Felix dan Marinka berada di pesawat jet pribadi miliknya. Marinka belum sadar dari pingsannya, yang di bawa oleh Felix adalah tas selempang yang ada di tubuh Marinka. Dia menatapi wajah Marinka yang cantik dan berkulit sawo matang, sangat manis jika terus di perhatikan.
"Hemm, kamu ternyata gadis unik dan menarik. Akan aku jadikan tawananku di dalam mansionku, aku ingin tahu sepertinya dia gadis yang tangguh dan pemberontak." ucap Felix dengan senyum smiriknya.
Pesawat jet pribadi milik keluarga Felix itu pun mendarat di bandara khususu pendaratan pesawatnya. Felix menurunkan Marinka yang masih tak sadarkan diri, pengawal ingin membantunya membawakan gadis yang dia gendong. Tapi Felix tidak membolehkan pengawalnya menyentuh tubuh Marinka.
"Tuan, siapa yang anda bawa itu?" tanya Freid, asisten Felix mengikutinya dari belakang.
"Dia tawananku. Siapkan kamar khusus untuknya dan juga semua kebutuhannya. Jangan sampai dia kabur dari kamarnya." kata Felix.
"Baik tuan. Tapi maaf, dari mana anda menemukan gadis ini?" tanya Freid.
"Aku menemukannya di kamp gerilyawan. Di saja dia ternyata tersasar, aku pikir lebih baik di bawa ke mansionku. Akan kubuat mainanku, jangan sampai ada orang yang menyentuhnya selain aku. Kamu mengerti?" kata Felix.
"Baik tuan. Saya akan menyiapkan kamar khusus untuknya. Tapi apakah anda mau istirahat dulu?" tanya Freid.
"Ya." jawab Felix.
"Setelah anda istirahat, ada pertemuan kelompok klan tuan. Mereka membicarakan rencana selanjutnya, kelompok klan Laurance sedang mencari pasar untuk menyebarkan narkoba ke kasino-kasino." kata Freid.
"Benarkah? Lalu, apakah pasokan senjata dari pabriknya itu dia salurkan kemana?" tanya Felix.
"Masih negara yang sama, tapi para pemberontak itu beralih ke yang lain. Jadi klan Laurance mencari untung dari menjual narkoba ke kasino-kasino." kata Freid memberi laporannya.
"Hemm, jadi mereka menjual narkoba juga. Baiklah, kita saingi mereka. Buatkan senjata api lagi dan jual juga pada para penjahat di seluruh kota, kepolisian. Bedakan jenisnya, biar tidak membuat kepolisian terkena dampak fitnah karena senjatanya sama dengan penjahat kota." kata Felix lagi.
"Baik tuan." kata Freid.
Anak buah Felix mendekat, dia memberitahu kalau kamar khusus untuk Marinka sudah selesai.
"Kamar sudah siap tuan Felix, anda bisa membawanya ke kamar. Apa saya bisa bantu mrmbawanya?" tanya anak buahnya.
"Tidak. Biar aku yang membawanya ke kamar." kata Felix.
Dia membopong tubuh Marinka lalu membawanya ke kamar yang sudah di siapkan. Freid dan anak buahnya itu merasa heran, kenapa bosnya tidak membolehkan gadis yang dia bawa di sentuh oleh orang lain.
"Tuan Freid, apakah ada yang aneh dari sikap tuan Felix?" tanya Troy, anak buah Felix itu.
"Ya Troy, dia berbeda sikapnya kali ini pada gadis itu. Aku tidak tahu secantik apa gadis itu, tadi dia menutupi wajah gadis itu. Heh, lucu sekali. Kenapa tuan Felix begitu melindungi gadis itu. Biasanya dia usir jika hatinya tidak mood." kata Freid.
"Benar, dia laki-laki dingin pada wanita. Hanya ingin hiburan saja, tapi kenapa membawa gadis itu bahkan tidak boleh ada yang menyentuhnya?" kata Troy.
"Sudahlah, biarkan saja. Mungkin kali ini dia memang sangat tertarik dengan gadis itu. Kulihat gadis itu memang berbeda dengan gadis-gadis yang pernah dia sewa untuk hiburan." kata Freid lagi.
Mereka pun keluar dari mansion Felix, semua pelayan di saja di suruh melayani Marinka dengan baik. Satu pelayan khusus akan menemani Marinka di mansion Felix itu. Kamar di buat khusus, dan tentunya Felix menyuruh pelayannya membelikan baju-baju untuk Marinka.
"Siapa namamu?" ucap Felix ketika dia membaringkan Marinka di kasurnya yang empuk.
Masih belum sadar, namun tubuh Marinka sudah menggeliat. Perlahan membuka matanya, dan melihat sekeliling. Dengan keadaan terkejut, Marinka pun duduk dan melihat Felix berdiri di samping ranjangnya.
"Siapa kamu?!" tanya Marinka berteriak.
"Aku Felix. Kamu siapa?" tanya Felix dingin dengan tangan di lipat di dadanya.
Tatapannya tajam pada wajah Marinka. Marinka menatap sekeliling, semuanya serba mewah di dalam kamar itu. Dia merasa aneh, kenapa ada di kamar mewah itu?
"Aku di mana?" tanya Marinka.
"Di mansionku." jawab Felix.
Marinka masih menatap sekeliling kamar, lalu dia menatap Felix yang masih menatapnya dingin. Ingatan Marinka tentang laki-laki di depannya itu pun muncul ketika dia berada di kamp yang penuh peti senjata.
"Kamu siapa? Kenapa aku ada di sini?" tanya Marinka pada Felix.
"Aku yang membawamu kemari, dan kamu tahu siapa aku?" tanya Felix.
"Siapa kamu?" tanya Marinka.
"Hemn, sudahlah. Kamu tidak perlu tahu siapa aku. Kamu sekarang jadi tawananku." ucap Felix lagi.
"Tolong lepaskan aku, aku harus ke kamp selatan. Di sana membutuhkan tenaga medis, bagaimana bisa aku ada di kamar seperti ini?" kata Marinka lagi.
Dia beranjak dari duduknya, hendak turun dan pergi dari kamar itu. Tapi Felix menahan tangannya agar tidak pergi dari ranjang itu. Dia menarik tangan Marinka dengan kasar hingga gadis itu terjungkal kembali.
Marinka menatap tajam pada Felix, dia tidak menyangka laki-laki itu kasar padanya. Tatapan Felix menghujam matanya yang bulat bening itu. Marinka menghela nafas panjang.
"Lepaskan aku! Kamu penculik?!" teriak Marinka.
"Hahah! Ya, aku penculikmu. Akan aku jadikan kamu budakku!" ucap Felix dengan lantang.
Lalu dia pergi dari hadapan Marinka yang masih terkejut dengan sikap Felix tersebut. Dia menatap kepergian laki-laki gagah dan berwajah tampan dengan rambut cokelatnya.
"Kenapa aku sampai di bawa sama dia?" ucap Marinka.
Dia mengingat lagi kejadian ketika dia masuk kamp itu. Memang waktu itu dia ragu, sebuah kamp yang jauh dari rumah-rumah penduduk yang sudah porak poranda. Dan kamp tersebut terlihat sepi, tidak ada kegiatan pengevakuasian korban. Tapi benar-benar sepi dan bukan tempat kamp pengungsian.
"Dia siapa ya? Kok ada di sana, dan kenapa juga aku ada di kamar mewah ini?" ucap Marinka masih menatap sekeliling kamar itu.
Pintu kamar terbuka, tiga orang berpakaian pelayan masuk membawa beberapa baju. Satu pelayan yang sepertinya itu adalah ketua pelayan itu mengatur dua pelayan untuk membawa baju-baju ke dalam ruangan khusus.
Dia juga mengatur pelayan untuk merapikannya. Dan sejak tadi Marinka melihat ketiga pelayan itu sibuk menata beberapa baju dan juga sepatu. Ada juga kotak besar di tangan satu pelayan, entah kotak apa itu. Tapi sepertinya kotak berisi make up.
Marinka mendekat, melihat cara kerja para pelayan itu. Satu pelayan yang di anggap sebagai kepala pelayan pun membungkuk pada Marinka, membuat gadis itu mundur beberapa langkah karena kaget.
"Maaf nona kalau saya mengagetkan anda." kata kepala pelayan itu.
"Kalian siapa?" tanya Marinka heran.
"Kami pelayan nona di sini, tuan Felix yang memerintahkan kami untuk melayani anda selama di sini." kata kepala pelayan itu.
"Tapi, saya ini tenaga medis di sebuah kamp pengungsian di wilayah konflik. Saya harus bekerja membantu dokter di sana. Bisakah membantuku untuk pergi dari tempat ini?" tanya Marinka.
"Maaf nona, bukan wewenang saya. Saya hanya di perintahkan oleh tuan Felix untuk melayani anda." kata kepala pelayan itu membungkuk hormat.
"Ck, kenapa aku terjebak di sini sih?" ucap Marinka kesal.
"Nona, apakah anda ingin makan malam?" tanya pelayan itu.
"Tidak! Aku ingin tidur." kata Marinka mulai kesal.
Rasanya dia sial sekali hari ini. Berada di tempat asing dan terlihat mewah, entah siapa mereka. Membuatnya semakin bingung, menuju ranjang dan membaringkan tubuhnya. Pikirannya masih berada di kamp pengungsian, memikirkan teman-temannya pasti khawatir tentang dirinya.
Lalu, bagaimana nanti ibunya jika tahu anaknya itu hilang dari kamp pengungsian?
_
_
********************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments