Chandra dan Sonya kini sudah berada di sebuah hotel melati. Berkali-kali Sonya mendengus kesal, lantaran Chandra memilih hotel rendahan ini, bukan hotel mewah dengan berbagai fasilitas yang tersedia.
"Maaf, Non. Kamarnya yang kosong hanya tinggal satu," kata Chandra memberitahukan Sonya yang tengah duduk di sofa.
"Kalau gitu nggak jadi. Kita cari hotel yang lain saja." Sonya jelas menolak satu kamar dengan Chandra dan memang sejak awal Sonya tidak mau menginap di hotel tersebut.
"Tapi, Non. Di daerah sini tidak ada hotel lagi selain hotel ini. Walaupun ada juga jauh dari sini, sedangkan sekarang sudah mau malam."
"Bodo! Yang jelas aku nggak mau satu kamar sama kamu!"
"Baiklah, terserah Non saja." Chandra pun memilih mengalah dari pada harus adu mulut dengan Sonya.
"Cepat kita pergi dari sini," tukas Sonya, yang langsung bergegas keluar dari hotel tersebut.
Sonya berjalan cepat ke jalan raya dan Chandra mengikutinya dari belakang. Lagi-lagi Sonya menggerutu karena tidak ada taksi yang lewat, membuat Sonya semakin kesal.
"Kenapa nggak ada taksi yang lewat sih," dengus Sonya.
"Di sini memang nggak ada taksi. Ada juga angkot atau ojek," timpal Chandra.
Sonya melirik sebal wajah Chandra yang terlihat biasa saja. Kemudian Sonya merogoh ponselnya di dalam tasnya, untuk memesan taksi online.
"Sial! Kenapa disini susah sinyal sih!" Sungut Sonya dan memasukkan lagi ponselnya ke dalam tas.
"Jadi gimana?" Ucap Chandra memastikan.
Sonya membuang nafasnya kasar dan memang ia tidak ada pilihan selain menginap di hotel tersebut dan harus sekamar dengan Chandra.
"Ya deh! Kita nginep di hotel itu," jawab Sonya terpaksa. "Tapi ingat, kamu jangan macam-macam sama aku!"
"Tenang saja, Non. Saya tidak akan macam-macam."
"Cepat, kamu pesen kamarnya," perintah Sonya ketus. Chandra mengangguk dan kembali masuk ke dalam hotel. Setelah itu Chandra dan Sonya mengikuti langkah petugas hotel menuju kamar yang akan ditempati.
"Silahkan masuk," kata petugas hotel mempersilahkan Chandra dan Sonya masuk ke dalam kamar hotel.
Kedua bola mata Sonya langsung menyapu seluruh kamar hotel tersebut. Warna dinding yang sudah kusam, tempat tidur yang berukuran sedang, meja rias dan satu buah televisi sebesar 14 inci.
Satu lagi yang membuat Sonya kesal, tidak ada AC. "Ini hotel macam apa sih," cibir Sonya. "Sudah kamarnya kecil, pengap, nggak ada AC." Sonya terus bersungut-sungut.
Chandra hanya menggelengkan kepalanya mendengar gerutuan Sonya, lalu Chandra memilih duduk di kursi plastik samping meja rias. Chandra sudah sangat lelah dan ingin mengistirahatkan tubuhnya.
Baru saja Chandra terlelap dan akan masuk ke alam mimpi, tapi sebuah suara memintanya untuk bangun.
"Chan, aku lapar," ucap Sonya.
"Hemm...." Jawab Chandra, dengan mata terpejam. Kedua matanya terasa sangat lengket untuk membukanya.
"Chandra! Aku lapar!" Kali ini Sonya berbicara cukup keras karena Chandra bergeming ditempatnya.
"Iya...." Jawab Chandra lirih dan memaksa matanya untuk terbuka. Tatapan Chandra sangat sayu karena rasa ngantuk masih menggantung di pelupuk matanya.
"Cepat bangun! Aku sangat lapar tahu!" Kesal Sonya sembari menarik tangan Chandra.
"Iya-iya...." Chandra akhirnya menuruti kemauan Sonya dan keduanya segera mencari tempat makan.
Lagi-lagi Sonya menggerutu, harapannya untuk makan yang enak lenyap sudah, karena Chandra kini mengajaknya ke warung makan sederhana.
Walau kesal, Sonya tetap makan di tempat tersebut. Daripada dirinya harus kelaparan sepanjang malam.
"Di sini ada minimarket nggak?" Tanya Sonya setelah selesai menghabiskan makanannya.
"Minimarket?" ucap Chandra sambil mengingat-ngingat tempat tersebut.
"Kayaknya ada."
"Cepat habiskan makannya, setelah itu kita pergi ke minimarket."
Chandra mengangguk dan segera menghabiskan makanannya. Selesai makan, keduanya kini berjalan kaki ke tempat minimarket dan akhirnya sampai juga di minimarket.
"Aku pikir dekat, ternyata jauh," ucap Sonya, yang merasa capek karena berjalan kaki sekitar lima atau lima belas menitan dari warung makan.
Lalu Sonya dan Chandra pun masuk ke dalam minimarket. Yang pertama di cari oleh Sonya adalah cemilan, lalu minuman kemasan.
"Aku ambil yang mana ya minumannya?" Sonya menimbang minuman bersoda dan minuman yang bergambar bintang. "Yang ini aja deh." Sonya memilih minuman yang bergambar bintang. Akan tetapi Chandra langsung merebut minuman tersebut dari tangan Sonya.
"Kamu apa-apaan sih, main rebut saja!" Sonya langsung marah terhadap Chandra.
"Non dilarang meminum ini. Minuman ini nggak baik buat ibu hamil," ucap Chandra menyimpan kembali minuman tersebut ke dalam rak.
"Terserah aku dong! kenapa sekarang kamu ngatur-ngatur!"
Sonya menatap kesal wajah Chandra, yang sudah berani terhadapnya.
"Kamu lupa dengan isi surat pernikahan kita!" Sonya berkata tegas, mengingatkan lagi soal perjanjian pranikah.
"Ingat. Tapi untuk yang satu ini saya harus ikut campur, karena ini menyangkut kandungan, Non." Bagaimanapun Chandra tidak mau Sonya membahayakan kesehatan bayi dalam kandungannya.
Sonya menatap geram wajah Chandra, tapi Sonya tetap kekeuh mengambil minuman tersebut dan tidak peduli dengan Omelan Chandra.
"Kalau Non nggak mau nurut apa kata saya, maka saya tidak mau membantu Non lagi. Bila perlu saya laporkan Non ke polisi." Ancam Chandra, karena Sonya tetap keras kepala untuk membeli minuman tersebut.
Sonya benar-benar sangat marah dengan ancaman Chandra dan rasanya ia ingin mencekik lehernya Chandra. Sonya terpaksa menyimpan kembali minuman tersebut dengan kasar.
"Sekali-kali Non itu harus nurut apa kata saya. Ini juga demi kebaikan Non dan si jabang bayi."
"Berisik!!" Jawab Sonya penuh emosi, lalu Sonya segera membayar semua belanjaannya, setelah itu Sonya mengajak Chandra kembali ke hotel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Ami batam
nona sonya kenapa susah banget di bilangin ya🤦♀️
2023-01-07
1
Evi
kesel tu kesel tu
2023-01-03
0