Hamil

“Orion, ini untukmu.” Seorang gadis tampak menyodorkan kotak coklat dengan tali pita berwarna merah di atasnya, ke seorang pemuda yang kini sedang duduk sendirian di perpustakaan kampus.

Pemuda bernama Orion wijaya itu mendongakkan kepala, menatap gadis yang sedikit menunduk sambil tersenyum-senyum malu.

“Dalam rangka apa?” tanya pemuda dengan suara lembut itu. Wajahnya yang manis serta senyum yang memiliki lesung pipi di sisi kanan, tentu akan membuat para gadis seumurannya terpesona.

Belum lagi, Orion menjadi incaran para gadis untuk dijadikan pacar. Pesonanya sudah tidak dipungkiri siapapun, murah senyum, baik, serta ramah terhadap semua orang, sampai membuat beberapa gadis salah paham dan mengira kalau Orion memberikan perhatian.

“Aku hanya ingin kasih saja, nanti di makan ya.” Gadis itu meletakkan kotak itu di meja, lantas meninggalkan Orion begitu saja.

Orion mengerutkan dahi, tapi sepertinya bisa menebak apa yang sebenarnya dilakukan gadis itu. Dia membuka kotak itu, lantas melihat isinya di mana ada secarik kertas berwarna merah muda di sana.

“Sudah kuduga,” gumam Orion.

Dia pun membuka kertas itu dan membaca sekilas isinya. Orion mendesau, surat cinta kembali diterimanya dan itu bukanlah sekali didapat dari para gadis berbeda di kampusnya. Orion memilih menyimpan surat itu di tas, lantas mengemas buku dan tasnya, kemudian berdiri sambil mencangklong tasnya di pundak kiri, sedangkan tangan kanan memegang kotak coklat.

“Buat Ibu.” Orion memberikan kotak coklat itu ke penjaga perpustakaan.

Wanita berumur sekitar empat puluh tahunan itu melirik Orion dari balik kacamata tebalnya, lantas kemudian berdeham karena tampaknya tahu dari mana coklat itu di dapat.

“Ditembak gadis lagi,” seloroh wanita itu yang tahu betul sudah berapa banyak yang ingin menjadi pacar pemuda itu.

Orion tersenyum lantas mengangguk pelan. Setiap mendapatkan makanan atau sesuatu dari pada gadis, Orion memang sering memberikannya ke penjaga perpustakaan.

“Kalau kamu tidak menolak dengan tegas, mereka akan selalu mengejar-ngejarmu,” kata wanita itu.

“Kalau aku tolak dengan tegas, nanti mereka sakit hati dan menangis. Aku tidak bisa melakukannya,” balas Orion.

Ada hal yang membuat Orion tidak bisa menyakiti hati wanita, salah satunya adalah karena dia pernah melihat seseorang yang disayanginya menangis karena cinta.

“Tapi mereka akan selalu salah paham,” kata wanita itu lagi.

“Aku akan menjelaskan, tapi dengan cara pelan dan tidak membuat mereka syok karena menolak saat mereka memberi. Ya … aku anggap itu tidak sopan,” balas Orion santai sambil menyematkan tas di pundak.

Orion pun pamit, lantas keluar dari perpustakaan. Wanita itu menatap punggung Orion sampai menghilang, hingga kemudian menggelengkan kepala pelan.

“Pemuda langka, baru kali ini ada pemuda yang menjaga perasaan wanita.”

**

Jam dinding berdenting seiring jarum jam yang terus berputar menunjukkan waktu yang sedang berlangsung. Cheryl mengerutkan dahi ketika mimpi buruk kembali menghampiri. Ini sudah lebih dari satu bulan semenjak kejadian buruk menimpa dirinya di hotel. Saat itu Cheryl ketakutan dan sampai tidak berani bicara ke kedua orangtuanya maupun orang lain. Dia malu dan takut membuat kedua orangtuanya marah karena dia lalai dan tidak bisa menjaga dirinya, di usianya yang sudah matang.

Waktu menunjukkan pukul empat pagi, Cheryl terbangun dengan cepat karena perutnya terasa mual dan rasanya seperti diaduk-aduk begitu cepat. Wanita itu bangun dengan cepat dari ranjang, lantas berlari ke kamar mandi dan berdiri di depan wastafel. Cheryl mual hingga muntah, bahkan lambung yang kosong pun terus mencoba memuntahkan sisa-sisa air di dalam sana.

Cheryl berpegangan pada kedua sisi wastafel setelah selesai muntah dan membersihkan mulutnya. Tubuhnya gemetar dan kedua tangan mencengkram erat wastafel saat gejolak di perutnya kembali terjadi. Buliran kristal bening luruh dari kelopak mata, menandakan betapa rapuhnya wanita itu saat ini.

Cheryl keluar dari kamar mandi dan mengambil sesuatu dari tasnya. Sudah beberapa hari dia merasa mual dan muntah, serta tamu bulanannya yang belum datang membuat Cheryl cemas dan takut.

“Apa aku harus melakukannya?” Gumam Cheryl sambil menatap testpack yang ada di tangan.

Dia takut jika apa yang dipikirkan benar, tapi dia juga tidak bisa terus penasaran.

Cheryl akhirnya mencoba mengecek urine-nya apakah yang dipikirkan benar terjadi, meski rasa takut telah membalut perasaan dan pikiran.

Cheryl duduk di atas kloset yang tertutup, menatap testpack yang kini menunjukkan garis dua di sana. Bola mata Cheryl berkaca-kaca, air mata luruh saat mengetahui jika dirinya hamil.

Dia begitu emosi hingga melempar testpack itu ke tempat sampah, sebelum kemudian menangkup wajah dengan kedua telapak tangan untuk menyembunyikan kesedihannya.

“Apa yang harus aku lakukan?” Cheryl kalut dan takut, kenapa semua hal ini menimpanya, setelah dirinya berusaha menjaga diri dan menjaga batasan karena takut hal yang menimpa ibunya, akan menimpa dirinya.

Namun, kenyataannya takdir tidak berpihak kepadanya, tetap saja hal yang tidak diinginkannya itu terjadi kepadanya.

**

“Kamu masih sakit? Apa mau ke rumah sakit dan libur ke perusahaan?” tanya sang mommy saat melihat Cheryl yang berwajah pucat pagi itu.

Cheryl menggelengkan kepala sambil tersenyum, mencoba bersikap jika baik-baik saja meski dirinya dalam kondisi buruk.

“Kalau kamu sakit, istirahat saja, Cher. Biar Daddy yang urus pekerjaanmu,” kata ayah tiri Cheryl.

“Aku baik-baik saja, Dad. Daddy dan Mommy jangan cemas,” balas Cheryl lagi-lagi tersenyum palsu.

Kedua orangtua itu akhirnya memilih tidak bertanya lagi, tidak ingin membuat putri mereka tidak nyaman.

Saat sarapan, Cheryl terlihat mual dan ingin kembali muntah. Namun, dia mencoba menahannya karena tidak ingin membuat kedua orangtuanya cemas.

“Mom, Dad, aku berangkat dulu karena nanti ada rapat pagi.” Cheryl berdiri kemudian mencium pipi sang mommy dan daddy, lantas pergi meninggalkan meja makan.

“Apa menurutmu ada yang aneh dengan Cheryl?”

“Entah, aku juga melihat dia sedikit berbeda dari biasanya.”

Saat Cheryl sudah pergi dan kedua orangtua Cheryl kembali sarapan. Pembantu rumah mendekat dengan takut-takut.

“Nyah, maaf jika saya lancang,” kata pembantu rumah itu.

“Ada apa?”

“Ini. Saya menemukan di tempat sampah kamar mandi Non Cheryl.” Pembantu rumah itu menunjukkan testpack yang ditemukan.

Wanita berumur lima puluh tahunan itu sangat terkejut, hingga menatap sang suami dengan ekspresi wajah takut dan cemas.

“Apa Cheryl hamil?”

Terpopuler

Comments

𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 Ney Maniez ❤

𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 Ney Maniez ❤

😱😱😲😲

2023-11-13

0

🟢Ney Maniez

🟢Ney Maniez

😲😲😲😲shock emany🤦‍♀️🤦‍♀️

2023-11-13

0

Sophia Aya

Sophia Aya

mampir thor, tragis

2023-08-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!