Saat melihat makanan pesanannya datang, Rhein sekali lagi teringat pada Hazel yang dengan polos dan tanpa rasa malu mengatakan ingin membungkus makanannya untuk dia hangatkan agar bisa dia makan lagi di rumah.
"Ck! Kenapa malah teringat lagi dengan gadis polos itu?" Addrian seolah tidak percaya dengan pikirannya sendiri. "Huft!" Punggungnya dia sandarkan pada Sandaran kursi di sana. "Apa hidup gadis itu terlalu miskin sampai dia harus membawa makanan sisa untuk dia makan lagi?"
Beberapa menit kemudian, Addrian memilih pergi dari sana daripada dia nanti dihantui wajah Hazel terus menerus.
Addrian pergi ke perusahaan yang dia miliki di sana. Perusahaan yang jarang sekali dia tengok, dan malah dia percayakan pada seorang pria muda yang memang cukup dia percaya sebagai asisten pribadinya, tapi Rhein menempatkannya di sana.
"Pak Rhein, Anda datang ke sini? Kenapa tidak memberitahu saya kalau datang secepat ini. Saya kira masih beberapa Minggu lagi. Kalau tau Pak Rhein datang secepat ini, saya bisa menyiapkan acara penjemputan Pak Rhein di bandara." jelasnya sambil membetulkan kacamata miliknya.
Salah satu alis Rhein terangkat ke atas mendengar apa yang baru saja di ucapkan pria dengan tinggi 168 cm itu.
"Acara penyambutan? Acara seperti kamu mengirim seorang model cantik dengan membawa bunga dan papan namaku di dadanya? Oh God!" Rhein memutar bola matanya jengah.
"Iya, kenapa? Bukannya Pak Rhein menyukainya?" Wajah pria itu tampak bersemangat.
"Suka. Lakukan lagi dan saat itu adalah hari terakhir kamu bekerja denganku. Paham?" ucap Rhein tegas.
Pria dengan kacamata putihnya itu tampak melongo. "Jadi, Pak Rhein tidak suka waktu itu?"
"Suka, tapi untuk sekarang tidak perlu. Mana laporan yang aku minta kamu siapkan, Darren?"
"Ini, Pak." Darren dengan gerakan panik langsung memberikan dokumen yang dari tadi dipeluknya. "Semua sudah saya periksa dan tidak ada yang terlupa."
Rhein melihat ke dalam dokumen itu dan terbitlah senyuman indah pada bibirnya.
"Aku tidak salah dulu memungut kamu menjadi asistenku di sini. Laporan yang kamu berikan sudah bagus."
"Terima kasih, Pak. Apa ada lagi yang bisa saya kerjakan sebelum kembali ke ruangan saya?"
"Untuk sekarang tidak ada. Lanjutkan saja pekerjaan kamu."
Pria bernama Darren itu pergi dari ruangan Rhein.
"Darren memang tidak bisa diremehkan, di balik penampilannya yang polos dan sederhana, dia sebuah komputer canggih yang bisa membawa perusahaanku berkembang. Dia seharusnya bisa menjadi seorang CEO, tapi nasibnya saja yang kurang baik. Apa lagi memiliki bos malas sepertiku." Rhein malah menertawai dirinya sendiri.
Sejak mengetahui gadis bernama Nala yang dia sukai ternyata lebih mencintai kakaknya. Hidup Rhein seolah tidak memiliki semangat untuk bangkit dari keterpurukan. Dia terus memikirkan kenapa harus Nala yang dicintai kakak kandungnya--Akira. Padahal Rhein baru pertama kali ini jatuh cinta pada seorang gadis, di mana dia sebenarnya adalah sang Casanova pemikat dan penghancur banyak hati wanita.
Namun, hatinya pun sudah dihancurkan oleh Nala--gadis yang sempat menjadi pelayan di rumahnya karena Nala diam-diam telah menikah dengan kakak kandungnya.
Hari itu hanya di habiskan Rhein memeriksa banyak dokumen yang lama tidak dia lihat. Rhein juga ingin memperbaiki semuanya, dia sekarang tidak ingin terus memikirkan gadis yang telah menjadi kakak iparnya.
"Aku lupa kalau hari ini ada meeting mendadak dengan klienku." Rhein mencoba menghubungi Darren untuk menanyakan jadwal meetingnya hari ini.
"Kenapa tidak diangkat? Apa dia keluar ruangannya?"
Rhein mencoba menghubungi ponsel Darren, tapi tidak aktif. "Hem! Di mana dia? Kenapa sekarang dia susah untuk dihubungi? Biasanya dia seperti operator telepon selalu on 24 jam."
Rhein beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju ruangan Darren. Dia melihat di dalam ruangan Darren dan ternyata kosong.
"Ke mana dia? Bukannya ini belum jam istirahat makan siang?" Rhein berkacak pinggang berdiri di depan pintu ruangan Darren.
"Pak Rhein mencari Darren?" tanya salah satu karyawan Rhein di sana.
"Iya, dia di mana? Bukannya ini belum jam istirahat?"
"Memang ini belum jam istirahat, tapi bukannya Pak Rhein mengkhususkan Pak Darren boleh pergi asal semua pekerjaannya diselesaikan, dan setiap hari sebelum jam sepuluh, semua pekerjaan pak Darren selalu sudah selesai semua."
Rhein tersenyum miring karena lagi-lagi dia menertawakan kebodohannya.
"Kalau begitu dia ada di mana sekarang?"
"Dia biasa ada di tempat laundry seberang jalan dekat kantor ini, Pak."
Kedua alis Rhein mengkerut mendengarkan apa yang dikatakan oleh karyawannya.
"Untuk apa dia di sana?"
Wanita itu menggedikkan bahunya acuh. "Setahu saya Pak Darren sering mencucikan pakaiannya di sana dan saat jam sepuluh dia mengambilnya."
"Tiap hari begitu?" Sekali lagi wanita itu mengangguk. "Aneh sekali? Tapi dia memang pria yang unik sih."
Rhein mengucapkan terima kasih dan dia turun ke lantai bawah. Rhein ingin tau apa yang dilakukan oleh asisten uniknya itu?
Saat berjalan menuju tempat yang di maksud oleh karyawannya tadi. Rhein melihat ada keributan di sana, dan dia melihat Darren sedang ribut dengan seorang pria dengan penampilan yang tidak rapi sama sekali.
Rhein mendekat dan saat itu tubuh Darren di dorong hingga mengenai tubuh Rhein.
"Pak Rhein?" Darren terkejut melihat ada bosnya di sana.
"Siapa dia, Darren? Ada masalah apa kamu dengannya?"
"Pak dia--?"
"Hei! Kamu siapa? Jangan ikut campur dengan urusanku. Si culun ini berani sekali menggoda istriku," ucapnya dengan nada marah.
Kedua alis tebal Rhein menekuk seolah akan menyatu. "Menggoda istri kamu? Apa kamu tidak salah?"
"Tentu saja tidak. Dia sejak bekerja di cafe milikku, aku tau jika dia mengincar istriku dan saat dia sudah aku pecat. Dia ternyata masih suka menemui istriku yang bekerja di tempat laundry ini."
"Tunggu." Rhein melihat dengan jelas wajah pria yang ada di depannya itu.
"Pak, sebaiknya Anda kembali ke kantor saja. Biar saya yang mengurus semua ini."
"Kamu bos di mana Darren dulu pernah bekerja, kan?"
Rhein ingat dengan wajah pria yang bertengkar dengan asisten pribadinya itu.
Tiba-tiba keluar seorang wanita dengan rambut terurainya dan mencoba memegang tangan pria yang bertengkar dengan Darren.
"Simon, jangan seperti ini. Darren hanya ingin mencucikan bajunya di sini, dan dia tidak ada maksud apa-apa denganku."
"Kamu jangan bohong, dasar wanita ******!" Pria itu dengan keras menampar pipi wanita yang adalah istrinya sampai wanita itu jatuh ke tanah.
"Jangan kasar seperti itu pada wanita! Marta, kamu tidak apa-apa." Darren berusaha menolong wanita itu, tapi tangannya malah dicekal dengan kasar oleh pria bernama Simon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
R2yaz86
masih nyimak
2023-03-09
1
Mimma💕
sampe saat ini masih menarik, mulai bikin penasaran
2023-02-11
0
Bernadeth Meilan
laundry
2023-02-09
0