Dino yang melihat pemandangan itupun mengepalkan kedua tangannya erat, sungguh ia tidak menyangka jika perempuan yang sudah menarik perhatiannya itu ternyata sudah memiliki seorang kekasih.
Disya menatap tajam Erlan, ia benar-benar tidak mengerti dengan sikap sahabatnya itu. "Apaan sih, berhenti becanda. Gak lucu Lan." Sungut Diysa dengan intonasi sedikit tinggi sehingga membuat Dino menarik sudut bibirnya ke atas.
"Jadi lo siapanya Disya? Gue yakin Lo bukan pacarnya Disya." Ucap Dino menatap tajam Erlan yang tengah menggenggam erat tangan Disya. "Lepaskan tangannya, Lo gak lihat kalau Disya kesakitan hah." Geram Dino ketika melihat Disya yang terus berusaha untuk melepaskan cengkraman tangan Erlan.
Erlan terkekeh pelan, ia tidak mengindahkan ucapan Dino sama sekali. "Ayo pulang sayang." Ajak Erlan sembari menarik tangan Disya tanpa memperdulikan Dino yang semakin geram melihatnya.
"Lan, please. Lepaskan tangan gue, gue mohon sama lo, kali ini aja lo jangan ikut campur urusan gue." Mohon Disya sambil menatap dalam dua bola mata sahabatnya tersebut.
"Sayang, jangan nakal. Ayo kita pulang." Erlan berjalan sambil menarik tangan Disya sedikit kasar, sungguh ia tidak suka melihat sahabatnya itu duduk manis dan tertawa bersama laki-laki lain selain dirinya.
Dino langsung berjalan dan menarik tangan kiri Disya sehingga membuat Erlan menghentikan langkah kakinya. "Lepaskan tangan Disya." Ucap Dino menatap tajam Erlan yang sama menatap tajam dirinya.
Erlan tersenyum mengejek. "Kalau Lo mau selamat, Lo lepasin tangan cewek gue sekarang." Erlan berucap dingin, matanya yang tajam seperti elang yang siap untuk menyerang mangsanya membuat Disya sedikit ketakutan.
"Lepas Lan, tangan gue sakit." Lirih Disya berusaha untuk melepaskan cengkraman Erlan yang begitu kuat sehingga membuat dirinya merasa kesakitan.
"DIAM. Lebih baik lo ikut gue pulang, atau laki-laki sialan itu akan MATI di tangan gue." Bisik Erlan menekankan kata MATI membuat Disya meneguk salivanya dengan kasar.
"Dino aku pulang dulu ya, lain kali kita bertemu lagi." Pamit Disya lembut membuat amarah dalam diri Erlan semakin memuncak.
"Tapi Sya..."
"Please Din...." Mohon Disya dengan wajah memelasnya sehingga membuat Dino melepaskan genggamannya.
"Baiklah nanti kita bertemu lagi ok." Ucap Dino sedikit kecewa karena rencananya untuk menyatakan cinta kepada Disya harus gagal.
"Jangan bermimpi." Ucap Erlan dingin sambil berlalu membawa Disya keluar dari cafe tersebut meninggalkan Dino yang tengah mengepalkan kedua tangannya erat.
"Tunggu saja, gue pasti bisa memiliki Disya." Batin Dino sembari menatap kepergian Erlan dan juga Disya.
***
Disya terus berusaha untuk melepaskan cengkraman Erlan dari tangannya, namun sayang sekali tenaga Erlan jauh lebih besar jika di bandingkan dengan tenaga dirinya sehingga membuat Disya terpaksa berjalan dengan langkah kaki setengah berlari untuk mengimbangi langkah kaki Erlan yang panjang.
"Lepasin Lan. Sakit..."
Erlan tidak menggubris, ia terus berjalan dengan langkah kakinya yang panjang.
"Erlan lepaaaaaas. Kalau lo gak mau lepasin tangan gue, pelan-pelan jalannya. Lo tahu kaki lo itu panjang sedangkan kaki gue pendek."
Erlan melepaskan cengkramannya ketika ia tiba di jalanan yang terlihat cukup sepi. Erlan berbalik dan menatap Disya dengan tajam. "Bagus lo Sya, lo udah berani bohongin gue hah." Ucap Erlan dingin. "Udah gue bilang jangan pernah deket-deket sama cowok lain, mereka itu cuma laki-laki brengsek Sya. Lo harusnya dengerin ucapan gue."
"Erlan please... Hentikan keposesifan lo ini. Gue juga tahu mana laki-laki brengsek mana yang nggak. Jadi lo tidak perlu ikut campur urusan percintaan gue."
"Jauhin dia, atau lo akan tahu akibatnya."
"Gue gak bisa Lan...."
"Wooooy kalian ngapain di sini? Lo juga Lan maen tinggal aja sialan." Teriak Aditya dengan tiba-tiba membuat ucapan Disya tercekat di tenggorokannya.
Erlan mendengus kesal, ia tidak memperdulikan sahabatnya Aditya yang kini tengah berjalan menuju ke arah mereka berdua. Erlan berjalan mendekati Disya sehingga membuat Disya mundur dua langkah. "Lo takut sama gue?" Tanya Erlan tidak suka, sementara Disya hanya menggelengkan kepalanya pelan.
Erlan sektika menarik pinggang Disya hingga membuat Disya jatuh ke dalam pelukannya. Gadis itu nampak terkejut dan berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan Erlan. Namun, ia sama sekali tidak berhasil.
"Ingat ucapkan gue tadi. Jauhin laki-laki itu, atau gue akan membuatnya celaka. Mengerti." Bisik Erlan di telinga Disya, kembali membuat Disya meneguk salivanya dengan kasar. Bisikkan itu seperti bisikan iblis begitu menakutkan. Disya kembali teringat saat dirinya masih kelas 1 SMA,
FlashBack ON.
Saat ini Disya tengah berjalan beriringan dengan seorang laki-laki yang merupakan kakak kelasnya. Disya tidak sengaja berpapasan dengan kakak kelasnya saat dirinya akan menyerahkan tugas kelompok kepada guru.
Sang kakak kelas yang memang sudah memiliki perasaan kepada Disya pun memanfaatkan momen tersebut untuk mengajak Disya jalan. Sementara Disya hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya membuat si kakak kelas tersenyum bahagia.
Sore harinya Disya pergi dengan kakak kelas itu, ia sama sekali tidak memberitahukan sahabatnya Erlan dan juga Aditya, Disya hanya memberitahu Amanda bahwa dirinya akan pergi bersama kakak kelasnya.
Setelah pulang ia tidak sengaja berpapasan dengan Erlan di depan pintu gerbang rumahnya, Disya begitu terkejut, namun ia tetap berusaha untuk tetap tenang di hadapan Erlan. "Hay kak, kebetulan sekali kita bertemu di sini." Sapa Disya sambil memperlihatkan senyuman manisnya.
"Ada yang ingin lo jelaskan sama gue?" Tanya Erlan dingin sambil menatap tajam Disya.
"Eh emm.. maksudnya?"
"Lo habis jalan sama kakak kelas lo kan?"
"E,, nggak kok.."
"Jangan bohongin gue, gue tau lo habis jalan sama dia Disya." Geram Erlan sambil mencengkram kuat lengan Disya. "Udah gue bilang, Lo gak boleh deket-deket sama laki-laki lain, kenapa Lo malah mengabaikan ucapan gue hah."
"Kak lepas... Sakit." Ringis Disya ketika merasakan nyeri di lengannya akibat cengkraman Erlan.
"Jauhin dia. Mengerti."
"Gak bisa kak, gue gak bisa jauhin dia."
"Apa alasannya hah? Lo suka sama dia? Jawab gue."
"Kalau iya kenapa? Gue bebas suka sama siapapun, Lo gak berhak mengatur gue, Lan." Teriak Disya marah.
"Lo masih bocah, lebih baik lo buang perasaan Lo itu karena gue gak bakalan biarin Lo jadian sama cecunguk itu. Mengerti." Ucap Erlan dingin. "Satu lagi, Lo jauhin dia, atau dia bakal celaka." Ucap Erlan sambil melepaskan cengkramannya.
"Lo gak berhak ikut campur urusan percintaan gue Lan, dan gue gak bakalan jauhin dia." Setelah mengucapkan hal itu, Disya langsung berlari menuju gerbang rumahnya, ia sungguh sangat kesal dan juga marah kepada sahabat posesifnya itu.
"Jangan salahkan gue Disya. Gue bakal buat laki-laki itu tidak dapat melihat lo lagi." Geram Erlan di iringi dengan seringai licik di wajah tampannya.
FlashBack OF
Setelah pertengkarannya dengan Erlan, keesokan harinya Disya mendapatkan kabar bahwa kakak kelasnya itu mengalami kecelakaan hingga membuat kedua bola matanya mengalami kebutaan. Disya begitu syok, ia terus meyakinkan dirinya bahwa kecelakaan itu hanyalah kecelakaan biasa, namun siapa sangka di balik kecelakaan kakak kelasnya itu, ternyata itu adalah ulah sahabatnya Erlan.
"Kalian lagi ngomongin apa sih? Pake peluk-pelukan segala." Aditya bertanya membuyarkan lamunan Disya akan kejadian 1 tahun lalu.
"Ngapain lo di sini?" Tanya Erlan tanpa melepaskan rangkulannya.
"Eh ******, gue nanya malah balik tanya. Dasar somplak." Dengus Aditya kesal. "Woy LAN, lepasin tuh si Disya, kalian berdua kayak pasangan kekasih tahu gak." Ucapnya kembali sambil menatap kedua sahabatnya penuh selidik.
"Lepasin gue." Disya terus berusaha untuk terlepas dari rangkulan sahabat posesifnya itu. Erlan mendengus kesal, ia melepaskan rangkulannya, namun tangannya langsung menarik tangan Disya dan membawanya pergi meninggalkan Aditya yang tengah menatapnya kesal.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Dian Rahmawati
mengerikan si Erlan
2023-01-02
3