Setelah acara syukuran peringatan kemenangan usai, Julian dan dua sahabatnya melajukan motor mereka ke rumah sahabat yang lain. Ternyata begitu sampai di tempat tujuan, sahabat Julian yang bernama Faiz, terlihat baru saja sampai di rumahnya. Mereka segera saling sapa dan memilih duduk di teras rumah seperti biasanya jika bertandang ke rumah sahabatnya itu.
"Kalian jam segini udah pada pergi, emang acara di rumah Pak lurah sudah selesai?" tanya Faiz begitu keluar rumah sembari menenteng nampan berisi empat cangkir kopi dan setoples kacang asin yang Faiz ambil dari warungnya. Meskipun itu adalah warung keluarga, tapi Faiz selalu membayar tiap mengambil barang dagangan di sana. Kata Faiz kasihan ibunya takut tidak dapat untung.
"Udah dong, ngapain lama lama di sana, bosen," balas Adi lalu menyeruput kopinya sedikit.
"Emang di sana ngapain aja?" tanya Faiz lagi yang kini sudah duduk di lantai sebelah Julian.
"Ya nggak ada acara yang penting sih. Sama lah kayak tahun lalu. Tahun lalu kamu ikut kan?" balas Adi lagi.
"Oh ... iya aku ikut," jawab Faiz singkat lalu dia juga mengambil kopi bagiannya serta sedikit menyesap kopi putih favoritnya.
"Terus kamu tadi kemana aja, Iz? Kok jam segini baru balik?" tanya Ucup sambil menikmati kacang asin yang dia comot dari dalam toples lalu menaruhnya di lantai keramik hitam dimana dia duduk.
"Ya keliling ke tempat saudara," balas Faiz, lalu dia menoleh ke arah Julian. "Oh iya, Jul. Tadi aku ketemu Kamila loh. Dia nitip salam buat kamu."
"Nah kan, apa aku bilang," ucap Julian setelah mendenyus dengan kasar. "Pasti akan ada nama Kamila setelah nama Safira dan Namira."
"Emang kenapa?" tanya Faiz merasa heran. "Aku kan cuma menyampaikan salam. Apa salah?"
"Ya nggak salah sih," balas Julian yang merasa tak enak hati. "Nggak suka aja kalau bahas cewek cewek itu."
"Kamu tuh aneh, Jul. Masih gitu terus ama cewek. Kamu nggak ingin berubah?"
Julian menghembus nafasnya dengan kasar. "Emang apa salahnya sih jika aku kayak gini? Kenapa kalian yang merasa kesusahan? Kalau emang kalian merasa aku adalah beban. Oke aku akan menjauh dari kalian," ucap Julian kesal dan dia segera bangkit.
"Ya bukan begitu, Jul," bantah Faiz. "Jul!"
Julian tak peduli ucapan sahabatnya. Dia segera beranjak dan menyalakan mesin motornya. Tanpa pamit kepada teman temannya, Julian langsung pergi meningalkan rumah Faiz dengan perasaan kesal.
"Heran sama kelakuan itu bocah. Makin kesini kok ya makin susah di omongin," ucap Ucup yang merasa kesal juga dengan sikap Julian. "Ada teman ngomongin baik baik, malah dikira yang tidak tidak. Ada orang lain ngomongin buruk, Julian diam aja. Maksudnya apa coba bersikap kayak gitu?"
"Ho oh," Adi menimpali. "Apa susahnya sih belajar melawan kekurangannya? Ada Safira, Namira, Kamila. Kurang cantik apa mereka, sampai Julian enggan mengenalnya lebih dekat. Harusnya dia seneng memilki kesempatan dekat dengan wanita."
"Ya mau gimana lagi," sahut Faiz. "Adanya Julian kayak gitu. Dia sendiri yang nggak ada niat berubah. Bakalan masih kayak gitu kalau Julian sendiri kagak ada niat untuk berubah."
"Aku sih khawatirnya ada yang nggak terima dengan sikap dia loh," ucap Ucup. "Jika ada yang dendam bagaimana? Nggak semua orang kan mau mengerti keadaan Julian?"
Apa yang dikatakan Ucup memang benar. Banyak yang kecewa dengan sikap Julian. Bahkan ada yang sakit hingga menimbulkan ambisi berbalut dendam. Selain itu, sikap Julian juga mengundang rasa penasaran kepada orang yang diam diam memujanya. Seperti yang dilakukan seseorang di dalam kamarnya saat ini.
"Bagimana caranya aku bisa menjeratmu, Julian?" gumam orang itu sambil terus memandangi foto Julian yang bertebaran di dinding kamarnya. "Bagaimana caranya memasukkan obat ini ke dalam tubuhmu?"
Orang itu mencium satu persatu foto Julian dengan penuh cinta. "Kamu tahu, Julian. Kamu adalah mimpi terbesarku saat ini. Maka itu, kamu harus segera aku miliki."
Julian sendiri masih merasa kesal saat ini. Rasa kesalnya dia bawa hingga motor yang dia kendarai sampai di rumahnya. Sang ibu yang masih menonton acara televisi, sedikit terkejut melihat anak semata wayangnya pulang dengan raut wajah yang tidak bersahabat.
"Kamu kenapa? Kok mukanya masam gitu?" tanya sang Ibu begitu Julian selesai menaruh motornya di ruang sebelah yang dijadikan garasi dekat dengan ruang tengah. Ada pintu masuk pada ruang tersebut, jadi saat motor masuk atau keluar lebih mudah, tidak perlu lewat pintu ruang tamu.
"Nggak kenapa kenapa, Bu," jawab Julian dusta. Dia bahkan tidak berani menatap ibunya.
"Gara gara cewek lagi?" terka sang ibu dan hal itu sukses menghentikan langkah kaki Julian.
...@@@@@@...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
cutegirl01
duh sahanya,,,era cwe apa cwo yg memuja di Zul hahahahha
2023-02-24
0
Ani Tiara°°☆^☂⃝⃞⃟ᶜᶠ ♡~~
Siapa sih sosok misterius yang memuja Julian dalam diam??
takut terjadi yang iya-iya sama si Julian.Pemeskan aku jadinya🤣
2023-01-28
1
Riana
ini berhubungan dg janda gak🤣
2023-01-17
0