Tiara dan Ryan sudah sampai di lokasi meeting di mana ada Leo juga di sana. Dia bisa melihat tatapan mata Leo yang seolah ingin berbicara dengannya.
"Selamat datang, Tuan," sahut Leo sambil menjabat tangan Ryan dan Tiara secara bergantian.
Namun, saat menjabat tangan Tiara, Leo seakan menggenggamnya dengan erat sehingga Tiara kesulitan untuk melepaskannya.
Mata Leo terus menatapnya seakan tak ingin lepas darinya.
"Ehm." Deheman seorang pria pun membuat Leo langsung melepaskan tangan Tiara. Ternyata itu adalah Ryan yang sejak tadi berbicara dengan angin karena Tiara ternyata tak ada di belakangnya, malah yang ada sekretaris seksi Leo yang bernama Nadia.
"Tiara, apa semua sudah siap?" tanya Ryan dengan tatapan kesal. Tadi itu sungguh memalukan karena dia terus-menerus berbicara tanpa henti seperti orang gila.
"Tiara, nanti jangan lupa sampaikan lebih rinci tentang poin nomor empat."
"Oh ya, jangan lupa untuk mengabari Denis kalau lusa dia harus kembali ke kantor atau saya akan memotong gajinya. Enak saja dia malas-malasan di rumah."
"Nanti jangan gugup, saya tidak mau mendengar keluhan apapun. Meski sudah jadi mantan, kau harus bersikap profesional."
Karena tak kunjung mendengar sahutan dari Tiara, Ryan pun berbalik dan kembali mengomel.
"Hei, Tiara, kamu dengar, tidak, sih?"
Namun, saat berbalik, malah ada Nadia yang sedang menatapnya dengan tatapan mata genit.
"Ya, kenapa, Pak? Ada yang bisa saya bantu?"
"Tidak, saya hanya perlu asisten pribadi saya."
"Dengan saya saja, Pak." Nadia malah mendekat dan menjalankan jari-jarinya di atas jas Ryan.
Ryan yang kesal langsung meninggalkan Nadia begitu saja tanpa menghiraukannya.
Setelah semua masuk ke ruang meeting, Tiara pun memulai presentasi yang sudah dipersiapkannya sejak tadi malam.
Dia terus berbicara di depan tanpa menghiraukan tatapan mereka yang berbeda-beda. Ryan yang menatap dengan penuh ancaman seakan ingin mengatakan bahwa Tiara tidak boleh melakukan kesalahan sedikitpun. Tatapan Nadia sama-sama wanita. Dia terus membandingkan fisik Tiara dengan fisiknya yang lebih seksi. Dirinya jelas merasa lebih dibandingkan Tiara. Selain tubuhnya yang lebih montok, pakaian Nadia juga sangat terbuka dan terkesan sangat ketat.
Sedangkan Leo menatapnya dengan penuh rasa bersalah. Ingin sekali dia memeluk wanita itu dan meminta maaf atas apa yang dilakukannya pada wanita itu kemarin.
Setelah Tiara selesai melakukan presentasi, mereka pun mulai berdiskusi hingga akhirnya mendapatkan hasil yang memuaskan.
Semua pun bergegas keluar dari ruang meeting tersebut.
"Oh ya, Pak, sebenarnya kami ingin menunjukkan sesuatu kepada anda. Maukah anda ikut saya?" tanya Nadia pada Ryan.
"Apa itu?"
"Desain produk terbaru yang mungkin bisa anda nilai."
"Bagus, antarkan saya, tapi tolong jauhkan tubuh kamu dari saya. Kalau yang seperti ini saya sudah sering melihatnya."
Ucapan Ryan pun membuat Nadia sedikit mengerucutkan bibirnya. Dia membawa Ryan ke sebuah ruangan yang merupakan tempat objek itu berada.
Sedangkan Tiara yang baru saja ingin keluar dari ruang meeting karena harus membereskan berkas terlebih dahulu pun diberhentikan oleh Leo.
Pria itu jelas menutup pintu ruang rapat dan menguncinya.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Tiara dengan tatapan curiga.
"Tiara, tolong, dengarkan aku dulu. Aku tidak mau putus denganmu. Tolong, jangan tinggalkan aku." Leo menghampiri Tiara dan hendak memeluknya. Namun, Tiara langsung mendorong tubuhnya hingga hanya kegagalan yang didapatkannya.
"Aku tidak mau! Kamu kira aku suka barang bekas dari orang lain? Terlebih dari mantan sahabatku!" Tiara mendesis tajam. Seakan rasa cinta yang selama ini telah hilang seutuhnya.
"Tapi, aku dan Melia hanya main-main saja. Hanya untuk bersenang-senang. Yang aku cintai hanyalah dirimu. Aku bahkan menjagamu dengan tidak merusakmu. Ayolah, Tiara, hanya aku pria yang mampu mensejahterakan hidupmu dan juga keluargamu."
Ah, keluarga? Apakah itu senjata pamungkas Leo untuk mendapatkan hati Tiara lagi? Bahkan Tiara sendiri pun sudah tidak tahu apa arti keluarga baginya karena dia hanya dijadikan sapi perah oleh mereka.
"Dasar munafik! Menjaga katamu? Tidak merusakku dengan berselingkuh dengan sahabatku? Kamu kira kuping aku budek ya? Aku jelas mendengar sendiri apa yang kamu bicarakan dengan Melia. Kamu mempertahankan hubungan kita karena tidak enak sama keluarga kita, kan?"
"Tapi aku cintanya sama kamu, Tiara. Selain masih tersegel, kamu juga sangat pintar. Aku hanya pantas berdampingan dengan wanita yang terhormat dan juga cerdas sepertimu."
"Oh, jadi kamu dulu mau menerima aku karena menguntungkan bagimu? Maaf, ya, Leo. Aku bukan Tiara yang dulu! Lupain aku, karena sampai kapanpun, aku nggak akan mau balik lagi sama kamu!"
Tiara pun bergegas menuju pintu untuk keluar dari ruangan itu. Namun, tangannya langsung ditarik oleh Leo yang kepalang emosi. Pria itu mendorong tubuh Tiara hingga mentok ke dinding. Dia pun mengunci kedua tangan Tiara di atas kepalanya.
Tiara yang hendak berteriak pun langsung dibekap oleh tangan yang satunya.
"Jangan berisik, Sayang. Aku bisa saja membuat skenario seolah-olah kita sedang berbuat mesum. Semua orang sudah tahu kalau kita memiliki hubungan. Dan belum ada yang tahu kalau kita sudah putus. Jadi, aku minta kamu diam jika ingin namamu tetap bersih!" desis Leo dengan senyuman menyeringai.
Tiara tak mampu berbuat apapun lagi. Dia hanya bisa berharap semoga Ryan menyadari bahwa dia belum keluar.
Dan tiba-tiba ponselnya berdering. Rupanya itu dari Ryan.
"Angkat tapi jangan katakan ini. Kalau kamu mengatakannya, akan aku robek bajumu sekarang juga," ancam Leo.
Tiara pun mengangguk sambil menahan air matanya. Tiba-tiba saja sosok Leo jadi menyeramkan seperti ini. Bagaimana dia tidak takut?
"Ha-halo."
Tiara sedikit menjauhkan ponselnya karena suara Ryan begitu keras memarahinya.
[Dimana kamu? Sudah dua kali saya berbicara sendiri seperti orang bodoh!]
Rupanya Ryan masih menyangka Tiara ikut dengannya.
"Ma-maaf, Pak, saya sedang menunggu minuman yang saya minta. Tadi saya haus, jadi saya minta dibuatkan kopi."
Tanpa mengatakan apapun, Ryan langsung mematikan ponselnya.
Leo tersenyum senang karena Tiara sudah mengikuti ucapannya. Namun, senyuman itu tak berlangsung lama saat dia mendengar pintu ruangan itu dibuka oleh Ryan sendiri dengan satu tendangan.
Leo pun langsung melepaskan Tiara hingga membuat wanita itu langsung berlari ke arah Ryan. Dia tak mengatakan apapun, namun matanya menggambarkan sebuah ketakutan.
"Maaf, Pak, Leo, tadi saya panik karena melihat ular masuk ke ruangan ini. Jadi saya menendang pintu anda."
"Tidak apa-apa, Pak. Tadi saya hanya berbicara dengan Tiara sebentar. Saya tidak tahu jika pintu itu terkunci."
"Ya, Pak Leo, tidak apa-apa, saya mengerti. Kalau begitu, kami permisi." Ryan pun langsung membawa Tiara pergi dari tempat itu. Sedangkan Leo merasa kesal karena gagal mengintimidasi Tiara agar mau tetap bersamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
~ Sari
uhh untung ryan dateng
2023-01-06
0
Enisensi Klara
Ryan emang the best 🥰🥰🥰
2023-01-06
0
Enisensi Klara
Yeàaay 🥳🥳🥳 Ryan datang menyelamatkan Tiara ,hajar Leo tuh
2023-01-06
0