Keheningan melanda di ruangan megah dengan beberapa sofa, dua manusia berbeda gender hanya diam dengan kebisuannya masing-masing, si gadis sibuk dengan ponselnya dan si pria hanya diam menatap tajam ke arah gadis itu.
Deheman tegas keluar dari si pria dan membuat si gadis yang tak lain adalah Gina terjingkat karena terkejut.
''Dari mana kau bisa mengenal nenek ku?'' tanyanya.
''Rumah sakit,'' jawab Gina tak kalah ketusnya.
''Lalu?''
''Lalu apa? dia meminta ku untuk menikah dengan cucu-nya sebagai imbalan karena menolong ku,'' ucap Gina dengan cueknya.
''Lalu kau menyetujuinya?''
''Bagaimana lagi, itu sudah tertulis di surat perjanjian. Memangnya kenapa kau bertanya begitu? dimana cucu nenek itu yang akan menjadi suami ku?'' tanya Gina dengan mata yang mencari keberadaan seseorang.
''Ck, jangan membuat ku muak dengan ucapan mu itu!'' ketus pria itu.
''Jangan bilang kau cucu Nenek itu?''
''Menurut mu?''
''Astaga! kiamat sudah dekat!'' celetuk Gina tanpa sengaja.
''Apa maksud mu?!''
''Tidak!''
Tanpa berpamitan maupun berkata apapun, si pria yang bersikap angkuh itu pergi meninggalkan Gina seorang diri di ruang tamu, Gina marah? oh tentu tidak, sikap cuek-nya yang ada pada dirinya hanya menatap kepergian orang itu dan melanjutkan mengotak-atikkan gawainya.
Wanita paruh baya yang biasa di panggil dengan nenek madam menghampiri Gina di ruang tamu karena memang sedari tadi ia mengawasi gerak-gerik keduanya dari balik tembok, ''Kau ini bagaimana, kenapa cucu ku pergi tidak kau cegah,'' omel nya.
''Nek, apa dia orang yang akan menikah dengan ku?''
''Ya, siapa lagi, dia cucu tertua ku. Ah sudahlah, aku mau kau berhasil membuat nya tertarik padamu,'' ucap nya yang kesal terhadap Gina.
Nenek pun ikut pergi meninggalkan Gina yang tengah kebingungan karena mendapatkan omelan yang bahkan dia sendiri tidak tahu kesalahan nya apa.
''Kenapa semua orang kaya selalu bersikap aneh,'' gumamnya.
Di ruangan yang terdapat banyak buku-buku, seorang pria sedang membaca sebuah buku yang entah buku apa itu.
''Rey, kenapa kamu meninggalkan gadis itu!'' omel Nenek yang masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu.
Reyhan Pratama, pria berperawakan tinggi dengan wajah terbilang cukup tampan namun sayang, ia tidak bisa memanfaatkan ketampanannya dengan menggait wanita karena sikap angkuhnya. Bukan tidak ada yang menyukainya, tapi memang Reyhan selalu menutup hati serta matanya untuk para wanita yang entah apa sebabnya.
''Apa nenek tidak bisa mengetuknya dulu,'' balas Rey dengan suara yang dingin tanpa menatap ke arah neneknya.
''Tidak! Rey kamu sudah berjanji kan pada nenek, akan menuruti permintaan nenek, tapi kenapa sikap mu seperti itu, siapapun juga akan mundur jika kamu terus bersikap begitu!''
''Terus Rey harus bagaimana Nek, Nenek tahu betul aku bagaimana.''
''Pokonya nenek tidak mau tahu, kamu harus menikah dengan gadis pilihan nenek,'' ucap nenek tanpa ingin bantahan, yang kemudian pergi dengan perasaan yang kesal.
Pria 35 tahun itu menghela nafasnya dengan kasar dan menaruh buku yang di pegang nya di rak-rak besar itu.
''Bahkan jodoh pun harus di atur," gerutu Reyhan dengan kesal.
Beberapa saat kemudian, Reyhan yang sedang merebahkan kepalanya di sandaran kursi dengan pikiran yang entah kemana itu, harus berdecak kesal karena mendengar suara ketukan pintu. ''Masuk!'' teriak Reyhan dengan kesal.
Ternyata yang mengetuk adalah Gina, entah mau apa dia menghampiri pria yang menyebalkan itu.''Ada apa?''
''Aku mau minta maaf,''
''Untuk?''
''Untuk pertemuan pertama kita tempo hari, aku benar-benar tidak sengaja,'' ucap Gina dengan kepala yang tertunduk, tempo hari mereka pernah bertemu di depan restoran tempat Gina bekerja, pertemuan pertama yang pahit karena insiden Gina yang menumpahkan jus buah ke kemeja Reyhan membuat Reyhan menahan kesal terhadapnya.
''Sudah? ya sudah kalau sudah selesai, kamu boleh keluar, saya ingin istirahat!'' jawab Reyhan tanpa menjawab permintaan maaf dari Gina.
''Tapi kamu juga harus minta maaf padaku.''
''Untuk apa?''
''Ya 'kan waktu itu kamu yang menabrak ku," protesnya.
Reyhan menghela nafasnya dengan kesal dan menatap tajam Gina, Reyhan benar-benar di buat kesal dengan sikap Gina yang tidak seperti wanita pada umumnya.
Reyhan beranjak dari duduk dan berjalan menghampiri Gina yang berdiri di ambang pintu yang terbuka lebar, tidak ada rasa takut pada diri Gina yang sedang di tatap tajam oleh Reyhan. Melainkan Gina menatap balik mata tajam Reyhan.
Reyhan berjalan melewati tubuh Gina dan menutup pintu ruang baca rapat-rapat. Gina menatap heran dengan apa yang di lakukan Reyhan.
''Kenapa pintu nya di tutup?'' ucap Gina dengan raut wajah yang waspada.
Reyhan berjalan menghampiri Gina kembali dan berdiri tepat di hadapannya, menatapnya tanpa berkata apapun, begitu pun dengan Gina yang membalas tatapan tajam Reyhan.
Cukup lama mereka saling menatap, entah apa yang mereka pikirkan, tapi Gina merasa aneh dengan debaran jantungnya yang tiba-tiba berdebar dengan cepat itu.
Reyhan memajukan kepalanya yang membuat Gina sedikit memundurkan kepala.
''Aku tidak ingin ruangan ini terkontaminasi bakteri karena pintu yang terbuka,'' ucap Reyhan dengan suara yang pelan, jarak yang dekat membuat nafas yang keluar dari mulut Reyhan menerpa wajah manis Gina dan membuatnya menutup matanya sebentar.
''Mint,'' celetuk Gina.
''Kau sudah makan?'' tanya Reyhan tiba-tiba yang tentu membuat Gina yang merasa heran.
''Belum.''
''Kalau begitu kamu bisa ikut dengan saya,'' ucap Reyhan yang melangkah ke sebuah pintu yang ada di ruangan itu dan Gina pun membuntut dari belakang.
Ruangan dengan satu meja yang di atasnya sudah tersedia beberapa makanan dan hanya ada dua kursi di sana, dan dengan beberapa lemari kecil serta ada satu pintu lagi di sudut ruangan yang Gina sendiri belum tahu pintu menuju kemana itu.
Reyhan duduk di salasatu kursinya lalu menyuruh Gina ikut duduk di kursi lainnya untuk makan bersama.
''Ada apa dengan nya, sebentar bersikap sombong, sebentar bersikap baik,'' batin Vlora.
Vlora tidak memakan makanannya, ia hanya diam mengaduk aduk nya. ''Kenapa tidak kamu makan?'' tanya Rey tanpa menatap Gina.
''Kamu enggak kasih racun di makanan ini 'kan?'' pertanyaan Gina membuat Reyhan tersedak makanan nya.
''Saya tidak mau kamu mati disini!'' jawab Reyhan setelah meminum air putih untuk meredakan tersedak nya.
Ya sebab Gina hanya mengaduk-aduk makanannya karena ia takut Reyhan meracuninya hanya karena menolak perjodohan ini.
''Apa kamu bisa membatalkan perjanjian itu,'' ucap Reyhan tiba-tiba setelah mereka selesai memakan makanan nya masing-masing.
''Andai bisa, aku juga tidak mau menikah dengan mu.''
''Kalaupun memang di antara kita tidak bisa membatalkan niat Nenek, dengan terpaksa saya akan menyetujui nya, tapi dengan beberapa persyaratan.''
''Astaga, nenek dengan cucu sama saja. Persyaratan apa lagi?'' keluh Gina.
''Kamu tidak boleh ikut campur dengan urusan saya, apapun itu.''
''Setuju, dan kamu juga tidak boleh ikut campur dengan urusan ku, bagaimana?'' balas Gina dan di angguki Reyhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments