukan sang cucu tercinta, ia yang terlahir menjadi anak satu-satunya dan penerus perusahaan ini.
"Oma bangga terhadap mu, Ras. Sekarang cucu Oma sudah besar dan ganteng," Oma memuji sang cucu kesayangannya.
"Terimakasih, Oma. Doakan Rasya ya Oma." pinta Rasya pada Omanya.
"Tentu sayang, tanpa diminta pun Oma akan mendoakan cucu kesayangan Oma ini," balas Omanya yang merentangkan kedua tangannya agar sang cucu memeluknya.
Segera Rasya memeluknya dengan erat, ia sangat menyayanginya wanita tua ini, hanya dia satu-satunya nenek yang ia miliki di dunia ini, dari keluarga sang Bunda sudah tiada sejak ia masih bayi.
Setelah menguraikan pelukannya, Rasya pamit untuk pergi berkerja di perusahaan yang akan dipimpin oleh dirinya.
Sesudah menemui sang Oma, Rasya pamit pada Bundanya yang ada diruang tamu bersama Ayahnya.
"Gak bareng sama Ayah saja, Ras." tanya Tasya pada sang anak.
"Rasya ingin membawa mobil sendiri, Bun." sahut Rasya yang menyalami tangan wanita baya yang masih cantik ini.
Tasya pun mengangguk dan percaya pada sang anak, Rasya orangnya yang menurut dan pengertian, tidak manja dan bergantungan pada dirinya.
Setelah berlalu sang anak, di ruang tamu hanya ada Tasya dan Radit yang sedang duduk santai.
"Yah," panggil Tasya pada suaminya.
"Apa?"
"Kenapa belum berangkat?" tanya Tasya.
"Bentar lagi, Bun. Sekarang kan sudah ada Rasya yang menggantikan Ayah, jadi Ayah santai saja ke perusahaannya. Memang Bunda tidak kangen sama Ayah?" tanya Radit pada istrinya.
"Maksudnya?" tanya Tasya yang tidak mengerti.
"Memang Bunda tidak kangen sama Ayah disaat seperti ini, waktu Ayah sekarang banyak buat Bunda," ucap Radit yang mengedipkan sebelah matanya.
Tasya yang belum paham tentang apa yang dibicarakan oleh suaminya, membuat Radit terkekeh melihatnya, segera Radit merangkul bahu istrinya dan membisikkan sesuatu pada istrinya.
.
.
.
.
.
Waktu kita sekarang bebas, Bun. Mau kemana pun Bunda inginkan Ayah akan penuhi semua keinginan Bunda mulai saat ini.. Yuk kita ke kamar!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
flutter.shi
astaga, masih pagi woee🤣
semangat bikin adek buat Rasya😭
2023-01-07
0
Posko Aman
Fuji apa puji?
2023-01-06
0
♡Diazella fransiska♡
jangan lupa mampir juga ya kak
2023-01-05
0