Rasa takut dan rasa perih pada inti tubuhnya membuat Alara sampai tidak sanggup untuk menopang tubuhnya sendiri saat kakinya menginjak lantai.
Alhasil Alara tersungkur di lantai, gadis itu kembali menangis, kali ini suara tangisnya kuat menggema di dalam kamar tersebut. Bukankah hidupnya selama ini sudah susah, kenapa harus di hancurkan lagi hanya karena tuduhan yang belum valid. Sungguh di dunia ini keadilan terlalu kejam mengintimidasi, apalagi pada manusia kecil dan rendahan seperti dirinya.
"Cih, dasar tidak berguna." Matteo meludahkan liurnya ke lantai merasa jijik dengan tangisan Alara yang seperti di buat-buat agar dirinya iba. "Begitu saja kau sudah menangis dan merasa tersiksa, tidakkah kau berpikir sesakit apa Ayesha saat kau menikamnya berkali-kali, sialan!" Amarah itu datang lagi, ingin rasanya saat itu juga dia menghabisi Alara dengan tangannya.
Matteo sampai mengepalkan kedua tangannya untuk meredam emosi yang membuncah pada Alara yang menurutnya sok bersedih itu.
"Aku tidak pernah menikam Ayesha, aku tidak membunuhnya, harus berapa kali aku mengatakannya, aku tidak membunuhnya!" Nyaring suara lemah itu membantah.
"Hei, Tuan Matteo yang terhormat! Ayesha adalah sahabatku, aku mengenalnya lebih dulu dari pada anda!" Alara yang masih terduduk dilantai sambil menuding Matteo penuh emosi.
"Jika kau ingin keadilan untuk sahabatku yang kau anggap kekasihmu itu, buka kasus ini di pengadilan. Aku bisa menjamin jika bukan aku yang membunuh Ayesha," tantang Alara sengit.
Mendengar itu Matteo tersenyum miring, bagaimana bisa dia membuktikan jika bukan dia pembunuhnya, padahal sudah terbukti hanya ada sidik jari Alara di tubuh Ayesha dan barang bukti yang ditemukan di tempat kejadian.
"Kau pikir aku percaya? Sampai mati pun aku tidakan pernah percaya padamu, sialan! Aku tidak akan melakukannya, aku yang akan menyiksamu dengan tanganku sendiri. Sampai kau frustasi dan mengakhiri hidupmu sendiri."
Tidak ingin melihat drama yang diciptakan Alara berlanjut, Matteo menghampiri Alara yang masih terduduk di lantai, ia segera menarik paksa tangan gadis itu untuk berdiri.
Alara meringis kesakitan, rasa perih pada inti tubuhnya kembali merasakan sakit saat Alara bergerak terlalu kencang, akan tetapi Matteo tidak peduli itu.
"Pilihkan baju dan celana untukku, setelah itu buatkan aku sesuatu, aku lapar." Matteo mendorong tubuh Alara agar gadis itu segera melakukan perintahnya.
Mau tidak mau Alara menuruti semua perintah Matteo walau langkahnya terseok-seok, setelah mengambil baju dan celana untuk laki-laki itu, Alara langsung bergegas keluar kamar untuk memasak.
Setelah pernikahan selesai, Matteo mengatakan akan langsung pindah ke salah satu rumah miliknya dan hanya tinggal berdua dengan Alara.
Matteo juga berpesan kepada ibunya dan keluarga dari Ayesha, untuk tidak pernah menganggu hidupnya, tidak ada satu orang pun yang boleh berkunjung ke rumahnya tanpa izin darinya, ia mengatakan itu karena hanya ingin menyiksa gadis itu tanpa dilihat oleh siapapun.
Awalnya ibu Matteo yang sangat baik menolak semua itu, sebenarnya dari semua orang hanya ibu Matteo yang belum yakin jika Alara yang membunuh Ayesha calon menantu kesayangannya itu.
Karena pada saat persiapan pernikahan Alara selalu ikut serta, mulai dari memilih WO, catering, sovenir pernikahan, fitting baju pengantin, bahkan untuk sovenir, Ayesha menyerahkan semuanya pada Alara.
Gadis itu tampak antusias saat Ayesha memberinya tanggung jawab, tidak ada wajah iri dan tidak suka, justru gadis imut itu berbinar seperti merasa bangga saat mendapat tugas khusus dari Ayesha.
Ibunya Matteo tidak tahu seperti apa persahabatan antara almarhum calon menantunya dan seberapa lama mereka sudah bersahabat.
Akan tetapi, saat bertemu beberapa kali, Ayesha selalu membicarakan Alara, calon menantunya itu selalu mengatakan jika Alara itu baik, Alara itu pintar dan juga pekerja keras.
Bukan hanya cerita dari Ayesha, bahkan ibunya Matteo melihat sendiri gadis itu memang ramah, tutur katanya lemah lembut, wajah imut yang selalu berbinar.
Semua hal itu membuat ibunya Matteo tidak terlalu percaya jika gadis seperti Alara mampu membunuh seseorang, apalagi itu adalah sahabatnya sendiri.
Bahkan ibunya Matteo pernah menceritakan hal itu pada suaminya secara peribadi, akan tetapi suaminya hanya mengatakan bukti yang ada, bukti yang sangat valid, yaitu sidik jari.
Sidik jari yang terdapat di tubuh Ayesha dan barang bukti berupa pisau dapur memang sidik jari Alara. Tapi, entah mengapa ibunya Matteo tetap tidak bisa percaya begitu saja jika Alara sanggup melakukannya.
Ingin sekali rasanya ia menyelidiki semuanya, akan tetapi ia tidak bisa melakukannya tanpa dukungan suaminya. Ayahnya Matteo juga tidak terlalu peduli dengan kejadian ini, sebab ia menganggap semua sudah selesai jika anaknya sudah turun tangan dan tidak ingin orang lain ikut campur.
Seperti biasa ayahnya Matteo selalu percaya, apa pun yang akan di lakukan oleh putranya, semua itu tidak akan mencoreng nama baik keluarganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
💥💚 Sany ❤💕
Dasar Matteo kepala batu tp berganti otak udang hanya gara2 dendam. Seharusnya kamu pakek otak cerdasmu buat nyelidiki ulang kasusnya, bukan ntuk nyiksa Alana.
2023-04-26
0
💥💚 Sany ❤💕
Seharusnya kalian selidiki ulang jangan main hakim sendiri. Kasian banget Alara yg gak salah. Kalian kejam.
2023-04-26
0
Rizky Ariyani
issh kalian kan kaya msak gk bisa selidiki dgn benar dan mo mati anak orng baru kalian nyesel😑
2023-01-06
6