Bukan Langit

Cheryl pergi ke perusahaan modeling milik keluarga ayah tirinya. Dia berangkat lebih awal karena ingin menghindari masalah pembahasan tentang kondisi tubuhnya. Cheryl belum siap jika orangtuanya tahu tentang kehamilannya, meski tanpa Cheryl sangka jika orangtuanya baru saja tahu.

“Pagi, Bu Cheryl.” Sapa Mila—sekretaris ayah Cheryl.

“Pagi.” Cheryl mencoba tersenyum meski wajahnya terlihat pucat.

“Anda sakit?” tanya Mila memperhatikan wajah Cheryl.

Cheryl menyentuh wajahnya, kemudian menggelengkan kepala pelan.

“Nggak, hanya kurang istirahat,” jawab Cheryl mempertahankan senyumnya.

Cheryl pun pamit untuk pergi ke ruangannya, hingga tiba-tiba pandangannya sedikit kabur dan tubuhnya terasa lemas.

Mila melihat Cheryl yang berjalan gontai, hingga begitu terkejut saat Cheryl tiba-tiba jatuh dan tergeletak di lantai.

“Bu Cheryl!” teriak Mila sambil menyusul Cheryl dan berjongkok untuk melihat kondisi putri atasannya itu.

Mila berteriak minta tolong, hingga security datang dan membantu Mila membawa Cheryl ke mobil untuk dibawa ke rumah sakit.

**

Bayangan akan ketakutan itu kembali menghantui, dalam ketidaksadarannya Cheryl menangis karena hal yang menimpa hingga kini apa yang dialaminya. Jemarinya tanpa disadari mencengkram erat selimut yang menutup kaki, membuat Lusy—ibu Cheryl, berdiri dan langsung membelai rambut putrinya.

“Cheryl.”

Suara lembut dan penuh kasih sayang itu terdengar merdu di telinga. Cheryl membuka kelopak mata perlahan, pandangannya masih kabur dan kepalanya terasa pusing.

“Mom,” lirih Cheryl saat tahu jika yang berada di sampingnya adalah sang mommy.

“Ya, ini Mommy, sayang. Kamu baik-baik saja?” tanya Lusy memastikan.

Cheryl mengangguk-angguk, tubuhnya masih terlihat lemas.

Lusy menoleh dan memandang suaminya yang juga ada di sana, terlihat gurat kecemasan juga kekecewaan di wajah keduanya.

Cheryl sendiri mencoba membuka mata agar sadar sepenuhnya, tapi kepalanya masih berat hingga membuat Cheryl memilih tidak memaksa bangun.

Hampir dua jam setelah Cheryl sadar, akhirnya wanita itu kini sudah duduk dan mencoba bersikap biasa seolah tidak terjadi sesuatu.

“Apa kamu mau makan? Pagi tadi kamu makan sedikit,” kata Lusy memberikan perhatian ke putrinya.

Cheryl menggelengkan kepala tanda menolak, meski ingin makan tapi perutnya terus bergejolak dan tidak membiarkan makanan masuk ke lambung.

Lusy kembali menatap sang suami, hingga melihat pria yang sudah hidup bersamanya hampir dua pulih lima tahun itu mengangguk.

Cheryl melihat mommy dan daddy-nya saling pandang dan memberi isyarat, membuatnya penasaran kenapa kedua orangtuanya bersikap demikian.

“Mom, ada apa?” tanya Cheryl.

Lusy meraih tangan Cheryl dan menggenggamnya erat, kemudian menepuk-nepuk punggung tangan Cheryl, sebelum menatap wajah putrinya itu.

“Cher, boleh Mom tanya sesuatu?”

Cheryl mengangguk-angguk mendengar pertanyaan sang mommy.

Lusy mengulum bibirnya, terlihat ragu tapi harus memastikan.

“Siapa ayah janin yang ada di rahimmu?” tanya Lusy dengan hati-hati setelah menahan rasa penasaran sejak tadi.

Ketika Cheryl pingsan, Lusy meminta dokter mengecek apakah benar Cheryl hamil. Mereka berharap bahwa testpack yang ditemukan itu bukan milik Cheryl. Namun, fakta tidak bisa ditutupi, dokter sudah memastikan jika Cheryl memang sedang hamil.

Cheryl syok mendengar pertanyaan sang mommy, tidak menyangka jika kedua orangtuanya sudah tahu.

“Mom, aku ….” Cheryl kebingungan, ditatapnya kedua orangtuanya secara bergantian.

“Jujur ke Mommy, Cher. Siapa yang menghamilimu? Mom dan Dad akan memintanya bertanggung jawab,” ucap Lusy masih bersabar karena tidak ingin putrinya semakin syok dan panik.

Cheryl menunduk, lantas menggelengkan kepala pelan.

“Apa maksudnya itu, Cher? Kamu tidak mau memberitahu kami?” tanya Lusy berusaha melihat wajah putrinya yang menunduk.

Cheryl masih menggeleng, tentu dia tidak tahu siapa ayah dari bayi yang dikandungnya.

“Cher, kamu tidak mau jujur ke Mommy?” Lusy mulai marah karena dia mencemaskan nasib masa depan putrinya. Jangan sampai Cheryl seperti dirinya, hamil dan melahirkan tanpa suami.

Lusy menggoyang lengan Cheryl agar putrinya itu mau bicara.

“Sayang, tenang dulu. Beri Cheryl waktu agar bisa tenang.” Ayah tiri Cheryl pun mencoba menenangkan Lusy.

Lusy langsung berdiri, satu tangan memegangi kening sedangkan satu tangan lainnya berkacak pinggang. Lusy mondar-mandir di ruangan itu, mencoba memikirkan satu nama yang mungkin menghamili putrinya.

Cheryl panik dan takut, dia menangis dan kedua pundaknya terlihat bergetar.

“Chery, cerita ke Daddy. Kamu pernah tidur dengan siapa dan kapan?” tanya Zayn—ayah tiri Cheryl, bicara dengan tenang agar Cheryl mau bicara.

Namun, Cheryl tetap menggelengkan kepala karena benar-benar tidak tahu siapa yang menidurinya.

Lusy berhenti melangkah, kemudian teringat akan satu nama dan dia lantas menatap putrinya yang masih menangis.

“Cher, jangan bilang itu Langit! Kamu pernah menginap di apartemennya, ‘kan?”

Lusy ingat saat Cheryl yang pulang di pagi hari dengan wajah lesu. Itu adalah hari di mana malam sebelumnya kesucian Cheryl direnggut oleh seorang pria. Ketika Lusy bertanya ke mana saja putrinya semalaman tidak pulang, Cheryl menjawab jika ketiduran di apartemen Langit—adik angkat Cheryl, membuat Lusy berpikir jika mungkin saja malam itu mereka telah tidur bersama dan melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan.

Cheryl sangat terkejut mendengar ucapan Lusy, hingga menggeleng cepat untuk menyanggah pemikiran sang mommy.

“Bukan Langit, Mom!”

Terpopuler

Comments

𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 Ney Maniez ❤

𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 Ney Maniez ❤

lalu siapa🤔

2023-11-13

0

🟢Ney Maniez

🟢Ney Maniez

🤔🤔🤔🤔

2023-11-13

0

❤️Rizka Aulia ❤️

❤️Rizka Aulia ❤️

penasaran siapa yg menghamili chery

2023-02-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!