Kakinya yang berjalan dengan perlahan, menuju dimana sang ibu itu di rawat. Namun saat dia membuka pintu kamar inap, ranjang yang menjadi tempat sang ibu berbaring, sudah kosong dan, di sana hanya ada seorang wanita yang bekerja sebagai petugas kebersihan yang sedang membersihkan ranjang dan sekitarnya.
Dengan panik, Gina segera bertanya dengan wanita tersebut.
''Maaf buk, pasien yang disini kemana? kok sudah di bersihkan?''
''Oh, pasien yang disini, sudah di pindahkan ke ruangan VVIP mbak.'' Mulut dan mata Gina terbuka lebar, ia tahu betul siapa yang memindahkannya tapi dia benar-benar tidak menyangka kalau tindakan nenek itu cukup cepat.
''Apa permintaan nenek itu harus benar-benar terjadi,'' gumamnya.
"Maaf mbak, apa mau saya antarkan ke kamar ibunya mbak?" ucap seorang pekerja rumah sakit itu menawarkan jasa-nya.
Dan Gina pun mengangguk lalu ikut pergi dari sana, menuju lantai khusus dimana fasilitas terbaik untuk pasien VVIP tempat sang ibu saat ini di tangani.
.
Keesokan nya, saat Gina akan pergi dari rumah sakit karena harus menghadiri sidang di kampusnya, dan ia melupakan hal yang seharusnya ia ingat, yaitu nenek tua yang memintanya untuk bersiap karena akan di jemput oleh orang suruhannya.
Gina berjalan dengan lesu karena rasa kantuk yang masih menyerangnya, ya malam tadi dia tidur hanya 3 jam, entah kenapa matanya sulit di pejamkan, dadanya terus saja berdebar karena mengingat selembaran kertas perjanjian dia dengan nenek yang baru saja di jumpainya kemarin.
Kakinya berjalan mengikuti dimana pintu keluar rumah sakit itu berada, namun baru saja ia menginjakan kakinya keluar, ada seseorang yang langsung menghampirinya dan menyapanya dengan hormat sehingga membuat nya terkejut karena bingung.
''Selamat pagi, Nona. Saya Dani orang yang di kirim oleh Nenek Madam untuk menjemput anda.'' Ucapnya dengan kata yang formal.
''Nenek? Madam? aku? apa maksudnya ?'' banyak pertanyaan di benak Gina, karena dia juga lupa akan sosok Nenek tua itu.
''Silahkan naik ke mobil, Nona.'' Tanpa menjawab pertanyaan-pertanyaan Gina.
''Wah! kamu ini sindikat penculikan ya, aku saja tidak mengenal mu, untuk apa aku ikut ke mobil mu,'' tuduh Gina dengan salah paham.
Merasa kesal akan tuduhan gadis di depannya, pria bernama Dani itu hanya bisa menghela nafasnya kasar lalu menarik tangan Gina agar ikut dengannya. Merasa posisinya terancam Gina mencoba berteriak namun bukannya di tolong, beberapa security yang bekerja di rumah sakit hanya melihatnya dengan tatapan aneh menurutnya.
''Hei, kalian buta ya, aku di culik kenapa hanya melihatnya seperti kambing ompong begitu!!'' teriak Gina yang terus mencoba melepaskan tangannya dari tangan pria yang mengaku orang kiriman dari Nenek Madam.
Karena merasa tidak ada yang mempedulikan teriakannya akhirnya Gina hanya mengikut apa kata Dani untuk naik ke mobilnya, hatinya bertanya-tanya kenapa orang-orang rumah sakit itu hanya melihat nya tanpa ada niatan untuk membantu nya.
''Mereka itu kenapa sih,'' gumamnya. ''Hei Pak, Bung, atau siapalah anda, terserah! sebenarnya aku ini mau dibawa kemana?'' tanya Gina dengan kesal.
''Anda hanya perlu duduk manis, sampai dimana roda mobil ini berhenti,'' jawab Dani lalu mobil itupun bergerak meninggalkan area rumah sakit.
Di dalam mobil, Gina terus saja menggerutu, bahkan ia tidak segan-segan mencondongkan tubuhnya ke depan agar Dani merespon pertanyaan nya. Tapi Dani bahkan tidak sama sekali merasa tertarik untuk menjawabnya melainkan ia malah memundurkan tubuhnya sedikit dan menutup hidung nya rapat-rapat.
Merasa tersinggung akan sikap Dani, Gina mencium aroma tubuhnya sendiri yang memang agak bau asam karena dirinya belum sempat mandi sebelum keluar dari rumah sakit tadi.
''Bau ya? ya maaf, aku memang belum sempat mandi, lagipula kenapa kau tiba-tiba membawa ku, seharusnya aku kan pulang kerumah dan berangkat ke kampus,'' protes Gina.
Mulut Dani memang tidak mengatakan apapun, tapi tangannya bergerak mengambil sesuatu dari dashboard mobil yang ternyata pengharum ruangan beraroma lavender yang langsung disemprotkan seluruh bagian dalam mobil.
''Issshhh, memangnya harus seperti itu,'' desis Gina kesal.
Roda mobil mewah itu berhenti di sebuah salon kecantikan, tanpa mengucapkan apapun Dani turun dan langsung menarik tangan Gina untuk ikut dengannya masuk ke dalam salon tersebut.
''Hei kau ini penculik macam apa sih, kenapa membawa ku ke sini?'' lagi-lagi celotehan Gina tidak di gubris Dani.
''Bersihkan dia, dan berikan pakaian yang layak!'' perintah Dani pada seorang yang menyambutnya datang.
"Memangnya pakaian ku kurang layak!" protes Gina lagi dan langsung di bawa oleh karyawan salon itu.
Dani mengebaskan tangannya yang tidak sama sekali kotor. Lalu mengambil duduk di kursi yang sudah di sediakan untuknya.
Beberapa saat kemudian Gina pun kembali sudah dengan pakaian baru juga lebih fresh dari sebelumnya, aroma tubuhnya yang berbau pun telah lenyap.
Dani sedikit terkesip melihat ke perubahan Gina, tapi ia seketika menyadarkan dirinya dengan gelengan maut kepalanya.
Dani pergi ke bagian pembayaran untuk membayar tagihannya, lalu pergi meninggalkan tempat impian para wanita itu bersama Gina yang masi kikuk dengan penampilannya.
Penampilan yang semula tomboi dengan rambut di ikat tinggi dan kemeja lengkap dengan jins, saat ini lebih feminim dengan dress berwarna peach dan dipadukan dengan flatshoes berwarna hitam. Rambutnya yang di gerai menambah keanggunan gadis 19 tahun itu yang selama ini terpendam.
Penampilannya yang berubah membuat Gina sedikit tidak nyaman, berulang kali ujung dress nya ia tarik ke bawah agar menutupi bagian kaki yang terbuka namun tidak merubah apapun, karena memang dress itu tercipta untuk memamerkan jenjang kaki pemakainya.
Sampailah tiba mobil itu benar-benar berhenti dan terparkir di sebuah rumah yang lebih pantas di sebut dengan istana, bangunan bercat putih di padukan dengan warna gold dengan pilarnya, menambah kesan mewah pada rumah itu.
Mata Gina terbelalak lebar, menatap kagum pada sekeliling nya. ''Pak Dani, ini istana siapa?'' bisik Gina.
''Pak? kapan saya menikah dengan ibumu,'' ketus Dani.
''Isshhh… ,baiklah. Dani, apa kau puas!'' ralat-nya.
''Ini kediaman Madam, beliau sudah menunggu anda di dalam.''
Baru saja Dani menjawabnya, seorang wanita tua keluar dari pintu besar itu dan langsung menghampiri Gina dan Dani yang langsung menunduk hormat.
Gina memiringkan kepalanya, tangannya spontan menepuk dahinya sendiri.
''Astaga! iya aku lupa, dia kan nenek rumah sakit,'' gumamnya.
''Kau sudah datang, kenapa lama sekali! ayo masuk, cucu ku sudah menunggu di dalam,'' ucap Nenek itu.
Merekapun masuk ke dalam menuju sebuah ruangan keluarga yang di sana ada beberapa orang sedang berbincang.
''Nenek, siapa dia?'' tanya ketus seorang gadis remaja.
Semua pun menoleh ke arah dimana nenek dan Gina datang, salasatunya seorang pria yang duduk dengan gaya angkuhnya, ia menatap kedatangan Gina dengan tajamnya, tidak ada kesan ingin berteman dari tatapan itu, yang ada hanya sebuah tatapan peperangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments