Menikah
Valen dan Alden sudah sah menjadi suami istri. Mereka tidak menggelar pernikahan dan hanya menggunakan wali saja. Ini sangat jauh dari bayangan Valen. Bahkan Valen tidak pernah menyangka jika dirinya akan menikah dengan dress biasa, tanpa gaun pengantin juga tanpa restu orang tuanya.
Tapi semua sudah terjadi. Yang terpenting, sekarang dia bersama dengan Alden. Pria yang dapat membuat Valen bahagia sekaligus merasakan sakit secara bersamaan.
"Maaf, aku tidak bisa membuatkanmu pesta yang mewah." Ucap Alden saat mereka berada di mobil.
"Gak apa sayang.. yang penting kamu mau bertanggung jawab." Valen mencoba tersenyum meskipun saat ini hatinya sedikit sedih.
Alden mencondongkan badannya untuk mencium Valen yang begitu cantik dengan make up dan lipstik merahnya. Lama mereka berciuman sampai Valen merasakan dorongan dari perutnya yang tiba-tiba terasa mual.
"Den, hentikan. Aku mual." pinta Valen saat tautan bibir mereka terlepas. Valen menutup mulut dengan tangannya.
"Apa ibu hamil selalu seperti ini? Apa yang bisa mengurangi rasa mual mu?" tanya Alden sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia tidak pernah tau apa saja yang dirasakan orang hamil seperi Valen.
"Ya, terkadang aku merasa sangat mual." "Tapi, aku nyidam ingin makan macaron."
"Baik, tuan putri.. kita beli apa yang kamu inginkan." Alden mengacak-acak rambut Valen, lalu dia menyetir mobilnya untuk pergi ke tempat yang ditunjukkan Valen.
Alden berhenti di sebuah toko kue yang cukup terkenal. Dari jalan pun mereka sudah bisa mencium aroma butter dan coklat. Valen sudah tidak sabar untuk masuk. Perutnya juga keroncongan karena sejak tadi di catatan sipil mereka belum makan sama sekali.
Alden menggandeng Valen dengan mesra memasuki toko kue itu. Valen langsung menuju elatase yang memajang kue kesukaannya itu.
"Aku ingin ini.. ini..dan yang ini juga boleh, satu." Valen menunjuk dengan semangat beberapa roti di etalase. "Kamu ingin makan apa sayang?"
"Jangan membeli banyak-banyak.. nanti tidak habis.. kita hanya berdua." omel Alden.
"Bertiga. Kamu lupa di dalam ini ada anak mu?"
Alden terdiam. Dia lupa kalau Valen sedang hamil dan mereka ke sini karena Valen nyidam. Ya, bukan hanya Valen yang terkejut dengan perubahan ini. Tapi juga Alden. Dia sekarang mempunyai istri dan sudah menjadi kepala keluarga. Perubahan status yang begitu mendadak ini pasti membuat Alden sedikit terbebani. Apalagi dia tau kalau Valen bergabung dengan kelompok sosialita dan gaya hidupnya cukup tinggi.
"Valeenn.." seorang wanita cantik blesteran indo belanda menghampiri Valen dan Alden.
"Hay, Sandra.." Valen mengenali wanita itu dan langsung cipika cipiki dengannya.
Sandra adalah langganan klinik kecantikan Valen. Mereka berdua cukup dekat karena Sandra kerap curhat pada Valen mengenai pernikahannya yang tidak harmonis.
"Wah..kamu makin cantik saja." puji Sandra.
"Astaga, ini karena make up." Valen tertawa renyah karena pujian dari Sandra.
"Oh iya, siapa pria di sebelah mu? Apa kamu sudah mulai mau pacaran?" goda Sandra. Dia paham betul, Valencia adalah wanita independen yang tidak mau pacaran meskipun banyak yang mengejarnya. Ini karena Valen banyak mendapatkan curhatan dari para customernya jika menikah itu tidak seindah yang di bayangkan.
"Dia pacar ku, Alden." jawab Valen gugup.
Alden tersenyum sambil menyalami Sandra yang mengamati wajahnya dengan intens. Dia juga melihat penampilan Alden dari atas ke bawah. Alden memang tampan, tapi pakaiannya begitu sederhana dan tidak bermerk.
Sedangkan Alden kebingungan kenapa Valen mengenalkan dia sebagai pacar dan bukan suaminya. Apa wanita itu lupa kalau mereka baru saja menikah 1 jam yang lalu?
"Hai Alden. . senang kenalan dengan mu." ucap Sandra ramah. "Sepertinya wajah mu tidak asing. Kamu bekerja di mana?"
"Aku bekerja di Club sebagai bartender." jawab Alden cepat. Dia sebenarnya sudah keluar dari pekerjaan lamanya setelah kembali pada keluarga Sebastian, tapi kini Alden sudah ditendang kembali. Jadi, dia memutuskan akan bekerja lagi di club.
"Ooo.. iya.. pantas saja aku pernah melihat mu." Sandra kini teringat pada pria yang selalu di kelilingi wanita saat berada di club. Tapi pertanyaannya, apakah benar Valen pacaran dengan seorang pegawai Club? Padahal Valen tinggal memilih deretan pengusaha atau para artis yang mendekatinya. Kenapa dia malah memilih Alden?
Sandra menarik tangan Valen untuk mendekat padanya. "Kamu yakin, kamu mau sama dia? Lebih baik kamu pikirkan lagi jika kamu ingin menikah dengannya. Percaya pada ku, hidup mu akan susah jika menikah dengan nya." bisik Sandra.
Meskipun itu diucapkan dengan lirih, tapi Alden bisa mendengar mereka. Dia menggenggam tangannya menahan emosi karena hinaan dari teman Valen itu.
"Val, cepat bayar. Aku tunggu di mobil." Alden memutuskan untuk keluar sebelum emosinya meledak dan malah menyakiti Sandra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments