[TLS#2] Crazy Dare
JAM kosong setelah shalat Jumat itu sudah seperti anugrah bagi mereka yang malas masuk kelas untuk mendengarkan segala penjelasan guru dan berhadapan dengan rentetan soal yang membuat kepala ingin meledak saja. Masih untung kalau-kalau guru yang mengajar baik dan pengertian dan juga cantik atau tampan. Namun jika sudah killer, gendut, dan tidak bisa menoleransi? Matilah!
Seperti saat ini, sembilan anak cowok berbaju kokoh dengan motif dan warna yang berbeda, memilih singgah ke mushalla setelah menunaikan shalat Jumat di masjid besar yang tidak jauh dari kawasan SMA Garuda, sekolah mereka.
“Ah …, adem euy. Kayak liat senyum doi,” ujar cowok berbaju kokoh putih dengan motif sulaman seperti batik. Dia Ezra, cowok yang saat ini membaringkan tubuh dengan tangan terentang di atas sajadah yang lembut.
“Kalo aja kelas kita ada AC-nya. Kagak bakal gue suka bolos,” timpal yang lainnya lagi. Cowok berbaju kokoh hitam polos yang bersandar di tembok. Dia Adnan, si cowok yang memiliki suara bagus di antara mereka namun langsung ambyar jika sudah berkolaborasi dengan Tian.
“Mantap, tuh, kalau ada AC-nya. Lah, itu kelas kita udah panas, ribut, gurunya minta disayang lagi!” mereka terkekeh menanggapi Tian. Cowok yang memakai baju kokoh padahal ia tidak menjalankan shalat Jumat dikarenakan non muslim. Katanya, hanya suka saja melihat dirinya berbaju kokoh.
“Van, lo kan kaya, nih. Beliin kelas kita AC dong!”
“Kelas aing juga, Bang Devan. Panas juga sumpah!”
Devan Ardeon. Cowok berbaju kokoh merah maroon itu memutar mata malas menanggapi Malik dan Dimas yang baru saja menyuruhnya membeli AC. “Enak banget lo! Lo juga pada banyak duit napa nyuruh-nyuruh gue!” balas Devan acuh dengan berbaring pada sajadah seraya bermain ponsel.
“Pelit lo jadi orang kaya!” cibir cowok berambut gondrong yang memakai baju kokoh berwarna navy. Bagus Baskara namanya.
“Percuma kaya tapi gak suka berbagi.” Arnold. Cowok berbaju kokoh yang bersandar di pilar masjid itu ikut menimpali. Ia sama seperti Tian, non muslim namun suka memakai baju kokoh.
Memutar mata malas, Devan kemudian mendengus. “Noh, suruh pak Bos aja. Banyak duit juga,” tunjuknya pada seseorang yang bersandar di tembok dengan posisi bersedekap dan mata terpejam.
Dia Alkavero Mahardika. Si Ketua Geng The Lion yang menjabat tahun ini. The Lion adalah sebuah geng besar khusus anak cowok di SMA Garuda yang sudah melebar luas ke sekolah-sekolah lain sejak satu tahun yang lalu di mana belum ia yang menjadi ketua. Dan sekarang, The Lion bergerak di bawah kaki tangannya.
“Mantul!! Bos boleh, lah!” ujar Malik menaik turunkan alisnya. Cowok berbaju kokoh coklat gelap itu tampaknya senang menggoda Alka.
Cowok berbaju kokoh hitam dengan motif sulaman putih itu membuka mata lalu menatap datar pada Malik. “Duit lo lebih banyak.” Hanya kata itu yang menjadi balasan hingga mereka mendengus.
Alka ini terkenal dengan sifatnya yang dingin, datar dan irit bicara. Jangankan ke teman-temannya, ke pacarnya saja ia masih kaku. Namun, Alka punya cara sendiri untuk membuat orang-orang terdekatnya merasa nyaman dengannya tanpa banyak bicara.
“Main, kuy! Bosen nih kalo ngadem doang!” Ezra bangun dari pembaringannya.
“Main apaan?” tanya Tian.
“TOD, lah! Asik tuh kayaknya.”
Mereka lalu mendekat pada Ezra, yang berbaring mulai bangun dan ikut bergabung. Pulpen yang sejak tadi tersembunyi di saku celana abu-abu Tian keluar untuk dijadikan sebagai pengganti botol.
“Nyolong pulpen siapa lo, nyet?” tanya Adnan yang menyadari itu bukan pulpen Tian. Terlihat dari bentuknya yang unyu dengan warna merah muda, khas cewek sekali.
Tian menunjukkan deretan gigi rapinya. “Pulpennya si Alea,” jawabnya.
Alea adalah ketua kelas XII IPS 4, kelas mereka, yang terkenal galak namun pintar juga menggemaskan hingga tak urung cewek itu sering mejadi korban kejahilan Adnan, Tian dan Malik.
“Dasar lo gak modal!” cibir Bagus.
“Bodo!”
Permain Truth Or Dare dimulai dengan Alka yang memutar terlebih dahulu walau di awal-awal cowok itu menolak dan tidak ingin ikut bermain.
“Mampus lo kena!”
Semuanya—kecuali Alka—menyoraki Devan yang kini menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sembari mengumpat.
“Truth Or Dare?” tanya Tian kelewat semangat.
“Dare.” Devan menjawab malas. Ia yakin sekali, jika memilih truth, maka teman-teman minim akhlaknya ini akan bertanya yang tidak-tidak walau semua rahasia Devan sudah hampir mereka ketahui. Memilih dare pun Devan merasa ragu mereka tidak akan memberikan tantangan yang tidak-tidak. Tapi mau bagaimana lagi?
Tian mengusap-usap dagunya seperti berpikir dibantu dengan Adnan yang mengetuk-etukkan jari di pelipis dan Malik yang menerawang ke atas. Ketiga cowok paling jahil itu tengah memilih dare yang paling tepat untuk seorang Devan Ardeon.
Yang lain hanya memutar mata malas dan mendengus melihat tingkah ke tiga cowok itu.
“Kalau ngasih mobil Lambor terbaru lo, pasti gak bakal ngaruh buat lo. Jadi gue mau, lo jalan sama cewek, terserah lo siapa terus update ke Instastory biar kak Aluna liat,” ucap Malik yang disetujui Adnan dan Tian.
Devan berjengit tidak terima. “Gak mau! Lo boleh minta apapun asal jangan yang itu. Entar Luna salah paham gue sendiri yang repot.”
Aluna, adalah cewek kelulusan Oxford yang tidak lain adalah sepupu Bagus sekaligus pacar Devan. Tentu saja Devan akan menolak dare ini mentah-mentah jika melibatkan pacarnya. Masih mending jika yang baik-baik, lah, ini?
Adnan, Tian dan Malik serempak menggeleng disusul kekehan yang lain. Devan hanya bisa menghela napas pasrah kemudian memutar pulpen. Selanjutnya, Adnan yang mendapat dare menyembunyikan mascara bu Ratna, Tian yang ditantang menggombali Alea, dan Alka yang ditantang menjauhi Meira, pacarnya.
Tidak ada yang memilih truth sebab, kata mereka itu terlalu kecewekan. Terakhir, setelah Arnold, Ezra dan Dimas mendapatkan dare masing-masing, ujung pulpen yang ada penutupnya itu berhenti berputar dan menunjuk cowok gondrong yang belum mendapatkan dare sama sekali.
“Ini nih yang gue tunggu-tunggu!” pekik Tian senang. Tampaknya permainan ini hanya dikendalikan oleh tiga cowok itu sebab, hanya mereka yang paling aktif memberikan dare dan paling semangat.
“Apaan, nih? Jangan aneh-aneh, yah, lo pada! Awas aja!” ancam Bagus menunjuk Tian, Adnan dan Malik dengan tatapan horror. Sementara yang ditunjuk hanya menampilkan smirk penuh arti.
“Santai, Kanda. Ini cukup menguntungkan buat, lo,” sahut Malik.
“Lo tau ketua ekskul modern dance sekolah kita gak, yang dapat julukan Queen Shadow?” tanya Adnan pada Bagus.
“Yang semok itu, yah, Bang?”
“Gue gak nanya lo, sat.” Dimas hanya cengengesan dengan balasan Adnan.
“Siapa? Gak tau gue ketua dari ekskul-ekskul kayak gitu. Gak penting.” Bagus menyahut malas. Perasaannya mulai tidak enak.
Adnan memutar matanya malas. Bagus ini sebenarnya masuk dalam kategori cowok yang cukup cuek pada perempuan. Ia hanya pernah tertarik pada seseorang namun, sayang langsung dipatahkan sebelum resmi.
“Dia itu terkenal banget, bray! Masa lo gak tau, sih! Yah, walaupun namanya doang yang terkenal, mukanya masih agak asing di sekolah,” timpal Malik.
“Yang sering bareng miss Gracia bukan, sih?”
Adnan mengangguki Devan. Benar, orang yang dia maksud adalah orang yang sering terlihat bersama dengan miss Gracia. Guru yang menjadi pembimbing ekskul modern dance SMA Garuda. Namun, cewek itu terkenal akan sifat anti sosialnya. Keberadaannya pun masih seperti bayang-bayang hingga mendapat jukukan Queen Shadow.
“Cantik, sih. Tapi kayak sombong,” celetuk Arnold yang diangguki Ezra. “Banyak yang bilang dia sombong dan pilih-pilih teman. Tapi gak tau, lah. Kan, kita gak bisa nilai seseorang lewat cerita doang,” timpal Ezra.
Bagus memutar mata malas. Mau cewek itu semok, cantik, famous atau bahkan sombong ia tidak peduli. Hatinya benar-benar susah untuk kembali berhadapan dengan makhluk yang namanya cewek.
“Kalian mau ngasih gue dare, atau mau ngegosipin tuh cewek?” tanya Bagus mulai jengah.
Mereka terkekeh terutama Adnan dan Tian. “Jadi ini tantangan lo. Lo harus deketin tuh cewek. Kita kasih lo waktu dua bulan buat bikin dia suka sama lo, abis itu lo jelasin ke dia kalau ini cuma dare.”
“LO GILA APA?!” Bagus memekik menyahuti Tian. Yang benar saja! Bagus sudah tidak ingin bermain-main dengan hati setelah berhasil dipatahkan oleh seseorang.
“Kalian jangan aneh-aneh. Ini bisa jadi boomerang buat kita sendiri,” kata Alka setelah sejak tadi diam mendengar segala tantangan teman-temannya.
“Ayolah, Gus. Ini cuma main-main. Lagi pula tuh cewek pasti gak bakal baper. Mukanya aja datar gitu mana bisa baper,” ujar Tian berusaha meyakinkan.
“Setuju aja, Gus. Hitung-hitung nyari kegiatan buat lupain doi,” timpal Ezra menyetujui.
“Bener, Bang Gus. Cewek cantik dan bohai mubazir kalau disia-siaiin, atuh.” Dimas juga ikut menimpali walau cowok kelahiran Bandung itu juga sedikit ragu.
“Mau, yah, Gus?” Bagus menatap temannya satu persatu. Adnan, Tian dan Malik mengeluarkan puppy eyes yang demi apapun sangat menjijikan di mata Bagus. Dimas dan Ezra menaikturunkan alisnya dengan senyum lebar sedangkan Alka dan Arnold hanya berekspresi datar menatapnya.
“Oke fine gue terima! Dua bulan aja, kan?”
.
.
.
GIMANA-GIMANA??😂
JUMPA LAGI DENGAN IBU PRESIDEN THE LION DI SINI, HAHA🤣🤣
VOTE, LIKE, KOMEN DAN SHARE JANGAN LUPA YAH😈
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Teguh wira admaja
thor... ini cerita selanjutnya atau cerita awal yah
bukan kah di seniornya
alka sm meira dah nikah
2022-11-23
0
embun pagi
seru layaknya Thor,,,tapi lupa sama nama2 tokonya,,,🙈🙈
2021-06-05
0
Ainur Cutee
apa sblm ny ada crta yg lain sblm crt inj???
2021-01-15
1