Tetangga Julid

Fabian tersenyum masam ketika mengingat kejadian itu, sungguh malang nasibnya, dikhianati dan disakiti oleh seseorang yang amat dicintai.

"Masih untung ada Keyla, coba kalau enggak ... benar-benar sendiri aku." Fabian bangkit dan membuang napas kasar. "Gila emang orang zaman sekarang, apa-apa dinilai dari uang. Dulu mau berkawan karena aku pacarnya Dara, setelah kami putus, ehh pada menghujat. Dasar, wajah-wajah munafik," sambungnya.

Sesaat kemudian, Fabian teringat dengan sistem keberuntungan yang belum lama ia dapat. Lantas, Fabian kembali mengambil ponselnya dengan penuh ambisi.

"Aku dihina karena miskin dan katanya sistem ini akan membantuku menjadi billionaire. Kayaknya aku harus cepat-cepat menakhlukkan misinya, biar nanti Dara dan Zayan menyesal karena udah menghinaku." Fabian bicara sambil tersenyum lebar.

Sorot mata Fabian berbinar seiring jemari yang terus menari di atas layar ponsel. Namun, beberapa detik kemudian dia menelan kekecewaan. Misi dalam SKAK hanya dikirim satu kali sehari, Fabian tidak dapat memintanya malam ini. Mau tidak mau dia harus menunggu esok pagi.

________

Pagi-pagi sekali Fabian sudah terjaga dari tidurnya. Sebelum pergi ke kamar mandi, dia terlebih dahulu melihat ponsel dan memeriksa aplikasi SKAK. Fabian mengintip notifikasi misi yang ternyata sudah ada.

Fabian mengulum senyum ketika membaca misi keduanya. Sangat mudah, hanya mengirim pesanan pelanggan yang ada di kawasan puncak, lantas membantunya mengatasi masalah. Hadiah dalam misi kali ini adalah vila mewah.

"Kirim makanan doang, mudah banget pasti. Udah jadi kerjaanku tiap hari ini," gumam Fabian dengan girang.

"Aku pasti akan menakhlukkanmu wahai aplikasi keberuntungan." Fabian bicara tepat di depan layar ponselnya sembari mengusap-usap dagu. Maksud hati memamerkan wajah sombong, tetapi yang tergambar malah wajah konyol.

"Mandi dulu deh, setelah itu otewe nangkring di motor baru. Pasti entar anak-anak pada penasaran dengan Harley baruku," sambung Fabian. Lantas, dia turun dari ranjang dan bergegas menuju kamar mandi.

Usai membersihkan diri, Fabian kembali ke kamar dan membalut tubuhnya dengan seragam kerja, yang dominan warna biru tua. Lalu, Fabian mengikat sebagian rambut dan menyemprotkan parfume black musk ke tubuhnya.

"Aslinya penuh kenangan dan pengin buang, tapi ... kok ya lebay banget. Kayak kebanyakan duit aja." Fabian berucap sambil memandangi botol parfume, black musk adalah aroma kesukaan Adara.

Setelah memastikan tidak ada yang kurang dengan penampilannya, Fabian mengambil ponsel dan dompet yang hanya berisi SIM, KTP, serta beberapa lembar uang seribuan, lalu menyimpannya ke dalam saku celana. Kemudian, Fabian keluar kamar sambil bersiul riang.

Tiba di ruang tamu, Fabian langsung mengelus-elus Harley yang masih mulus. Sesekali memeluk dan juga menciumnya. Meski belum paham betul dengan aplikasi SKAK, tetapi Fabian sangat senang dengan hadiahnya.

"Bantu doa ya, biar aku berhasil lagi. Lumayan kalau dapat vila, bisa pindah dari kontrakan ini. Kamu nanti bisa tidur di garasi, nggak desak-desakan sama meja kursi kayak gini," ujar Fabian kepada motornya.

Setelah cukup lama berbincang dengan benda mati itu, Fabian menuntunnya keluar kontrakan. Usai mengunci pintu, dia bergegas naik ke motor. 

"Empuk dan nyaman." Fabian memuji motor barunya dengan senyum yang mengembang.

Beruntung selama ini Fabian andal dalam mengendarai motor, termasuk motor besar. Maklum, dia sudah lama bekerja sebagai kurir. Ketika motor matic-nya bermasalah, dia akan menggunakan motor lain. Jadi, sekarang sangat fasih menggunakan semua jenis motor.

"Motor siapa itu?" tanya seseorang yang melintas di depan kontrakan.

Dia adalah Lina, wanita dewasa yang tinggal di sebelah Fabian. Kendati cantik dan punya pekerjaan mapan—teller bank, tetapi omongannya sering tajam dan pedas, terlebih jika menyangkut uang.

"Motor saya, Tante. Baru semalam datang," jawab Fabian dengan bangga.

"Pasti kredit, kan? Yakin nih kuat bayar angsuran? Entar malah tertimbun hutang lagi." Lina menatap remeh.

"Ini cash, Tante. Jadi, nggak perlu mikir angsuran." Fabian membalas tatapan Lina sambil memasang tampang angkuh.

"Baru juga punya motor, udah belagu. Huh!" Lina berpaling dan dengan langkah cepat meninggalkan Fabian.

"Orang zaman sekarang itu emang aneh-aneh. Heran deh," gerutu Fabian. "Udah ah, berangkat aja. Ngapain juga mikirin tetangga julid macam dia. Cantik kagak, judes iya. Diselingkuhi terus menjanda kapok kamu."

Sembari menggerutu tak jelas, Fabian mengenakan helm dan menyalakan mesin motor. Lantas, melaju meninggalkan kontrakan dan menuju Wendy's Resto.

 Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!