Penunggu Ruang Ganti

“Sin, besok kan libur kita jalan yuk.”

“Boleh. Kita ke mall aja gimana?” 

“Boleh deh selakian cuci mata,” sahutku.

“Ajak juna juga dong,” pinta Sinta.

“Gampang. Mau ketemuan langsung di mall apa gimana?”

“Kita ketemuan aja ya.”

“Ya udah deh.”

Sementara itu terlihat Juna mendatangi kelasku.

“Lin laper nih,” ucap Juna.

“Ya tinggal ke kantin aja Juna.”

“Temenin dong males kalo sendirian,” ucap Juna.

“Ya elah. Sama Sinta aja gimana?”

“Bertiga deh gimana?” usul Sinta.

“Ya udah bertiga,” sahutku.

Kami bertiga pun pergi ke kantin, saat berjalan aku mendengar beberapa siswi membahas tentangku secara terang-terangan.

“Ngapain sih si Juna sama dia terus gak bosan apa?” ucapnya.

“Cantikkan juga kamu Ra dari pada dia,” sahut siswi yang ada di sebelahnya dengan nada nyaring.

Ya, aku sangat paham Juna  populer di sekolah karena parasnya dan juga tubuh tingginya. Tapi mereka tidak pernah sadar jika wajah kami sangat mirip bahkan jika aku memotong pendek rambutku maka akan terlihat sama dengan Juna seperti saat kami SD dulu. 

Mama memotong rambutku terlalu pendek hingga orang-orang bisa menyadari jika kami ini kembar. 

Aku tidak terlalu memedulikan hal seperti ini karena menurutku mereka bukanlah orang yang terlalu penting untuk diladeni.

“Lin kenapa kamu gak jelasin aja sih ke yang lain kalau kamu sama Juna itu kembar,” ucap Sinta.

“Buat apa Sin? Biarin aja mereka dengan pemikiran konyolnya itu selagi gak mengganggu jalan kehiduapan ku,” sahutku.

“Ya ... Bener juga sih,” sahut Sinta.

“Kalau kamu Jun, teman se kelas kamu tahu gak kalau kamu sama Elin kembar?”

“Gak lah biarin aja, malah bagus bahkan mereka bilang Elin itu pacarku. Ha-ha-ha.”

“Kalian aneh banget sih.”

“Oh iya aku dengar ada anak kelas 11 yang keserupan kemarin,” sambung Sinta.

“Kesurupan?” sahutku.

“Iya. Kata temennya sih dia habis dari kamar ganti.”

“Bukannya kamar ganti di gembok ya, dan kita sama sekali dilarang masuk ke sana,” ucapku sambil menyedot jus mangga yang aku pesan sebelumnya.

“Biasalah bikin konten, gemboknya dibobol sama dia.”

Juna tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, “kurang kerjaan.”

“Lalu dia gimana?” tanyaku.

“Kata anak lain sih dia teriak-teriak sambil nangis. Eh ... denger-denger nih ya, dulu tahun 90-an gitu katanya ada siswi gantung diri di sana karena dia hamil dan depresi,” tutur Sinta.

“Jangan sok tahu.”

“Lah beneran. Aku denger dari penjaga sekolah,” Sinta berusaha meyakinkanku.

“Kamu pikir aja nih ya, ngapain kamar ganti itu di gembok padahal sudah direnovasi. Seharusnya digunain dong kan enak kalau kita mau ganti baju pas pelajaran olahraga.”

“Iya juga sih,” sahutku.

Denting bel berbunyi, jam istirahat kedua telah berakhir, aku, Juna dan juga Sinta bergegas menyudahi obrolan. Kami berjalan menuju kelas masing-masing.

“Lin jangan lupa ya besok!” 

“Iya tenang aja Sin.”

“Duh kok aku kebelet ya,” ucap Sinta.

“Ya udah kamu ketoilet sama mumpung Pak Gun belum masuk,” ucapku.

“Temenin dong!”

“Ya elah kenapa gak dari tadi Sin.”

“Aku kebeletnya sekarang gimana dong.”

Aku dan Sinta keluar kelas dan menuju toilet yang berada di ujung lorong, kami harus melewati kantor kepala sekolah dan ruang guru dulu jika ingin pergi ke toilet.

“Kayaknya Pak Gun masih sibuk deh Sin. Ayo cepetan!” ucapku yang tengah menengok ke arah  dalam ruang guru.

Sinta berjalan cepat menuju toilet dengan aku menyusulnya dari belakang. Saat di toilet aku melihat pintu ruang ganti itu memang terbuka dan sangat gelap.

'Kok serem sih!' gumamku.

Aku menunggu Sinta di depan pintu toilet, karena penasaran aku menengok sedikit ke dalam ruang ganti itu.

Ruangan itu gelap dan lembab, dengan lantai kramik yang masih baru aku mencoba masuk ke dalamnya.

'Dingin, padahal gak ada ventilasinya,' batinku.

Ruangan itu tidak terlalu luas, hanya cukup untuk 5 orang saja menurutku. Saat masuk aku mendengar pintu itu berdenyit dan perlahan menutup sendiri, dengan refleks aku menahan pintu itu lalu keluar dari ruang ganti itu.

Jantungku terpacu cukup kencang ketika aku keluar pintu itu tertutup cukup kencang, seperti ada seseorang yang membantingnya.

Aku mundur dengan perlahan lalu menggedor pintu toilet.

“Sin! Masih lama? Cepetan!” ucapku.

“Iya bentar!”

Sinta membuka pintu lalu buru-buru mengajakku ke kelas, dia menarik tanganku sambil sedikit berlari.

“Ada apaan sih?” tanyaku.

“Lin, tadi pas di toilet aku denger cewek lagi nangis, dan pas aku denger suaranya dari ruang ganti.”

“Ah gak mungkin. Aku tadi masuk ke sana!”

“Serius Lin, aku sampai nempelin kupingku di dinding!”

“Udah deh jangan dibahas. Kita siapin buku aja bentar lagi Pak Gun masuk,” ucapku.

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

udah Sin cepat pulang ke rumah apa kamu nggak takut, ngeri ah.

2023-01-19

1

jenny

jenny

semoga terungkap kematian cewek yang nangis itu

2023-01-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!