"Kamu kenapa? Kok mukanya masam gitu?"
"Nggak kenapa kenapa, Bu," jawab Julian dusta. Dia bahkan tidak berani menatap wajah ibunya.
"Gara gara cewek lagi?" terka sang ibu dan hal itu sukses menghentikan langkah kaki Julian. "Mau sampai kapan kamu kayak gitu terus, Jul?"
Julian menghempas kasar nafasnya lalu berdiri menghadap wanita yang telah melahirkannya. "Bu. Emang apa salahnya sih, kalau aku nggak dekat sama cewek? Nggak salah, kan? Ini kan mengindari zina juga?"
Ibu Sukma lantas tersenyum. Sebenarnya ada sisi bahagia dari wanita empat puluh empat tahun itu denyag pemikiran anaknya yang terkesan positif. Tapi disisi lain, dia juga ingin anaknya berubah dan mau mengatasi kondisinya yang sangat langka dan berbeda dengan pria lainnya.
"Apa kamu mau ta'arufan? Kalau iya nanti ibu yang mencari ceweknya," usul Bu Sukma antuias.
"Astaga, Ibu!" pekik Julian sambil mendudukan pantatnya di atas kursi yang bersebelahan dengan ibunya. "Aku itu masih muda, Bu. Baru juga dua puluh empat tahun. Usahaku aja baru berjalan. Belum ada satu tahun. Mau menafkahi istri pakai apa nantinya?"
Bu Sukma menghela nafasnya dalam dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. "Dari tahun ke tahun, selalu saja alasan kamu begitu, Jul. Apa kamu tidak sadar, sikap kamu itu bisa menyakiti hati wanita? Kalau mereka mengerti kamu dan memahami, oke. Mungkin kamu aman. Tapi kalau ada yang sakit hati dan dendam. Itu yang sangat ibu takutkan."
"Ibu nggak perlu khawatir, tidak ada yang sakit hati sama aku. Aku kan selalu baik baik ngomongnya saat menolak cewek," ucap Julian santai agar ibunya bisa tenang dan tidak perlu mengkhawatirkannya lagi.
"Baik baik apaan," suara Asifa tiba tiba menggelgar dari dalam kamarnya. Sepertinya remaja itu belum tidur dan mendengar semua obrolan Julian dengan budenya. Asifa lantas keluar dari kamarnya. "Budhe jangan percaya. Omongan Mas Julian sama para cewek itu sangat nyakitin banget. Bahkan temanku aja sampe nangis gara gara omongannya."
"Jangan fitnah, kamu!" hardik Julian.
"Siapa yang fitnah?" bantah Asifa lantang. "Mau bukti juga ayo. Siapa takut. Masa ya Budhe, gara gara ngajak pacaran, Julian ngatain temanku kalau dia cewek murah meriah. Siapa yang nggak nangis coba."
"Astaga! Bener, Jul?" tanya Ibu memastikan.
Julian mendelik ke arah Asifa tapi sepertinya sepupunya itu tidak takut sama sekali. "Padahal ya, Budhe, temanku itu baru pertama kali bilang suka sama cowok secara langsung. Tapi ucapan Julian malah bikin sakit hati. Cewek mana coba yang terima begitu saja dikatain cewek murah meriah. Pasti sakit hati kan, Bude?"
"Ya lagian, cewek kok nembak cowok? Ya wajar dong aku mikirnya gitu," Julian membela diri.
"Terus, nunggu Mas Jul yang nembak cewek? Sampai kiamat pun Mas Jul nggak akan pernah berani. Yang ada malah kiamat duluan," ejek Asifa langsung kembali masuk ke dalam kamarnya.
Bu sukma menggelengkan kepalanya beberapa saat lalu menatap tajam ke arah anaknya. Julian sendiri langsung salah tingkah dan berpaling menghindari tatapan sang ibu. Dia lantas segera bersiap diri hendak menuju ke kamarnya.
"Jangan seperi itu, Jul. Mereka anak orang. Kalau orang tuanya tidak terima bagaimana? Kamu mau terjadi apa apa sama kamu atau ibu?"
"Iya, iya," balas Julian males lalu tanpa bicara apa apa lagi, dia langsung beranjak menuju kamarnya. Sang ibu hanya mampu menggelengkan kepalanya beberapa saat.
Dengan kesal, Julian menghempaskan tubuhnya di atas kasur yang tergeletak di lantai. Pikirannya menerawang mengenai keadaan dirinya. Julian sendiri juga tidak ingin berada dalam keadaan seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, ucapan kasar yang keluar dari mulutnya itu spontan keluar dari mulutnya ketika dia sudah merasa sangat gelisah dan tertekan.
Julian ingat betul, kejadian saat bersama dengan temannnya Asifa. Wanita itu terlalu agresif dan terdengar memaksa Julian agar mau menerima cintanya. Sontak saja, Julian yang sedang panik semakin merasa tidak nyaman dengan sikap teman Asifa yang menempel terus. Maka itu keluarlah kata kasar dari mulut pria itu.
Bukan hanya teman Asifa yang jadi korban, termasuk tiga wanita yang dia kenal melalui tiga sahabatnya. Entah kenapa, Julian merasa wanita lebih agrsesif meski hanya baru kenalan, tanpa Julian sadari, justru karena sikap dia yang berubah sangat dingin, menyebabkan para wanita bersikap agresif terhadapnya. Apa lagi wajah dia yang sangat tampan, wanita mana yang tidak ingin memilikinya?
Di saat pikiran Julian berkelana kemana mana, ponselnya berdering tanda ada chat masuk. Julian langsung meraih ponselnya yang ada di sisi kanannya. Kening Julian berkerut saat membaca sebuah pesan masuk.
"Julian, Sayang. Aku cinta padamu."
...@@@@@...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
HNF G
hahaha..... mampos lo ditembak via sms😝
2023-03-29
1
cutegirl01
astaga
2023-02-24
0
Ani Tiara°°☆^☂⃝⃞⃟ᶜᶠ ♡~~
Julian dapet teror.
Susah ini menghadapi cowok macam Julian , tpi juga sebuah tantang untuk para cewek yg suka petualang😆😆
2023-01-28
1