Masih Rindu

Sungguh tak kusangka jika transaksi ini akan mengantarkanku menuju ke pelukan seorang pria yang dulunya amat menyebalkan bagiku. Berulang kali berusaha untuk menggodanya, berulang kali juga gagal di tangannya. Tapi seiring waktu membuat perasaan itu merekah di hatiku. Tak dapat kupungkiri jika aku memang mencintainya.

Jujur aku tak menyangka jika Jake akan datang ke Malaysia. Menemuiku dan meminta maaf atas semua kesalahannya yang dulu. Dan sebagai wanita yang terlanjur basah dengan semua kesalahan di masa lalu, aku tidak mempunyai pilihan untuk menolaknya. Kusingkirkan gengsiku di hadapannya. Karena dia juga telah melihat semuanya. Jadi rasanya tidak perlu ditutup-tutupi lagi.

Pahit memang hal yang kualami. Tapi aku mencoba berlapang dada. Toh, dia sekarang sudah serius denganku. Terbukti dengan lamaran yang dia tujukan padaku. Aku pun menerima lamaran itu tanpa peduli apa yang akan terjadi nanti. Anggap saja aku tidak ingin mempersulit kisah ini. Karena kalau demikian, kisah ini hanya akan berputar-putar dan tidak menemukan titik temu. Maka dari itu aku mencoba mengikuti alurnya saja.

Kini pria berwajah muram nan kharismatik itu sedang berbicara dengan orang-orangnya. Sedang aku melihatnya dari depan pintu dapur. Aku tidak bisa menganggunya karena dia sedang serius bicara. Jadi aku hanya sesekali melihatnya lalu melihat ke dapur kembali karena sedang sibuk membuat kue. Jake memberiku dua karyawan pria untuk toko kue ini.

Dia memang loyal, harus kuakui itu. Tapi dia tidak mempunyai banyak waktu untukku. Kutahu jika urusannya selalu menumpuk. Dulu juga aku sudah sering ditinggalkan. Jadinya sekarang aku merasa biasa saja. Seperti kata pepatah, bisa karena biasa. Dan mungkin ini juga yang dinamakan pacaran secara dewasa. Tidak harus selalu bersama.

Aku harap sesampainya di ibu kota, masalahnya bisa jadi cepat terselesaikan. Jake memberi tahuku tentang sidang perceraiannya dengan Lea. Aku sendiri tidak bisa banyak berkomentar tentang hal itu. Kuserahkan padanya apapun keputusannya. Karena sejak awal aku memang sudah tahu jika dia berstatus suami dari Lea. Wanita yang mempekerjakanku dulu. Walau nyatanya sekarang keadaan malah berbalik. Aku jatuh cinta pada suaminya dan suaminya mencintaiku.

"Lilia. Aku harus berangkat sekarang. Nanti jika sudah sampai, aku akan mengabarimu." Jake mendekatiku setelah selesai bicara dengan anak buahnya.

Rasanya sungguh enggan untuk mengiyakan. Tapi apalah daya, sudah tiba waktu bagi kami untuk berpisah. Jake harus menghadiri sidang perceraiannya. Aku juga harus menyiapkan grand opening tokoku. Walau nyatanya sedih sekali ditinggalkannya.

"Jake, aku percaya padamu."

Dan hanya kata itu yang bisa kuucapkan sambil memegang dadanya. Pria berbadan kekar yang mengenakan jas hitam itupun mengangguk seraya melihatku. Menatapku dengan tatapan yang berbeda dari pertemuan pertama kami. Jake sudah berubah. Tak lagi kulihat kebengisan dan kekejaman di wajahnya.

Dia menarikku ke dalam dekapan tubuh hangatnya. "Jangan memasang raut wajah pasrah seperti itu. Aku jadi menginginkannya," katanya, yang membuatku tertawa kecil di pelukannya.

Aku tahu kata-kata itu hanya sekedar untuk menghiburku. Sampai detik ini dia juga belum menciumku. Hanya sebatas gertakan yang menaik-turunkan dadaku. Pada kenyataannya dia hanya berniat menggodaku saja. Sungguh ingin sekali membalas dendam padanya. Tapi waktu tidak memungkinkan lagi untuk bersama lebih lama. Aku harus merelakan kepergiannya dari sisiku.