Mencari Tahu

Beberapa menit kemudian...

Jendela lantai dua toko yang dibiarkan terbuka menjadi saksi percakapan Lilia dan Jake yang serius. Tampak Lilia mendengarkan apa yang dikatakan oleh Petrus lewat voice recorder di ponsel Jake. Lilia pun tampak mengernyitkan dahinya. Ia segera melihat tanda lahir yang terdapat di telapak kakinya.

"Jake, jadi maksudmu?" Lilia tak percaya.

Jake mengangguk. Ia menyilangkan kedua tangannya di dada. "Tidak mungkin terjadi kebetulan berulang kali di waktu yang bersamaan, bukan?" tanyanya pada Lilia.

Lilia menelan ludahnya. Raut wajahnya menyiratkan kebimbangan. "Tapi ... aku tidak tahu cerita sebenarnya. Panti asuhan yang membesarkanku juga sudah digusur. Aku tidak tahu di mana keberadaan ibu pantiku sekarang." Lilia tampak berpikir keras mengenai hal ini.

Jake menanyakan hal yang berkaitan dengan ucapan Petrus waktu itu. Di mana ia ingin kejelasan atas apa yang Petrus ucapkan. Firasatnya mengatakan jika Lilia ada hubungannya dengan bayi yang dicari Petrus. Terlebih tanda lahir di telapak kaki Lilia tampak jelas terlihat. Jake menaruh curiga jika Lilia adalah bayi yang dimaksud.

"Apa kau tahu pasti di mana letak panti asuhan itu dulu?" tanya Jake kepada Lilia.

Keduanya duduk menyilangkan kaki di lantai dua toko ini. Jake pun menanyakan keberadaan panti asuhan Lilia dulu. Ia tampak ingin mencari tahu kebenarannya sendiri. Tentunya Jake juga mempunyai maksud tersendiri dari hal ini. Yang mana hal itu akan sangat menguntungkan baginya.

"Aku ... kurang ingat letak persisnya. Karena tata kota sudah berubah semua. Yang aku ingat pengusaha itu hanya menyebut kata Empire saja," terang Lilia kepada Jake.

"Empire?" Jake pun serius menanggapi.

Lilia mengangguk. Kenangan akan masa kecilnya pun teringat kembali. Di mana ia dan saudara pantinya diusir paksa oleh bodyguard-bodyguard pengusaha yang ingin menggusur panti asuhan tempat Lilia tinggal. Lilia pun berusaha mengingat jelas sosok itu di pikirannya.

Belasan tahun yang lalu...

"Tolong Tuan, jangan usir kami. Kami hanya mempunyai sepetak rumah ini. Rumah ini tempat kami berlindung dan berkumpul."

Seorang ibu mengemis kepada sosok pria paruh baya berjas mewah. Pria itu tampak menghisap cerutunya. Perawakannya sekitar empat puluh lima tahun dengan penampilan yang sadis. Ia seperti tidak mengenal belas kasihan terhadap orang lain.

"Jangan banyak bicara. Aku sudah memberimu waktu untuk mencari tempat tinggal yang baru. Pergi!"

Sosok itu pun mengusir paksa ibu panti Lilia. Ia mendorong ibu panti dengan kasar sampai ibu panti terjatuh ke lantai. Lilia kecil pun segera menolong ibu pantinya.

"Paman, kau jahat sekali! Tidak berprikemanusiaan!" Lilia kecil tak terima ibu pantinya diperlakukan semena-mena oleh pria berjas mewah itu.

Pria itupun menatap Lilia kecil dengan tajam. Raut wajahnya menyiratkan amarah karena ada seorang anak kecil yang berani mengatainya. Kakak-kakak panti asuhan Lilia pun segera menahan Lilia agar tidak bicara lagi.

"Lilia, sudah. Kita pergi sekarang. Tidak ada gunanya melawan." Kakak-kakak pantinya meminta Lilia diam.

Lilia kecil pun mengepalkan tangannya. Ia merasa geram terhadap sosok pria yang mengusir keluarga panti asuhannya dari rumahnya sendiri. Para bodyguard itu pun kemudian mendekati dan mengusir Lilia beserta saudara-saudaranya. Mau tak mau Lilia bersama keluarganya pergi meninggalkan rumah itu untuk selama-lamanya. Tentunya dengan ganti rugi yang tidak setimpal.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!