"Punya mata gak? Lihat-lihat dong kalau mau jalan," oceh wanita yang dihadapannya. membuat Rasya mengernyitkan dahinya, ia bingung dengan wanita ini, dia yang menabraknya, dia juga yang marah-marah gak jelas.
"Jalan itu pake kaki, Nona. Bukan pake mata," ucap Rasya yang meninggalkan tempat kejadian tersebut.
"Hey, aku belum selesai berbicara sama kamu, mau kemana?" teriak wanita itu.
"Ih, sebel banget, awas aja kalau ketemu lagi," gumam wanita itu, ia meninggalkan kafe tersebut dengan wajah yang kesal.
Selesai dari dalam toilet, Rasya menghampiri sahabatnya yang sedang menikmati makanannya.
"Lama banget, Ras. Lagi mules ya," tanya sahabatnya Haris.
"Biasa ada kendala tadi," jawab Rasya yang duduk dihadapan sahabatnya.
"Kenapa?" tanya Haris.
"Ada cewe rese, dia yang salah, dia juga yang marah-marah," balas Rasya yang meminum pesanannya.
"Cantik gak?" tanya Haris lagi.
"Gak tau," sahut Rasya.
"Gak asyik lu mah, Ras. Walau ada cewe cantik sikat,"
"Apa yang perlu disikat? Kamar mandi,"
"Lu mah, selalu mengabaikan para keturunan kaum hawa, udah jelas-jelas juga ngejar-ngejar lu, mau cari gimana lagi sih," ucap Haris yang frustasi melihat sahabatnya yang selalu menolak walau ada wanita yang deketin dia.
"Sebenarnya lu normal kan Ras?" tanya Haris.
"Normal lah, enak saja lo bilang gitu," protes Rasya.
"Terus kenapa lu selalu menghindar dari cewek-cewek cantik?"
"Belum nemuin yang bikin gue deg degan dan bikin gue penasaran." jelas Rasya yang beranjak dari duduknya, ia ingin segera pulang ke rumahnya.
"Mau kemana lu?" tanya Haris yang berteriak.
"Pulang," sahut Rasya.
"Terus ini yang bayarin siapa?" teriak Haris lagi.
"Lo,"
"Dasar lu, sahabat durjana, kirain mau ditraktir, eh. Malah gue yang bobol ini dompet." gurutu Haris yang membayar pesanan mereka.
.
.
.
.
Sesampainya di kediamannya, Rasya turun dari kendaraannya. Ia masuk ke dalam rumah, tidak ada satu orang pun ia temui di ruang tamu ini. Segera Rasya menuju kamar Omanya, Bundanya pasti ada di sana bersama sang Oma tercinta.
Tok .. Tok... Tok...
Rasya mengetuk pintu berkali-kali tidak ada sahutan didalam kamar tersebut, ia segera membuka pintu dengan perlahan. Benar dugaannya kalau Bundanya ada didalam kamar sang Oma.
"Maaf, Bun. Rasya masuk duluan, takut terjadi sesuatu pada Oma." jelas Rasya yang tidak enak hati masuk tanpa seizin yang punya kamar.
"Tidak apa-apa, Nak. Bunda lagi repot bantuin Oma untuk ke kamar mandi," jawab Tasya yang membopong Mama mertuanya untuk beristirahat lagi.
"Oma sudah minum obat?" tanya Rasya yang duduk dipinggir ranjang.
"Sudah, Ras. Oma baik-baik saja, cuma sedikit pusing saja," jawab Omanya untuk meyakinkan sang cucu kesayangannya.
"Udah makan, Ras?" tanya Tasya pada sang anak.
"Udah, Bun. diluar bersama teman," balas Rasya yang masih menggenggam tangan wanita tua yang sudah keriput tapi masih cantik.
"Kapan kamu akan menggantikan Ayah mu, Ras. Kasian Ayah sudah tua," ucap Tasya pada sang anak.
"Minggu depan, Bun. Rasya Minggu ini ada yang ingin Rasya kerjakan," balas Rasya.
Tasya mengangguk, ia juga tidak boleh memaksa putra untuk terjun langsung ke dalam perusahaannya, takut Rasya tertekan dalam mengerjakan pekerjaannya.
Setelah dari kamar sang Oma, Rasya langsung menuju ke kamarnya, ia ingin merebahkan tubuhnya yang mulai mengantuk.
Di atas ranjang ia berbaring sambil menatap langit-langit, ia terbayang dengan kejadian tadi siang membuat ia tersenyum saat wajah wanita itu terlintas dari bayangannya. Hatinya merasakan berdebar dan perasaan yang beda.
Wanita yang terus mengomel tanpa berhenti membuat ia terkekeh saat membayangkannya.
.
.
.
.
.
.
Siapa dia ya?..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Yeni Maria
awal2 ni🤭nya
2023-02-06
0
Posko Aman
Hayo ngaku Rasya
2023-01-06
0