Tap ... tap ... tap ...
Lanina berjalan pelan menghampiri Ibu yang sedang sibuk membuat adonan donat dimeja makan. Rumah mereka memang tidak begitu luas, dapur terlalu sempit untuk dijadikan ruang produksi.
Sejak Ayah meninggal beberapa bulan lalu, Ibu memutuskan untuk berjualan donat dengan resepnya sendiri. Uang tunjangan dari perusahaan dia jadikan modal berharap seluruh kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan anak-anaknya terpenuhi.
Dia memiliki seorang putri yang tengah beranjak remaja. Dia begitu menyayanginya dan tak pernah mengabaikan keinginannya walaupun kadang membuatnya terpaksa berhutang kesana kemari. putri semata wayangnya itu adalah Tiara.
Sedangkan Lanina? Ia hanyalah anak angkat, sudah sejak bayi Lanina tinggal di rumah ini. Sebenarnya sejak awal Ibu tidak pernah setuju dengan keputusan Almarhum Ayah yang dengan semangat mengadopsi Lanina belasan tahun yang lalu.
Dan sejak Ayah meninggal, Lanina semakin dikucilkan dalam rumah. Ibu semakin leluasa memarahinya setiap waktu karena saat ini sudah tidak ada lagi Ayah yang senantiasa membela dan menyayangi Nina seperti dia menyayangi Tiara.
Lanina duduk di meja makan.
"Bu ...." kata Nina pelan, dia terlihat sangat segan.
Ibu tidak menggubris, dia masih fokus menakar tepung dan berbagai macam bahan lainnya untuk dia jadikan adonan donat.
"Ada surat, dari sekolah ...." kata Nina lalu menyodorkan surat resmi dari sekolahnya.
Ibu menghentikan pekerjaannya lalu menarik surat itu, dia tidak lekas membacanya, dia malah meremasnya lalu melempar tepat ke tempat sampah di pojok ruangan.
Lanina pasrah, selama ini Ibu memang selalu menyuruhnya untuk segera keluar dari sekolah. Ibu sudah tak sudi membiayai sekolah Lanina.
"Masih mau pergi ke sekolah?" hardiknya kasar.
"M, ujian tinggal beberapa bulan lagi bu, sebentar lagi aku lulus, jadi ... rasanya sayang kalau aku keluar sekarang," kata Lanina dan dia menundukan wajahnya, dia tidak berani menatap mata Ibu yang berapi-api.
"Siapa yang peduli? Hey, tahu diri sedikit dong! Udah bisa makan sama dapat tempat bernaung juga harusnya kamu banyak bersyukur!!" kata Ibu dengan penuh tekanan dalam setiap kata-katanya.
Lanina tak berani menyahut, dia diam saja.
"Coba dulu kami tidak memungutmu! Mungkin saat ini kami sudah jadi orang kaya! Coba hitung biaya hidupmu sejak bayi sampai sekarang!!" tambah Ibu makin emosi, dia memang selalu menampakan ketidak sukaannya terhadap Nina secara terang-terangan.
Dalam hati Nina hanya terus mengumpulkan tekad untuk segera mendapat pekerjaan. Dia ingin membalas semua pengorbanan Ayah dan Ibu, hanya itu yang ada dipikirannya.
"Karena ada kamu, kami tidak bisa memberikan yang terbaik untuk Tiara! Semua kebutuhannya tak bisa kami penuhi karena kami juga harus memikirkanmu!aarrgghh ... kesal aku kalau ingat itu semua!"
BRUK, Ibu melempar pengaduk adonan dengan keras keatas meja. Nina makin merasa kikuk, bisa apa dia saat ini? Semua yang Ibu bilang memang benar, dia merasa jadi benalu saat ini.
Ibu kembali menatap Nina dengan pandangan yang tajam, pandangan yang dingin.
"Ingat ya! Aku tidak akan pernah peduli berapa besar tunggakanmu di sekolah! Urus itu sendiri, sudah cukup aku membagi perhatianku ini, mulai sekarang aku cuma mau peduli pada Tiara, terserah dengan kamu!" kata Ibu, sungguh menyayat hati seorang gadis lugu dihadapannya saat ini.
Perlakuan kasar dan perkataan sinis Ibu sebenarnya sudah jadi asupan sehari-hari untuk Nina, dia hanya mencoba menerima dan mencernanya dengan lapang dada. Mau bagaimana lagi? Sampai detik ini tak ada yang memberi tahunya tentang keberadaan Ayah atau Ibu kandungnya.
"Ibu!"
Tiara datang, dia baru saja pulang dari sekolah padahal ini sudah petang, sudah jauh melewati jam pulang sekolah.
Tiara masuk dengan badan yang kotor, ada beberapa gumpalan terigu dan telur disekujur badannya. Dia jadi semacam adonan kue yang siap dipanggang.
Ibu berlari ke teras rumah menghampiri anak emasnya itu.
"Ya ampun sayang, kamu kenapa?" tanya Ibu panik.
"Aku dikerjain sama temen-temen, Ibu lupa ya? Ini kan hari ulang tahunku!" kata Tiara manja.
"iya, ibu ingat dong! Tapi kenapa teman-temanmu lakukan ini semua? Kamu kan jadi kotor begini ...." kata Ibu lalu dia mencoba membersihkan beberapa kotoran yang menempel dengan tangannya sendiri.
"Ibu gak lupa sama kado yang aku minta kemarin kan?" tanya Tiara menagih, Ibu hanya tersenyum hampa.
"Awas kalau Ibu sampai lupa!" imbuhnya dengan nada mengancam.
"Kamu mandi aja dulu ya! biar si Nina siapkan air hangat buat kamu."
Tiara hanya mengangguk.
"Nina!!" teriak Ibu, tak lama Lanina datang menghampiri.
"Iya bu ...."
"masak air buat Tiara mandi!"
"iya!"
Lanina kembali bergegas kedalam rumah, dia segera laksanakan perintah Ibu.
"Bu, tadi dia di panggil ke kantor ...." kata Tiara.
"oh ya, kenapa?" tanya Ibu yang masih berusaha mengambil kotoran yang tersisa di badan Tiara.
"Pasti masalah tunggakan uang sekolah, ibu udah gak pernah ngasih dia uang lagi kan sejak Ayah meninggal?"
"Buat apa ibu kasih uang ke dia, mending ibu simpan uangnya buat masa depan kamu sayang ...."
"Ya memang seharusnya begitu! Enak aja dia minta uang terus-terusan, memangnya dia siapa?"
Lanina angkat sebuah wadah cukup besar berisi air lalu dia letakan diatas kompor, setelah itu lamunannya melabur. Dia sudah tidak punya harapan lagi. Cita-cita untuk bisa lulus sekolah menengah atas pupus begitu saja.
'Tuhan, beri aku kesempatan beberapa bulan lagi ... aku hanya ingin lulus SMA, dengan begitu aku bisa mendapat pekerjaan yang layak, agar kelak aku bisa membalas semua kebaikan Ayah untuk Tiara ....' harapnya dalam hati, dia sungguh tak berdaya saat ini.
Tak ada hal lain yang dia pikirkan selain membalas semua kebaikan mendiang Ayah, meski Tiara dan Ibu memperlakukannya dengan sangat tidak baik tapi Lanina berjanji kalau dia akan membahagiakan keduanya, demi Ayah! Hanya demi Ayah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Nurul Azzandy
Hai Ka biya
ko tokohnya sm kaya d platform sebelah y arkana n lalina 😂
2023-10-01
0
🍁♥black🦂♠
ibu angkat kejem amat. justru Allah kasi rezeki dr anak angkat..eh malah di sia" kan 😥
2020-12-31
2
✨Cinderella✨
sabar Lanina 😊
2020-12-27
1