Pernikahan

Selamat membaca ...

****************

Hari pernikahan ...

Acara pernikahan yang sederhana telah digelar di rumah Pak Burhan. Bu Inah pun sudah menyetujui keputusan tersebut, karena keadaan rumahnya yang tak memungkinkan untuk menampung para tamu undangan. Meskipun hanya beberapa kerabat dan juga tetangga saja.

Bu Inah tidak mempermasalahkan tempat untuk acara pernikahan itu, karena bagi dirinya di manapun tempatnya, asal sah dan berjalan dengan lancar. Bu Inah sudah memboyong Lela, putri bungsunya ke kediaman pak Burhan sejak pagi buta untuk dirias.

Tak lupa juga kakak dari Lela bernama Sela ikut hadir setelah dihubungi oleh keluarganya. Ia tidak ingin melewatkan pernikahan adik bungsunya yang selalu ia ejek karena belum laku, hingga baru saja menikah saat ini.

Maklum saja, di kampung nikah muda adalah hal yang biasa. Banyak para remaja yang sudah menikah diusianya yang masih terbilang sangat muda. Bahkan, ada juga anak di bawah umur sudah menikah dan memiliki anak.

Tingginya tingkat pengangguran di kampung, membuat para orang tua memilih untuk menikahkan anak gadisnya agar mengurangi beban ekonomi yang mereka tanggung. Namun, ada beberapa resiko yang harus ditanggung akibat pernikahan dini tersebut.

Misalnya KDRT dan perceraian, hingga tak jarang banyaknya janda muda di sana. Miris! Tetapi, ada juga yang hidup bahagia dan langgeng. Mungkin tergantung personal, dan cara kita menyikapi sebuah pernikahan tersebut.

Bagi Arka, menikah bukanlah ajang perlombaan siapa cepat dia dapat, tapi gak apa-apa telat asal tepat. Menikah bukan hanya menyatukan dua hati, dua jiwa dan raga saja. Namun, menyatukan dua keluarga, isi pikiran dan juga menyatukan satu tujuan.

Mungkin itu salah satu alasan mengapa Arka masih betah hidup lajang sampai usianya menginjak kepala tiga. Arka sempat ragu akan pernikahan dadakannya bersama Lela. Ia takut, jika pernikahan tanpa dilandasi oleh cinta ini tidak akan bertahan lama. Namun, ia kembali pasrah atas takdir yang sudah ditentukan.

Meskipun takdir jodoh adalah takdir yang bisa kita ubah dengan cara ikhtiar, tapi ia tidak pernah mencari wanita untuk ia nikahi. Arka kembali pasrah tatkala mengingat hal itu.

‘Mungkin Lela adalah jodoh yang telah ditakdirkan untukku, dengan cara pertemuan dan pernikahan yang menggemparkan warga satu kampung,’ batin Arka.

Sela yang melihat adik iparnya, suami Lela merasa sangat terpukau. Lantaran ia yang selalu mengejek sang adik yang belum laku itu, kini mendapatkan suami yang sangat tampan dan rupawan. Kulit putih, tinggi, tegap dan tentu saja gagah.

Sela merasa sangat iri akan jodoh Lela yang jauh lebih tampan dari suaminya sendiri, Andi. Namun, untuk menepis rasa iri dihatinya, ia berpikir jika pria seperti Arka adalah Playboy kelas lele. Pasti banyak pacarnya dan suka main gila di luar sana, begitu pikir Sela.

Para tamu undangan sudah pulang dan hanya menyisakan keluarga Lela saja, termasuk Sela. Bu Inah sedang memberi petuah pada putrinya yang baru saja menikah dengan putra juragan Empang di kampungnya. Ia tidak ingin Lela membuat masalah lagi.

Sedangkan Arka, pria itu hanya diam sambil mendengarkan petuah para orang tua. Namun, ia merasa tak nyaman, saat Sela selaku kakak iparnya itu terus menatap mereka dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Lebih tepatnya tatapan minat ke arah dirinya yang sangat tampan dan rupawan.

“Kamu jaga diri kamu baik-baik, dan nurut sama suami kamu,” ucap Bu Inah menasehati.

“Tapi Bu, Lela gak tahu sama dia. Nanti aku kangen sama Ibu.” Lela melirik sekilas dengan ekor matanya ke arah Arka. Pria itu hanya diam tak bergeming sedikit pun.

“Astaga Lela. Dia suami kamu. Kamu juga masih bisa pulang ke rumah. Udah ah gak usah lebay. Rumah kita terhalang satu rumah doang,” dengus bu Inah kesal.

“Selamat ya Adik bungsu, akhirnya kamu nikah juga. Kamu beruntung nikah sama laki ganteng model anak pak Burhan. Tapi biasanya orang ganteng itu banyak ceweknya di luar sana. Jadi, harus dijaga esktra,” bisik Sela sambil mendekatkan kepalanya ke arah sang adik.

Lela hanya diam tak ingin mengambil pusing ucapan Sela. Ia tahu kakaknya itu selalu bersikap julid dan suka mengurusi hidup orang lain. Tak berselang lama, akhirnya pak Burhan ikut bergabung bersama Bu Inah dan Sela untuk meyakinkan besannya agar tak khawatir mengenai putrinya, Lela.

“Bu Inah tidak perlu khawatir mengenai Lela. Saya tahu putra saya akan menjaga istrinya dengan sangat baik. Lagipula, Lela sudah saya anggap seperti anak sendiri, karena saya mengenal Lela sejak kecil hingga ikut membantu saya di Empang,” ucap Pak Burhan dengan percaya diri. Bu Inah menganggukkan kepalanya tanda percaya.

“Kalo gitu, saya pamit pulang dulu pak. Saya titip anak saya, Lela.” Bu Inah bersalaman dengan pak Burhan dan juga anak menantunya. Wanita paruh baya itu pun segera pulang bersama Sela. Jangan tanya ke mana Andi, suami Sela. Pria itu tidak akan peduli pada urusan keluarga istrinya.

“Pak, setelah ini kita ngapain?” tanya Lela sambil melihat ke arah Pak Burhan yang hendak pergi dari hadapan sepasang pengantin baru tersebut. pak Burhan terdiam, lal melirik ke arah putranya yang sedang menggaruk kepalanya yang tak gatal.

“Kau ikut ke kamar bersama Arka. Bapak sudah menyewa orang untuk membersihkan sisa acaranya.” Setelah mengatakan hal itu, Pak Burhan segera bergegas menghampiri beberapa orang di luar rumahnya.

***

Hening ... di dalam kamar yang sudah disulap jadi kamar pengantin itu hanya ada keheningan, hingga membuat suasana diantara sepasang pengantin itu menjadi sangat canggung.

Ekhem!

Arka berdehem untuk memecah keheningan yang begitu mencekam. Lela yang tadinya hanya menunduk, akhirnya mendongak dan melirik ke arah suaminya. Tak alam kemudian menunduk lagi.

Haiss!

Arka tidak tahu harus melakukan apa, dan ia tidak suka dengan suasana saat ini.

“Lela!” Wanita itu melihat Arka yang sudah memanggilnya.

“Iya kang.”

“Em, jangan panggil Kang! Panggil mas aja,” pinta Arka mencoba memberanikan diri untuk berkomunikasi dengan istrinya.

“Kenapa?” tanya Lela dengan menampilkan wajah polosnya.

“Aku suka dipanggil mas. Usiamu berapa?” pembahasan apa ini? Garing!

“21 Mas, kenapa? Tua ya?” tanya Lela karena malu jika usianya sudah tua.

‘Apa dia bilang? Tua? Jika usia 21 tahun dibilang tua. Lalu sebutan apa yang cocok untuk usia 30 tahun? penghinaan!’ gerutu Arka seraya menghela napasnya panjang. Sabar, orang sabar pasti kesel.

“Em, enggak. Itu masih sangat muda,” jawab Arka dengan sedikit kesal.

“Emang usia Mas, berapa?” kini Lela sudah membalikan tubuhnya dan menatap Arka dengan tatapan penasaran. Kepo!

“Masih muda kok. 30 tahun,” jawab Arka sambil tersenyum penuh percaya diri. Sedangkan Lela hanya melongo saat mendengar jawaban suaminya. Seperti tatapan meremehkan. Ih tua!

****************

Jangan lupa tinggalkan jejak ya

Terpopuler

Comments

Soraya

Soraya

satu bunga untuk mu

2023-12-09

1

Fitri Susanti

Fitri Susanti

😅😅😅😅😅😅😅😅😅😅lela ...lela....

2023-08-01

0

Eka Kurniawati

Eka Kurniawati

😅😅😅😅

2023-05-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!