02. Tugas Pertama Marinka

Marinka dan empat orang lainnya sudah bisa bertugas pertama di hari kedua dia berada di wilayah itu. Awalnya dia kaget karena dari baraknya dia tinggal terdengar dentuman bom dan juga beberapa tembakan.

Tapi lama kelamaan sudah biasa, selalu hampir setiap menit ada saja suara tembakan atau bom yang meledak. Itu membuat Marinka selalu terkejut.

"Hai semua, ada tugas pertama untuk kita. Kita menuju kamp pengungsi, di sana ada beberapa korban sipil yang terkena tembakan dan bom di jalan. Ayo kita bantu mengobati mereka, ini tugas pertama kita. Kita bekerja dengan baik ya." kata ketua rombongan Marinka.

Rombongan Marinka berisi lima orang, dari lima puluh orang itu di bagi menjadi dua puluh lima kelompok, satu kelompok lima orang. Dan mereka tersebar di beberapa titik rumah penduduk yang rawan sekali terjadi kena sasaran tembakan dan bom serangan dari para orang-orang yang bertikai.

Marinka dan empat orang lainnya menuju kamp pengungsi yang sudah di evakuasi oleh petugas yang berjaga mengambil dan membawa korban. Marinka melihat ada empat orang yang terluka, dia mengambil kotak obat dan mendekat salah satu korban.

Kakinya terkena tembakan, laki-laki korban sasaran tembak itu kesakitan. Marinka tidak bisa bahasa negara tersebut, jadi dia hanya menggunakan bahasa Inggris dan bahasa isyarat.

"Tuan tenang saja ya, saya akan mengobatinya." kata Marinka dengan bahasa isyaratnya.

"Oke-oke." kata laki-laki itu.

Marinka mencoba mengambil pisau kecil untuk mengambil peluru yang menyasar di kaki laki-laki itu. Dia sudah belajar banyak bagaimana cara mengeluarkan peluru dari tubuh orang yang terkena tembakan. Pisau itu di lumuri alkohol agar tidak menginfeksi daging pada kaki laki-laki itu.

Lalu Marinka mencoba menekan kaki laki-laki itu dan menancapkan secara perlahan mata pisau dan mencoba mencungkil peluru yang terlihat. Laki-laki itu menjerit kuat, ternyata Marinka bisa tahan dengan kejadian tersebut.

"Aaargh! Sakiit!" teriak laki-laki tadi.

Empat teman satu kelompok Marinka melihat Marinka begitu berani mencungkil peluru yang bersarang, hingga laki-laki yang di tolong Marinka menjerit karena sakit pelurunya sedang di ambil paksa oleh Marinka.

"Aaargh!"

"Sudah keluar pelurunya, saya obati ya." kata Marinka lega karena dia bisa mengambil peluru dari tubuh laki-laki itu.

Tugas pertama Marinka sangat menakjubkan bagi teman-teman lainnya. Berani mengambil peluru, dia juga cekatan mengobati kaki yang tadi di ambil pelurunya.

"Sudah saya obati, semoga sembuh ya lukanya." kata Marinka masih dengan bahasa isyarat.

"Ya, terima kasih." kata laki-laki itu.

"Anda mau kemana?" tanya Marinka ketika laki-laki itu bangkit dari duduknya.

"Anakku terjebak di lorong sana, saya harus membawanya pergi." kata laki-laki itu.

"Tapi anda terluka, di sini saja. Jangan kemana-mana." kata Marinka.

"Anakku! Dia terjebak di lorong!" katanya lagi.

Marinka bingung, dia mendekati satu petugas dan bertanya padanya. Dia sudah lama di kamp pengungsian korban itu, jadi dia berpikir tahu apa yang di katakan laki-laki yang tadi dia obati.

"Maaf, laki-laki itu bicara apa?" tanya Marinka.

Petugas laki-laki mendekati laki-laki yang tadi di obati Marinka. Dia bertanya apa yang tadi di katakannya pada Marinka.

"Dia bilang mau menjemput anaknya yang terjebak di lorong. Jadi dia mau kesana, mengajak anaknya pergi." kata petugas itu.

Marinka diam, dia menatap laki-laki yang tadi dia obati. Dia pergi dengan jalan kaki pincang sebelah karena tembakan tadi. Rasanya miris sekali, dalam kondisi seperti itu dia masih memaksa jalan dan mau menyelamatkan anaknya yang terjebak.

Marinka berjalan akan membantu laki-laki itu, namun tangannya di cegah oleh temannya.

"Jangan, kita bertugas mengevakuasi korban dan mengobati orang yang terkena sasaran tembak. Lalu merawatnya, kalau dia tidak mau di rawat. Biarkan saja, masih banyak yang membutuhkan pertolongan kita." kata temannya memberi saran.

"Dia bukannya tidak mau di rawat, tapi mau mencari anaknya yang terjebak. Aku ingin membantunya." kata Marinka.

"Biarkan saja Marinka, banyak di sini orang-orang yang terkena tembakan dan di obati langsung pergi lagi. Yang terpenting tugas kita selesai dan membantu yang lainnya lagi." kata etua kelompok.

Marinka menghela nafas panjang, dia lalu duduk. Rasanya kasihan sekali, baru juga di obati. Tapi dia bersyukur bisa mengeluarkan peluru dari kaki laki-laki itu.

"Marinka! Cepat ini ada korban baru, kamu urus dia." kata ketua kelompok bernama Fandi.

"Ada lagi?" tanya Marinka.

"Tentu saja, setiap menit di pastikan akan selalu datang korban baru. Jadi kamu jangan heran bertugas di sini tidak ada jeda untuk berleha-leha. Baru duduk, pasti akan ada korban yang datang lagi." kata petugas yang sudah lama bertugas di kamp itu.

"Iya, maaf. Saya kaget saja, baiklah. Saya akan bekerja dan membantu mereka dengan cepat dan gesit." kata Marinka.

"Bagus, jadi jangan heran kalau setiap beberapa menit akan selalu datang dan setelah mereka di obati langsung pergi lagi. Karena memang seperti itu, lagi pula kamp kita ini sempit jika menampung orang-orang yang hanya terkena tembakan di kaki atau di tangan. Yang harus di urus itu luka yang cukup parah." kata petugas kamp tersebut.

"Baik, saya akan memperhatikan semuanya." kata Marinka.

Dia lalu membantu korban lagi, mengobati lukanya di wajah karena terkena percikan bom. Tidak ada rasa sakit pada laki-laki yang di obati Marinka, mungkin karena sudah biasa jadi tidak ada kekhawatiran di raut wajahnya.

"Sakit?" tanya Marinka mengolesi alkohol di wajah laki-laki itu.

"Tidak, ini sudah biasa saya alami." jawab laki-laki itu datar.

"Ooh. Sudah berapa kali anda terkena bom atau tembakan?" tanya Marinka dengan isyarat.

"Sepuluh kali." jawabnya dengan menunjuk kedua tangannya ke wajah Marinka.

Membuat gadis itu kaget dan memundurkan wajahnya. Dia tersenyum tipis, lalu mengganti alkohol dengan cairan betadin di oleskan ke wajahnya.

"Waah, beruntung sekali anda selalu selamat. Tuhan masih sayang sama nyawa anda." kata Marinka.

"Ya, karena saya pemberani." kata laki-laki itu membusungkan dada.

Marinka tersenyum, dia merasa ada sedikit hiburan dari laki-laki tersebut. Mengolesi wajahnya dengan kapas yang ada cairan betadin. Lalu membereskan semuanya, dan menatap laki-laki itu.

"Sudah, anda selesai di obati." kata Marinka.

"Thank you, nona." katanya.

"Ya, you'r welcome." jawab Marinka.

Laki-laki itu bangkit dan dia pergi keluar dari kamp tersebut. Marinka memandangi laki-laki yang baru saja keluar, lalu mengambil kotak obatnya. Tapi lagi-lagi dia melihat petugas membawa korban lain di tandu. Segera Marinka menghampiri korban yang memang cukup parah itu.

_

_

******************

Terpopuler

Comments

ummi a-sya

ummi a-sya

wkwkwk, salah ya aku kaka..😅

2023-01-08

0

Lingah Ce Moeymoey

Lingah Ce Moeymoey

kalo dari 50 orang relawan..masing² per kelompok 5 orang.. berati jadi 10 kelompok dong thor.. bukan 25😅

2023-01-08

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!