Dia pacar gue

Erlan dan juga Aditia sudah tiba di kediaman sahabatnya Disya. Kediaman itu nampak hening tidak ada tanda-tanda keberadaan Disya sahabat mereka sehingga membuat keduanya saling lempar pandangan satu sama lain.

"Eh ada Erlan sama Adit." Mama Mita datang dari arah kamarnya. "Kenapa hanya berdiri saja, duduklah." Ucapnya kembali sambil melempar senyumannya.

"Disya nya ada tan?" Tanya Erlan tidak sabaran.

"Oh Disya Sepertinya sedang tidur di kamarnya." Mama Mita menjawab sedikit merasa bersalah karena sudah membohongi sahabat anaknya itu.

"Kalau begitu aku ke kamarnya langsung ya Tan." Ucap Erlan bersiap untuk melangkahkan kakinya menuju anak tangga.

"Eh, emm itu Disya bilang, dia butuh istirahat. Sebaiknya kalian pulang saja, nanti malam datang lagi."

Erlan mengernyitkan keningnya bingung, biasanya jika Disya tidur, mama Mita selalu menyuruhnya untuk membangunkan Disya, namun sekarang ia malah di larang dengan alasan Disya butuh istirahat. Benar-benar membuat Erlan curiga.

"Ini udah sore tan. Aku bangunkan Disya dulu ya." Ucap Erlan kekeh dengan pendiriannya.

"Erlan..." Sebelum mama Mita menyelesaikan ucapannya, Erlan sudah berjalan melangkahkan kakinya menuju anak tangga. "Duh anak itu bener-bener keras kepala." Gumam mama Mita sambil menggelengkan kepalanya pelan.

"Tante kayak gak tau Erlan aja tan." Aditia Yang sedari tadi hanya berdiam diri pun mulai mengeluarkan suaranya. "Tapi beneran kan tan, si Disya lagi tidur di kamarnya. "Tanya Aditia memastikan ucapan mama Mita tadi.

"Aish mana mungkin Tante berbohong." Ucap Mama Mita sambil mendaratkan tubuhnya di atas sofa. Aditia hanya ber oh ria sambil menikmati cemilan yang ada di atas meja.

***

Erlan sudah berdiri di depan pintu kamar sahabatnya Disya, dengan tidak sabaran ia meraih handle pintu kemudian memutarnya secara perlahan hingga pintu itu terbuka lebar. Setelah pintu itu terbuka lebar, Erlan pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam.

Erlan berjalan dengan sangat pelan, ia tersenyum ketika ia melihat seseorang yang tengah berbaring di tutupi oleh selimut tebal seluruh tubuhnya. "Apa dia tidak merasa engap pake selimut seperti itu?" Ucap Erlan pelan.

Erlan berdiri tepat di samping ranjang, kedua tangannya ia masukan ke dalam saku celananya. "Sya! Bangun udah sore." Erlan mulai membangunkan Disya dengan lembut. Namun Disya sama sekali tidak menggubrisnya.

"Gladisya bangun." Erlan mulai meninggikan volume suaranya, tangannya mulai terulur untuk membuka selimut yang menutupi seluruh bagian tubuh sahabatnya Disya.

"Disya ba...." Erlan menghentikan ucapannya. Tangannya menggenggam erat selimut yang berhasil ia singkirkan. " Disyaaaaa. Lo bener-bener keterlaluan." Geram Erlan ketika melihat sebuah guling dan juga bantal yang tadi tertutup selimut tebal.

Dengan amarah yang kian memuncak, Erlan keluar meninggalkan kamar sahabatnya tersebut, ia menuruni anak tangga dengan langkah kaki yang cepat. Tangannya terkepal dengan sangat kuat. Bisa-bisanya sahabatnya itu mengelabuhi mama dan juga dirinya, benar-benar harus di kasih pelajaran.

"Disya gak ada di kamarnya tan." Ucap Erlan kepada mama Mita yang sedari tadi menikmati secangkir teh hangatnya.

"Tapi tadi dia bilang mau tidur kok, Er. Mana mungkin dia tidak ada di dalam kamarnya." Sahut mama Mita berusaha untuk menutupi kegugupannya.

"Berarti dia sudah bohongin, tante. Yasudah aku keluar dulu cari Disya." Setelah mengucapkan hal itu, Erlan langsung membawa kakinya keluar.

"Eh Er lo mau kemana tungguin gue woy." Teriak Aditia yang baru saja keluar dari kamar mandi. "Tante Adit juga pamit ya, tan. Oh ya tadi tante Tania titip salam buat Tante." Ucap Aditia terburu-buru, dengan cepat Aditia pun mengejar Erlan keluar tanpa menunggu mama Mita menjawab ucapannya. Dasar anak tidak sopan.

"Astaga Disyaaaa. Kamu sudah buat sahabat posesifmu murka sekarang. Lagian kenapa juga nih anak pake nyuruh mamanya bohong segala. Duh bener-bener deh." Gerutu mama Mita sambil memijit pelipisnya merasa pusing.

***

Kafe.

Dino menatap lekat wajah cantik yang ada di hadapannya, sungguh ia tidak ingin mengalihkan pandangannya barang sedetikpun. Sementara Disya yang selalu di tatap olehnya sedikit salah tingkah. Bagaimana pun juga ini adalah kali pertamanya Disya duduk berdua dengan seorang laki-laki tanpa gangguan sahabatnya Erlan.

"Apasih Dino, kenapa lo liatin gue terus." Ucap Disya salah tingkah, namun itu sangat menggemaskan bagi Dino.

"Entahlah. Rasanya aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari wajah cantikmu." Jawab Dino semakin membuat Disya salah tingkah.

"Berhenti menggombal."

"Aku serius Disya." Ucap Dino memperlihatkan wajah seriusnya. "Kamu memang sangat cantik Sya. Andai saja kamu jadi pacarku, aku pasti akan merasa sangat bahagia." Ucap Dino tulus sambil menatap lekat wajah cantik perempuan yang sudah menarik perhatiannya itu.

"Astaga? Apa dia sedang menembakku sekarang? Oh tidak, kenapa jantung gue deg-degan begini sih?" Batin Disya dengan tangan memegang erat jus favoritnya.

"Sya... Apa kamu ingin pergi ke suatu tempat bersamaku?" Tanya Dino yang tadi tidak mendapat respon dari perempuan cantik itu.

"Eh... Kemana Din?" Disya berbalik nanya gugup.

"Rahasia." Ucap Dino di iringi dengan senyumannya. "Ada sesuatu yang ingin aku omongin sama kamu Sya. Apa kamu mau pergi bersamaku?" Tanya Dino dengan tatapan mata penuh harap.

"Ba...." Sebelum Disya menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba saja terdengar suara dingin dari arah belakangnya.

"Dia tidak akan ikut sama lo. Lebih baik lo pergi sekarang, dan jangan temuin dia lagi. Mengerti." Ucap seorang laki-laki tampan yang tak lain adalah Erlan yang tengah berdiri di belakang Disya dengan tangan bersedikap menatap tajam Dino.

Deg...

Seketika jantung Disya berdetak dengan sangat cepat, suara dingin itu mampu membuatnya meneguk salivanya dengan kasar, Disya kenal suara itu, suara itu adalah suara sahabat posesifnya Erlan.

Perlahan tapi pasti, Disya pun menoleh ke belakang, dan benar saja tebakkannya ternyata tidak pernah salah, sahabat posesifnya itu tengah menatap Dino seperti ingin memakannya hidup-hidup. Sementara Dino hanya menautkan kedua alisnya penuh tanda tanya.

"Erlan, lo,,,, lo kok ada di sini?" Tanya Disya gugup. "Astaga kenapa dia bisa ada di sini sih? Bukankah gue udah nyuruh si Manda buat ngajak dia jalan tadi? Argh hancurlah rencana gue." Gerutu Disya dalam hati.

"Dia siapa Sya?" Tanya Dino lembut. Dino tak mengindahkan ucapan Erlan tadi.

"Emm dia Erlan, dia sa..."

"Gue Erlan, gue pacarnya Disya." Erlan memotong ucapan Disya, dengan tidak tahu malunya dia mengatakan bahwa dirinya adalah pacar Disya. Sungguh membuat Disya ingin menceburkannya ke dalam got, sementara Dino langsung terkejut dan meminta jawaban dari Disya.

"Erlan apaan sih lo." Disya yang kesal akhirnya dia mencubit perut Erlan dengan kencang. "Gak lucu becandanya." Ucapnya lagi sambil menggertakkan gigi atas bawahnya. "Ah dia cuma becanda aja kok, dia sebenarnya sah..."

"Apanya yang becanda sayang? Kamu mulai nakal ya sudah menggoda laki-laki lain di belakangku." Erlan kembali menyela ucapan Disya lembut. Tangannya membelai wajah cantik Disya yang terlihat memerah menahan amarahnya.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Bunda

Bunda

up

2023-01-02

4

Apriyanti

Apriyanti

lanjut thor

2023-01-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!