Alden menarik nafas panjang sebelum masuk ke rumah Sebastian. Dia sudah siap dengan segala konsekuensi yang akan dia dapatkan ketika bicara pada Daddy dan Mommy nya nanti.
Valen menggenggam tangan Alden, dan bersembunyi di belakang pria itu. Valen tau jika keluarga Alden juga kurang menyukainya.
Ben dan Lidia sudah menunggu di ruang tengah. Mereka cukup terkejut melihat Valen bersama Alden, terlebih mereka saling bergandengan tangan.
"Dad,, ada yang mau Alden bicarakan." Alden tetap memilih berdiri. Dia sudah panas dingin karena Ben menatapnya tajam ke arah mereka berdua. Belum pernah Alden setegang ini ketika berhadapan dengan Ben. Biasanya, justru dia yang begitu percaya diri dan emosional membatah semua yang Ben katakan.
"Apa yang ingin kamu bicarakan, Den? Apa ada masalah di rumah sakit?" tanya Ben lebih dulu. Beberapa bulan ini memang Alden membantu Sam alias kakaknya, untuk mengurus rumah sakit miliknya. Alden bekerja cukup baik, meskipun Alden harus mulai belajar dari 0.
"Bukan masalah rumah sakit, Dad." "Alden hanya ingin bilang, kalau Alden akan menikah dengan Valen." ucap Alden sambil menatap Ben.
"Apaaa?? Alden, tolong jelaskan ini semua." pekik Lidia.
"Alden akan menikah dengan Valen, secepatnya." ulang Alden.
"Tidak bisa. Mom tidak setuju." Lidia melengos dan tidak mau menatap Valen ataupun Alden.
"Kenapa secepatnya? Kakak mu saja belum menikah." Ben coba untuk berpikir positif meskipun perasaannya sekarang tidak enak.
"Itu karena, Valen hamil." kata Alden akhirnya.
"Alden!" Ben berdiri. Ada kilatan amarah dalam wajah Ben. Ben adalah orang yang sabar dan jarang sekali emosi, jadi kalau dia sudah berteriak, itu menandakan jika Ben benar-benar marah.
"Kamu jangan bercanda dengan Dad."
"Tidak Dad. Valen hamil anak Alden, karena itu Alden ingin menikah dengannya." aku Alden.
'PLAK' Alden kembali mendapatkan tamparan.
"Kamu benar-benar mencoreng nama baik keluarga Sebastian."
"Iya, Alden pantas mendapatkannya, Dad." Alden mengakui segala kesalahannya dengan rendah hati.
"Cepat kamu pergi sekarang! Dad tidak ingin lihat wajah mu lagi." usir Ben.
Tiba-tiba Ben memegangi dadanya. Dia merasa lemas dan pandangannya gelap. Ben terduduk dengan lemas di kursi, dan dia tidak tahu lagi apa yang terjadi.
"Dad.."
"Sayang.."
Alden dan Lidia berteriak bersamaan ketika melihat Ben jatuh pingsan.
"Cepat telepon Sam." teriak Lidia.
Alden dengan panik mengambil ponselnya di saku. Tapi saking paniknya, Alden sampai tidak bisa menemukan kontak Sam.
"Dad!" Sam ternyata sudah muncul di belakang Alden. Dia langsung menghampiri Ben yang sepertinya terkena gejala stroke.
"Bantu aku, Den." Sam dan Alden memapah Ben di kanan dan kiri, lalu segera membawanya ke mobil.
Lidia memandang Valen dengan tatapan sinis sambil berlalu.
Valen terduduk di sofa. Dia sangat shock melihat Ben yang tiba-tiba sakit seperti itu. Lagi-lagi Valen harus menghadapi situasi yang sulit seperti ini. Dia hanya menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong. Kehidupannya yang sempurna hancur sudah. Valen kehilangan segalanya. Dia kehilangan karirnya sebagai dokter kulit, dia kehilangan kepercayaan orang tuanya, dan sekarang Alden pun pergi.
Valen sudah siap untuk pergi, tapi belum sempat Valen berdiri, Alden kembali masuk. Dia berjongkok di depan Valen yang lagi-lagi sudah menangis.
Ini hari yang panjang dan sungguh melelahkan untuk mereka berdua. Baik Alden dan Valen harus menerima segala konsekuensi dari hal yang mereka lakukan.
"Val.. kita pergi.." ajak Alden.
"Bagaimana dengan Om Ben?" tanya Valen di tengah isaknya.
"Aku tidak tau. Mom tidak mengijinkan ku untuk ikut." ucap Alden sedih. Sebenarnya, Alden sangat hancur melihat Ben seperti itu, tapi dia harus kuat supaya tidak menambah beban pikiran Valen.
"Maafkan aku, Val.."
"Tidak apa-apa, Den. Ini salah kita berdua." Valen memegang tangan Alden.
Alden berdiri dan memeluk Valen. Dia sudah berjanji dalam hatinya akan menjaga Valen dan anaknya dengan sekuat tenaga.
Valen juga tampak pasrah. Penolakan keluarga Sebastian ini sebenarnya sudah bisa Valen tebak. Apalagi Lidia tidak suka pada Valen.
"Kita akan menikah besok, apa kamu keberatan?"
Valen mendongak pada Alden dan menatap wajah tampannya yang tampak sayu.
"Lebih cepat lebih bagus." "Tapi,sekarang kita ke mana?" tanya Valen bingung.
Alden terdiam sesaat.
"Kita menginap di hotel sepupu ku saja, Reno Sebastian."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Maya●●●
aku mmpir lagi kk
2023-02-15
1