Mirza melanjutkan perjalanannya menuju kantornya dengan menaiki taksi. Sesampainya di sana, dia masuk ke ruangannya. Ada beberapa karyawannya yang sedang sibuk di mejanya masing-masing. Sedangkan partner kerjanya yang tak lain Deo, tidak terlihat pagi ini. mungkin pria itu datang terlambat atau semalam memang pulangnya larut karena harus melakukan pengecekan di pelabuhan.
Mirza duduk diam di ruang kerjanya. Padahal dia tidak ada pekerjaan penting yang harus ia tangani. Entah kenapa tadi beralasan pada kakaknya kalau akan menyelesaikan pekerjaannya.
Mendadak hati Mirza diliputi rasa bersalah pada kakaknya. Tidak seharusnya dia berbicara seperti tadi saat kakaknya hanya menanyakan hal sepele. Mirza meremat rambutnya kasar. Bagaimanapun juga kakaknya adalah seseorang yang sudah menyayanginya sejak dulu. Selama ini juga kakaknya lah selalu membantu di perusahaan sang Ayah.
Mirza akhirnya memutuskan untuk kembali ke kantor Ayahnya. Dia akan meminta maaf pada Kavi atas ucapannya tadi.
Cklek
Saat baru saja Mirza membuka pintu hendak keluar, ia berpapasan dengan Deo yang baru saja datang.
“De, kamu baru datang?” tanya Mirza berbasa-basi.
“Iya. semalam aku pulang jam satu karena ada sedikit kendala saat pengecekan barang, dan tidak sesuai dengan dokumen.” Jawab Deo.
“Tapi sudah beres semua, kan?” tanya Mirza lagi.
“Sudah.” Jawab Deo dengan singkat, lalu ia masuk ke dalam ruangan yang sama ditempati oleh Mirza.
“Ya sudah, aku pergi dulu ya, De!” Ucap Mirza berlalu begitu saja.
Deo pikir kedatangan Mirza ke kantor hari ini akan membantu pekerjaannya. Ya, walaupun selama ini Mirza selalu mengerjakannya dari rumah. Deo juga tahu kalau temannya itu sekarang sibuk di perusahaan Ayahnya. Namun, jauh dari lubuk hati Deo ia merasa kalau Mirza mulai mementingkan bekerja di perusahaan Ayahnya daripada di kantornya sendiri.
***
Mirza kini sudah sampai kantor Ayahnya. Dia tidak masuk ke ruangannya sendiri, melainkan masuk ke ruang kerja kakaknya. Rupanya Kavi belum menyadari kedatangan adiknya, karena pria itu sedang fokus pada layar laptop di depannya.
“Kak!” panggil Mirza sukses membuat Kavi mengalihkan pandangannya dari layar laptop itu.
“Iya, Za? Katanya kamu tadi sibuk dan masih ada urusan di kantormu?” tanya Kavi bingung.
Mirza tak lantas menjawabnya. Ia menghampiri kakaknya, berdiri tepat di sebelah meja kerja Kavi.
“Maafkan aku, Kak! Maafkan ucapanku tadi pagi. tidak seharusnya aku bicara seperti itu pada Kak Kavi.” Sesal Mirza menatap sendu wajah kakaknya.
Kavi beranjak dari duduknya. Pria itu tersenyum hangat pada sanga adik. Tak lama kemudian Kavi memeluk Mirza dengan menepuk pelan punggungnya.
“Sudah, nggak usah diperpanjang lagi. kakak tahu memang sangat sulit usahamu merintis bisnis itu.” ucap Kavi.
“Terima kasih, Ka katas pengertiannya. Beri aku waktu untuk memikirkan hal itu.” lanjut Mirza dan diangguki oleh Kavi.
Setelah itu Mirza kembali ke ruangannya, karena memang hari ini Kavi banyak pekerjaan. Dan Mirza lah yang akan membantunya.
Hubungan Kavi dan Mirza sudah kembali membaik setelah sempat ada perdebatan kecil setelah mengantar kedua orang tua mereka ke bandara tempo hari. Kavi menganggap wajar dengan hal itu. karena memang sejak kecil dulu mereka sering bertengkar berebut mainan. Namun setelah itu mereka akan kembali berbaikan lagi.
**
Weekend ini Mirza tampak malas pergi kemana-mana. Biasanya dia akan menghabiskan waktunya dengan jalan-jalan bersama Karin. berhubung Karin juga ada kerja shift pagi di hari sabtu, akhirnya Mirza menghabiskan waktunya di rumah saja bersama sang kakak.
Kalau Kavi memang sudah terbiasa berdiam diri di rumah. dia akan keluar kalau ada janji bertemu dengan teman-teman lamanya. Tapi itu tidak setiap weekend.
“Za, kamu mau makan apa?” tanya Kavi yang saat ini kedua pemuda itu sedang sibuk dengan masing-masing ponselnya di ruang keluarga.
Belum juga menjawab pertanyaan Kavi, tiba-tiba ponsel Mirza berdering. Padahal Kavi akan memesan makanan, sekalian untuk Mirza juga.
“Kak Kavi tadi tanya apa?” tanya Mirza setelah mengakhiri panggilannya dengan Karin.
“Kamu mau makan apa? Ini aku mau pesan, biar sekalian saja.”
“Nggak usah, Kak. Maksudku nggak usah pesan, ini baru saja Karin telepon aku katanya dia masak banyak. Kakak tunggu saja, sebentar lagi dia akan datang.” jawab Mirza dengan senyum sumringah.
Mirza baru saja mendapat telepon dari kekasihnya kalau ternyata Karin hari ini libur. Kebetulan tukar shift dengan salah satu temannya. Dan yang membuat Mirza senang karena Karin baru saja memasak banyak makanan. Dia tahu kalau masakan kekasihnya itu sangat enak. Akhirnya Karin menawarkan dirinya untuk datang ke rumah Mirza.
“Kamu jemput saja dia, Za! Masak kamu membiarkan perempuan datang ke sini hanya untuk mengantar makanan?” protes Kavi.
“Nggak apa-apa, Kak. Karin orangnya sangat baik. Dia sendiri tadi yang bilang kalau tidak mau dijemput.” Jawab Mirza kembali memainkan ponselnya.
Sebenarnya di rumah Sean ada pembantu. Hanya saja kalau weekend, pembantunya itu dibebaskan untuk memasak, karena kebiasaan keluarga Sean pasti akan menghabiskan waktu di luar. Atau terkadang membeli makan dari luar.
Tak lama kemudian terdengar suara bel pintu. Mirza masih sibuk dengan gadgetnya. Akhirnya Kavi yang membuka pintu itu.
Cklek
“Pagi, Kak!” sapa Karin dengan canggung. Sama halnya dengan Kavi.
“Ehm, pagi juga! sialakan masuk, Rin!” ucap Kavi mempersilakan.
.
.
.
*TBC
Happy Reading!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Ana
bingung juga ya punya kerjaan di dua tempat
2023-01-03
1