Setelah memakai bajunya Matteo keluar dari kamar, ia mencium aroma yang menggoda perut laparnya, langkah kakinya semakin mendekat ke arah dapur, ia melihat Alara yang masih sibuk memasak makanan.
Matteo menggelengkan kepalanya untuk membuang rasa iba pada Alara, ia tidak akan pernah tertipu dengan wajah itu, ia akan selalu mengingat wajah itulah yang menghabisi nyawa kekasih tercintanya.
Laki-laki itu meninggalkan dapur menuju ruang televisi, ia mendudukkan dirinya di sofa dan tangannya meraih remote televisi.
Televisi menyala, di layar langsung memutar dimana seorang laki-laki paruh baya sedang melakukan konferensi pers soal kematian anak bungsunya yang bernama Ayesha Uzma.
Ya, dia adalah Tuan Jesper Uzma. Diadakannya konferensi pers ini adalah atas perintah dari Matteo sendiri, untuk mengatakan kepada publik bahwa pihak keluarga tidak bisa menuntut si pelaku yang sudah menghabisi nyawa anaknya, sebab semua yang terjadi adalah unsur ketidaksengajaan.
Mereka juga menyampaikan bahwa kasus ini resmi ditutup oleh pengadilan negeri, dengan alasan yang sama.
"Lagi pula ini hanya unsur ketidaksengajaan, pelaku juga sudah meminta maaf dengan tulus kepada kami sekeluarga."
Tuan Jesper menghentikan penjelasannya sejenak sambil menundukkan kepala, ia sama sekali tidak bisa menyembunyikan rasa sedih itu.
"Mungkin teman media dan masyarakat berpikir bahwa keputusan ini seperti tidak masuk akal, bagaimana saya dan keluarga saya bisa memaafkan pelaku begitu saja. Tapi, memang sudah menjadi keputusan kami semua untuk tidak membesarkan masalah ini. Jadi, kedepannya saya dan keluarga meminta kepada awak media untuk tidak menyebarkan berita miring terkait keputusan kami ini, dan saya meminta do'a dari kalian agar arwah anak saya bisa tenang disan, terima kasih."
Tuan Jesper langsung meletakkan microphonenya lalu ia berdiri, sebelum benar-benar meninggalkan ruangan konferensi pers tersebut, ia sempat menundukkan kepalanya memberi hormat kepada media yang hadir di konferensi pers tersebut.
Tertangkap wajah sendu yang tidak bisa ia sembunyikan barang sedikitpun, kalau bukan karena paksaan dari Matteo dan desakan dari istrinya, Brenda. Tuan Jesper enggan untuk mencabut tuntutan dan melakukan konferensi pers ini.
Brenda yang tidak mau hidup susah jika Matteo menghancurkan perusahaan miliknya dalam hitunga menit, akhirnya mendesak tuan Jesper untuk segera melakukan yang seharusnya di lakukan.
Karena ketidakberdayaan di campur dengan rasa sedih yang teramat sangat mendalam, akhirnya tuan Jesper melakukan semuanya sambil tidak putus merapalkan maaf kepada almarhum anaknya di dalam hati.
Seiring Tuan Jesper meninggalkan ruang konferensi pers, layar televisi di rumah Matteo pun padam. Laki-laki itu melempar remote ke meja, lalu ia menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa dengan kepala yang juga ia letakkan menjadi sedikit menengadah, lalu menutup kedua matanya dengan lengannya.
Ia menangkap gurat kesedihan yang mendalam di pelupuk mata tuan Jesper, hatinya menjadi sakit saat itu juga, ia merasa sangat kejam sudah memaksa orang tua itu untuk menutup kasus ini, mencabut tuntutan dan juga melakukan konferensi pers.
Penyesalan mulai menyerang hatinya, akan tetapi ia tidak bisa berhenti, rasa dendam di hatinya terlalu kuat.
Ia tidak ingin pembunuh Ayesha hanya di penjara bertahun-tahun, semua ini ia lakukan agar Alara tersiksa, ia ingin Alara merasakan sakit berkali lipat karena sudah membunuh Ayesha, membuat seorang ayah dan ibu bersedih karena di tinggal anaknya untuk selamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
💥💚 Sany ❤💕
Sok jijik ma Alana tp diembat jg. Seharusnya klu gak cinta jangan disentuh.
2023-04-26
0
💥💚 Sany ❤💕
Bikin emosi jiwa atas kelakuan si Matteo.
2023-04-26
0
💥💚 Sany ❤💕
Dasar Matteo. Dendam salah alamat. qu tunggu penyesalanmu n moga Lana gak kan mudah mema'afkanmu.
2023-04-26
0