“Alea, ada yang baru, nih.”
Cewek yang baru saja disebut namanya oleh Tian itu memutar mata malas lalu memilih menyelesaikan tugasnya yang baru saja diberi oleh bu Sartika, Guru TIK di SMA Garuda.
“Alea cantik, deh, matanya mutar-mutar gitu. Aku doain semoga gak bisa berhenti, yah.”
“Ih rese lo semua! Ngapain ke sini, sih!” buku paket tebal dengan judul Teknologi Informasi dan Kominikasi itu mendarat dengan bertubi-tubi di punggung Adnan dan Tian.
“Aduh, Lea. Kan, yang ngomong gitu Adnan, napa juga gue kena imbasnya!” Alea tidak memperdulikan Tian, cewek yang menjabat sebagai ketua kelas di XII IPS 4 itu tetap melayangkan pukulan bertubi-tubi pada Adnan dan Tian yang selalu hobi mengganggunya.
“Woi, syaiton! Bantuin, woi!”
Sekelompok anak laki-laki yang dimaksud Tian untuk memberikan bantuan hanya tertawa geli. Pemandangan Tian, Adnan dan Alea bertengkar adalah hal yang sudah sangat biasa namun tetap lucu di mata mereka.
“Yah, lo lari, lah beg0! Ngapain malah di situ?” seru Malik yang dengan santai duduk bersila di atas meja. Di dekatnya ada Arnold yang bersedekap dan Devan yang memakan bekal dari cowok cupu yang telah dia mintai dengan cara tidak santai.
“Gimana mau lari, nj1ng?! ini rambut gue yang jadi sasaran!” mereka semakin tertawa saat tangan kanan Alea menjambak rambut Adnan sementara tangan kiri cewek itu menjambak rambut Tian.
“Alea, sakit monyet! Lepasin dong, ah! Entar rambut gue bau terasi lagi, nih!” ujar Adnan di sela-sela kesakitannya.
“APA LO BILANG?! SECARA GAK LANGSUNG LO NGATAIN TANGAN GUE BAU TERASI, HAH?!” Adnan dan Tian kontan meringis.
“Nih, cewek makan apa sih kuat bener,” gumam Tian seraya berusaha menjauhkan tangan Alea dari rambutnya namun gagal. Jambakan cewek itu semakin menjadi-jadi.
“Woy! Mana yang namanya Alea? Sini lo, ada tugas Negara!” suara cowok gondrong yang kini berkacak pinggang menatap Alea mengintrupsi hingga jambakan cewek itu terlepas. Tentu saja Adnan dan Tian menggunakan kesempatan ini untuk kabur setelah mereka berhasil menjitak kepala Alea.
“Apa lo?!” sahut Alea masih dengan nada garang. Percayalah, Alea beraninya hanya dengan antek-antek Alka, sama Ketua Gengnya, yah, Alea masih sayang nyawa. Dipelototi sama Alka saja nyali Alea langsung ciut.
“Dih, garang banget lo kayak singa mau bertelur. Sini lo, disuruh sama bu Sartika buat ambil buku paket TIK. Mau dibagi-bagiin biar bisa kerja tugas.”
“Lo beg0 apa terlalu pinter, sih, Gus? Singa, tuh, operasi sesar, bukan bertelur,” celetuk Malik yang mendapat kekehan dari Bagus.
“Lo lebih beg0, Man,” balas Bagus santai kemudian kembali pada Alea. “Buru, elah.”
Alea memutar matanya malas lalu kembali duduk pada kursinya. “Lo aja, deh, Gus. Tugas gue masih banyak, nih, dari bu Sartika. Belum lagi absen kelas yang mau gue setor ke bagian kesiswaan. Lo aja sono!”
Bagus mendelik tajam. “Ogah, ya! Lo, yah, lo! Mana ada sejarahnya gue ke perpus!”
“Kan, ambil buku doang. Ribet lo kayak rambut lo!”
“Heh! Lo jangan bawa-bawa rambut gue, ya!” Alea nyengir kemudian menunjukkan wajah memelas. “Please, yah, Gus. Lo aja. Lagian kan bukunya banyak, mana bisa gue bawa sendiri.”
Melihat wajah memelas Alea, Bagus mendengus kemudian mengibaskan tangan. “Nyusahin, lo!” ucapnya lalu keluar menuju perpustakaan.
####
Ini yang membuat Bagus benci masuk ke perpustakaan. Bau buku usang dan debu yang menjadi satu hingga meninggalkan kesal geli di hidungnya kemudian terjadilah sebuah bersin. Bagus menggosok-gosok hidungnya lalu melangkah pada rak khusus buku TIK dan sejenisnya.
Di rak paling sudut, matanya memicing ketika melihat cewek dengan rok lipit abu-abu di atas lutut tengah memanjat rak buku tersebut. Bagus terkekeh geli lalu mengedarkan pandangan.
Banyak orang yang berada tidak jauh dari rak tersebut, namun tampaknya cewek itu tidak ingin menyusahkan orang lain. Atau mungkin tidak ingin bantuan orang lain?
Mata Bagus kemudian membulat saat rak buku itu sedikit bergerak di karenakan cewek pendek yang sok tinggi itu memanjat ke tingkatan rak pertama dengan kedua kakinya untuk mengambil buku bersampul biru mudah di rak paling atas.
“Nih, cewek sok tinggi banget, sih. Udah tau semeter gak sampai tetap aja nekat gak mau minta bantuan orang lain.”
Sembari bergumam, Bagus melangkah mendekat. Langkah yang awalnya pelan perlahan berubah menjadi lari kecil saat gerakan rak buku itu semakin kentara hingga deretan buku-buku paling atas jatuh.
Bagus memejamkan mata ketika entah berapa puluh jumlah buku tebal itu menghantam punggungnya bersama dengan rak buku tersebut. Sedangkan cewek sok tinggi yang saat ini ada di pelukannya membeku untuk mencerna apa saja yang terjadi. Semua tatapan yang mengarah padanya pun tidak lagi dipedulikan.
“Lo jadi cewek gak usah sok tinggi. Gara-gara lo punggung gue kebas, nih!” Bagus tidak membentak ataupun meninggikan suaranya. Namun, suara kesalnya berhasil membuat cewek berambut coklat itu terkesiap lalu dengan cepat menarik diri dari Bagus.
“Salah sendiri nolongin gue!”
Membulatkan mata, Bagus kemudian mendorong rak buku itu dengan pelan agar kembali ke posisi semula. “Bener ya kata orang. Kalo di dunia ini itu ada dua kata yang susah buat diucapin sama manusia.” Bagus memberi jeda dengan memasukkan kedua tangannya ke saku celana abunya. “Maaf dan terima kasih,” sambungnya menatap cewek itu.
“Gue gak minta lo nolongin gue, jadi buat apa terima kasih? Gue gak ngapa-ngapain lo, jadi buat apa minta maaf?” cewek berekspresi datar itu masih pada pendiriannya.
“Seenggaknya lo kan bisa bilang makasih. Kalo aja gak ada gue, bonyok noh muka songong lo!” Bagus menunjuk wajah cewek itu dengan dagunya namun, sang empu hanya mendengus kemudian berbalik tanpa sepatah kata.
“Cewek sok tinggi! Sana minum vitamin peninggi dulu baru songong!”
Melihat penolakan cewek itu, Bagus tersenyum miring lalu mensejajarkan langkahnya dengan cewek tersebut yang sudah keluar dari perpusatakaan. Masalah buku TIK, ia akan men-chat Malik nantinya.
“Tinggi lo berapa, sih? Pendek amat. Gak pernah minum vitamin peninggi, ya?” cerca Bagus mengikuti cewek itu dengan kedua tangan yang masih tersembunyi di dalam saku celana.
“Bukan urusan lo!”
Bagus terkekeh. “Bener, ya, yang orang sekolah bilang kalo Queen Shadow sekaligus ketua ekskul modern dance SMA Garuda itu sombongnya minta ampun.”
Cewek itu memilih diam lalu menaiki tangga menuju lantai dua kemudian naik lagi pada tangga menuju lantai tiga.
Kalo bukan karna dare gila itu, mana mau gue deketin cewek songong sok tinggi ini! Batin Bagus menatap malas cewek di sampingnya ini.
“Nah, kan. Lo bener-bener sombong. Diajak---Eh, eh, tiati, Bray!” Bagus mempelototi anak cowok yang tadi berlarian di koridor kelas XII hingga menabrak keras pundak cewek di samping Bagus alhasil, cewek tersebut terjungkang kebelakang jika saja Bagus tidak memeluk pinggangnya.
“Apasih lo peluk-peluk!”
Bagus tertawa. “Lo kayaknya hobi banget dipeluk sama gue.”
.
.
.
UDAH BISA NYIMPULIN GIMANA KARAKTERNYA SI QUEEN SHADOW?😂
VOTE, LIKE, KOMEN DAN SHARE JANGAN LUPA😈
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
IG||Rezhazulfa
semangka (semangat kakak) kak Nurul
2020-12-18
1
Yanthie Al Madihìè
eehh..itu buku2 yg berantakan gak dibenahin??
2020-10-28
1
Nienol
Yaelah nologi aja susah amat bagus
2020-07-05
0