Mencoba untuk tegar

"Hoaaaam, akhirnya selesai." Tiara merentangkan tangannya setelah pekerjaannya selesai.

"Pak, sudah selesai," ucapnya sambil menoleh ke arah Ryan.

Namun, terlihat pria itu sudah tertidur di atas sofa. Tiara pun melihat arlojinya yang ternyata sudah jam sepuluh malam. Sepertinya Ryan kelelahan akibat aktifitasnya yang berat hari ini.

Tiara pun mengambil selimut dan menutupi tubuh Ryan. Setelahnya, dia pun pergi keluar. Meninggalkan rumah itu menuju rumah dinasnya. Rumah yang diberikan perusahaan sebagai fasilitasnya. Begitu juga dengan mobil yang dia gunakan yang juga fasilitas dari kantor.

Sesampainya di rumah, Tiara pun langsung berendam di dalam bathtub dengan air hangat. Beginilah caranya menghilangkan rasa lelah karena seharian bekerja.

Air matanya pun kembali mengalir mengingat Leo yang sudah berselingkuh darinya.

Selesai mandi, Tiara pun langsung pergi ke kamarnya dan bersiap untuk tidur.

Namun, baru saja dia ingin memejamkan mata, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Tadinya dia kira dari Leo, ternyata dari mantan sahabatnya, yaitu Melia.

Ingin sekali dia menolaknya, namun, dia ingin sekali mendengar secara langsung dari Melia tentang perbuatannya selama ini.

"Kenapa?"

[Oh, ternyata masih hidup. Aku kira kamu akan bunuh diri.] Terdengar suara ejekan dari seberang sana.

"Aku tidak sebodoh itu. Kehilangan sampah seperti kalian adalah hal yang tak perlu aku sesali."

[Oh ya? Kasihan sekali karena kamu kehilangan pria tampan dan kaya seperti Leo. Sayangnya dia malah memilihku.] Terdengar suara tawa ejekan di seberang sana.

"Aku tidak peduli! Pria murahan pasti juga suka dengan wanita murahan. Lagipula aku bersyukur tidak jadi menikah dengannya. Dan dari kejadian hari ini, aku akhirnya sadar bahwa selama ini aku dikelilingi orang-orang munafik. Kau dan Leo adalah penghianat yang paling rendah!" Tiara mendesis mengeluarkan kata hinaan itu.

[Aku tidak peduli. Toh, sekarang aku telah memiliki apa yang aku inginkan. Mendapatkan pria kaya dan tampan sekaligus menghancurkan dirimu. Orang yang selalu membuat aku menjadi nomor dua.]

"Ya, setidaknya sekarang aku tahu bahwa selama ini kamu berteman denganku karena ingin menghancurkanku. Belum terlambat untuk itu. Aku masih bisa menata masa depanku dan menjauh dari orang-orang munafik seperti kalian."

[Aku tidak akan pernah membiarkan hidupmu bahagia, Tiara. Kau harus mendapatkan penderitaan yang lebih karena telah merebut semuanya dari hidupku, yaitu selalu menjadi nomor satu.]

"Terima kasih karena telah mengakui bahwa akulah yang nomor satu. Satu hal yang harus kamu ketahui, Melia. Jika dia pernah meninggalkan aku karenamu, maka bisa saja suatu saat nanti dia akan meninggalkanmu demi orang lain. Pria yang pernah sekali berselingkuh, pasti akan melakukan hal yang sama. Jangan berpikir jika dia berselingkuh dariku, maka dia akan setia padamu. Ketahuilah, Melia. Kamu akan mendapatkan balasan atas apa yang kamu lakukan padaku."

Karena kesal, Melia pun menutup teleponnya. Sedangkan Tiara hanya bisa menghela nafas pelan. Rasanya sangat sesak karena dikhianati oleh orang-orang terdekatnya.

Sedangkan di sisi lain, Ryan yang baru saja bangun pun heran melihat selimut yang kini menutupi tubuhnya. Dia melihat Tiara sudah tidak ada di tempat dan jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

"Ternyata dia sudah menyelesaikannya. Bagus, Tiara! Karena itulah aku selalu mengandalkan dirimu." Tersenyum puas sambil berlalu menuju kamarnya. Melanjutkan tidurnya setelah sebelumnya mengganti baju.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***