Jake melepaskan pelukannya. Dia kemudian menatapku sepenuh hatinya. Sorot matanya seolah-olah memanjakanku. Ingin sekali aku menciumnya. Kumis tipisnya itu seakan menggodaku untuk bergerak cepat meraih bibir tipis yang dulu seringkali berucap pedas padaku. Tapi di bibir itulah aku juga menyerahkan diri padanya. Aku lemah, aku kalah. Jake berhasil mendapatkan semua yang ada padaku.
"Setelah ini biarkan aku yang menghubungimu terlebih dahulu. Jika amat rindu, kirim saja email kepadaku. Masih ingat email-ku, bukan?" tanyanya yang membuatku sedikit heran.
"Memangnya?" Aku pun tak mengerti apa maksudnya.
Jake menghela napasnya. "Aku hanya berjaga-jaga jika Lea mengajukan banding dan meminta pihak hakim memeriksa ponselku. Aku khawatir saat itu ada pesan atau telepon darimu. Dan hal itu bisa dimanfaatkan olehnya untuk menjatuhkanku. Kau pasti mengerti maksudku, Beb." Jake menerangkannya.
Aku mengangguk. Tentu saja mengerti setelah dia menjelaskannya padaku. Dia pun mengusap pipiku. Tangan yang memiliki cengkeraman begitu kuat itu sekarang bergerilya lembut di pipiku. Jantungku pun mulai berdebar-debar menantikan apa yang akan dia lakukan. Jake pasti ingin menciumku. Aku pun segera memejamkan mata ini di depannya. Aku menunggunya menciumku.
Cepat, Jake! Kau sudah mau berangkat!
Namun, setiap detik yang berlalu bagai ribuan menit yang terbuang begitu saja. Jake belum juga menciumku. Aku pun mulai kesal dengannya. Lantas kubuka mata ini untuk mengintipnya. Dan ternyata, dia sedang memerhatikanku tanpa melakukan apa-apa.
Apa sih yang dia inginkan?!
Karena kesal tak dicium juga, akhirnya aku berinisiatif untuk memulainya duluan. Aku mendekatkan diri kepadanya lalu sedikit berjinjit untuk meraih bibir itu. Kucium bibirnya dengan satu kecupan yang amat lembut. Aku pun menunggu reaksi darinya.
Jake, balas atau kita cerai!
Namun, bukan Jake jika tidak berhasil membuatku kesal. Dia tetap saja diam. Aku pun menjauhkan bibir ini dari bibirnya lalu memundurkan langkah kaki ke belakang. Kulihat dia hanya terdiam dengan mata yang terpejam. Seperti menikmati ciuman yang baru saja aku berikan. Tapi dia diam dan tidak melakukan perlawanan.
"Ya sudah, pergi sana! Selesaikan urusanmu!"
Bukan wanita jika tidak ngambek kepada pasangannya saat keinginannya tidak terpenuhi. Begitu juga denganku yang ngambek kepada pria berwajah muram itu. Tapi kulihat Jake memerhatikanku dengan sorot mata yang berbeda. Dia seperti memahami bagaimana sifatku. Dan dia tidak marah saat aku mengusirnya.
"Hah ...," Sesaat kemudian dia mengembuskan napasnya. "Baiklah."
Dia akhirnya malah pasrah yang membuatku semakin kesal saja. Aku pun ingin sekali mengacak-acak rambutnya. Dia tidak mengerti keinginanku.
Jake, sampai kapan kau akan jadi kulkas dua pintu?! Kurang peka banget, sih!
Aku pun menggerutu di dalam hatiku bersamaan dengan dia mengambil dompetnya. Dia kemudian mengeluarkan satu kartu berwarna emas yang aku tahu apa isinya.
"Pakai ini untuk membeli semua kebutuhanmu. Aku berangkat sekarang," katanya sambil memberikan kartu itu.
Aku hanya diam karena masih ngambek padanya.
"Beb." Dia pun mendekatiku lalu menyelipkan kartu itu di dadaku. "Jangan nakal. Nanti kugigit," katanya lalu beranjak pergi.
"Jake!" Tentu saja aku tidak ingin dia pergi.
Jake menoleh ke arahku. Aku pun tiba-tiba bingung harus berkata apa padanya. Padahal sudah tiba saatnya bagi kami untuk berpisah.
"Aku ...." Aku pun mencoba merangkai kata.
Jake menaikkan satu alisnya.
"Aku—"
"Aku mencintaimu, Lilia. Tunggu aku," selanya lalu tersenyum padaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Ratna Whynegar
gemes dehhh
2023-01-06
0
Rain4ever
lilia lucu
2023-01-05
0
shookyot7💜
💪💜💜💜
2023-01-02
1