Gina yang baru saja keluar dari tempat kerjanya karena sudah waktunya ia pulang tiba-tiba menabrak seseorang dan membuat seseorang itu terkena tumpahan jus buah yang dia bawa.
Warna dari jus buah yang menodai kemeja membuat sang empunya menatap tajam Gina.
''Apa kau tidak punya mata, hah!!'' bentak pria yang di tabrak nya.
''Maaf pak, saya tidak sengaja, lagipula anda juga bersalah,'' jawab Gina. Bukan merasa takut akan bentakan pria itu, Gina seakan tidak mau hanya dia yang di salahkan.
Mendapatkan jawaban dari gadis itu, si pria semakin di buat marah, bukan merasa bersalah tapi seakan malah menyalahkan balik dirinya, tangannya terkepal kuat, andaikan yang mencari masalah dengannya seorang pria, mungkin sudah lain judul. Tapi beruntung dia adalah seorang gadis.
''Tuan, apa perlu aku menghubungi butik langganan untuk memesan pakaian baru untuk mu, Tuan?'' tanya seorang pria yang berada di belakang nya.
''Hidihh, berlebihan sekali, itu hanya terkena noda jus, di bersihkan sedikit dengan air, selesai,'' gumam Gina yang merasa ucapan pria yang sepertinya bawahan dari pria yang di tabraknya itu, terdengar sangatlah berlebihan.
Karena malas meladeni wanita yang bahkan melihat wajah serta penampilan nya saja membuatnya muak, pria itupun berlalu masuk ke dalam tanpa permisi meninggalkan Gina yang merasa aneh dengan sikap dua orang itu.
''Mereka bak tuan muda dan sekertaris nya di dunia pernovelan. Sangat-sangat, Ber–le–bi–han,'' gumam Gina menilai penampilan dua orang pria yang baru saja ia temui itu.
Di dalam kafe, pria yang di tabrak Gina memerhatikan-nya dari dalam sana, berharap tidak akan bertemu lagi dengan gadis modelan seperti dia, gadis yang arogan menurutnya, tidak mencerminkan seorang gadis pada umumnya.
Gina pun berlalu menghentikan sebuah bis lalu pergi dari sana untuk kembali ke rumah sakit.
Sesampainya ia di rumah sakit, Gina langsung menuju ke meja bagian administrasi tapi hatinya sedikit ragu untuk membicarakan niat yang akan di bicarakan nya itu. ''Ya, ada yang bisa saya bantu?'' tanya pihak administrasi.
''Emmm,, maaf mbak saya keluarga dari pasien yang ada di kamar 301b, apa bisa biaya untuk operasi di bayar dengan cara menyicilnya?'' tanya Gina dengan ragu.
''Maaf, kalau untuk mencicil biaya operasi belum bisa. Tapi anda bisa membuat surat keterangan tidak mampu untuk meringankan biayanya,'' jelas wanita yang bekerja di bagian administrasi itu membuat Gina menunduk pasrah.
Gina sungguh kebingungan, bermula dia terpikirkan untuk menjual rumah yang saat ini ia dan ibunya tinggali dan untuk kekurangan nya dia akan mencari pinjaman, tapi pihak rumah sakit tidak menerima itu. Dan untuk mengurus surat yang di sebutkan oleh wanita administrasi itu pastilah membutuhkan waktu lama dan ibunya yang harus segera di operasi, sungguh membuat Gina putus asa.
''Berarti tawaran ku kemarin, tidak kamu pikirkan ?'' suara yang tidak asing terdengar dari belakang, dengan cepat Gina berbalik badan dan benar saja, orang itu adalah nenek yang kemarin di temui nya saat di taman.
''Nenek?''
''Mungkin kamu menganggap tawaran ku hanya bualan, tapi aku tidak bermain-main akan hal itu.''
''Tapi Nenek tahu dari mana kalau saya butuh duit untuk biaya operasi?''
''Kemarin saya tidak sengaja mendengar pembicaraan mu dengan seorang dokter.''
Ya sekarang masuk akal, dari mana nenek itu tahu bahwa Gina membutuhkan duit untuk biaya operasi ibu-nya.
.
Di sebuah kedai yang ada di kantin rumah sakit, di sanalah nenek itu mengajak Gina berbincang, bertujuan agar lebih nyaman untuk mengobrol. Di depannya sudah ada beberapa piring makanan juga minuman yang nenek itu pesankan untuk Gina, tapi tidak ada yang Gina sentuh, ia hanya diam termenung karena memikirkan kembali tawaran nenek tua itu.
''Makanlah, lepas itu kamu baru bisa jawab untuk tawaran saya.''
''Nek, Nenek meminta saya menikah dengan cucu Nenek, tapi apa cucu Nenek sendiri akan setuju untuk menikah dengan saya?''
''Untuk soal itu, kamu tidak perlu khawatir, karena itu sudah menjadi urusan Nenek, kamu hanya perlu siap dan setuju saja.''
''Heeuumm… , baiklah, saya setuju Nek!''
Keputusan Gina pun sudah final setelah berpikir panjang, dan nenek tua itupun bisa bernafas dengan lega.
''Tapi Nek, saya memiliki syarat.''
''Katakan!''
''Kelak, Nenek ataupun cucu Nenek, tidak akan melarang saya untuk bekerja dan juga membiarkan saya untuk melanjutkan pendidikan saya sampai selesai, bagaimana?''
''Setuju, dan silahkan tanda tangan.'' Alis Gina terangkat sebelah menatap selembaran kertas yang sudah tertulis akan perjanjian itu lengkap dengan materai nya.
''Untuk berjaga-jaga, jika kamu tidak menepati janji, Nenek bisa menuntut mu.''
Gina menelan ludahnya dengan susah payah dan mengambil bolpoin lalu mentanda tangani surat perjanjian itu dengan ragu.
''Biaya rumah sakit sudah Nenek bayar plus perawatan untuk kedepannya. Dan besok kau bersiaplah, akan ada yang menjemput mu. Saya pergi dulu, makan yang banyak agar tubuh mu berisi sedikit.''
Nenek tua itupun berlalu pergi setelah mengusap kepala Gina meninggalkan Gina dengan beberapa makanan yang memang sudah di pesankan untuknya.
Gina membuang nafasnya, tubuhnya ia senderkan di senderan kursi, entah keputusannya ini akan menguntungkan baginya atau malah sebaliknya, Gina hanya bisa berpasrah diri untuk semuanya.
Perutnya berbunyi, matanya menatap makanan yang terhidang di meja dan pada akhirnya ia memakannya dengan lahap karena seharian ini dia hanya meminum jus buah yang bahkan sudah tumpah di kemeja orang tadi.
"Biarlah masalah pernikahan itu menjadi sebuah pengalaman, yang terpenting ibu bisa mendapatkan pengobatan yang layak," gumam Vlora dengan mulut yang penuh terisi makanan.
Perut kenyang hati pun senang, aahh bahkan pribahasa itu tidak sama sekali Gina alami. Perut ramping Gina memang kenyang tapi pikiran nya masih kacau memikirkan nasibnya kelak, bagaimana rupa si cucu nenek itu, bagaimana sifat-sifatnya, tabiatnya dan apakah dia akan menerima dia yang akan menjadi istrinya, semua itu Gina khawatirkan.
Matanya melihat piring-piring kosong, entah hatinya belum tenang, apa benar makanan itu sudah di bayar oleh perempuan tua tadi dan untuk memastikan Gina pun langsung menanyakannya pada pemilik kedai, kalaupun memang belum di bayar ia pasrah jika makanan tadi harus ia bayar sendiri karena memang dia sendiri yang menikmati-nya.
"Bu, makanan yang saya makan total berapa semuanya?" tanya Gina dengan cemas.
"Oh, itu sudah di bayar dengan nenek tadi neng," jawab sang penjual dan Gina pun bisa bernafas dengan baik.
"Oh ya? kalau begitu terima kasih ya, Bu." Gina akhirnya pergi dari kantin rumah sakit dengan bibir yang tersenyum karena duit di dalam dompet nya bisa terselamatkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Mommy QieS
like n vote, kak.😊😘
2023-01-09
0