Qin seperti merasa ada yang mengawasi pergerakan mereka, saat semua orang melangkahkan kaki hendak masuk ke dalam penginapan.
"Qin, kamu kenapa?" tanya Fredy.
"Aku kayak merasa diawasi aja." jawab Qin.
"Tidak ada siapa-siapa kok." bisik Ferdy.
"Tapi, aku merasa seperti ada yang mengikuti." bisik Qin.
"Kamu bawa 'kan semua perlengkapan detektif?" tanya Fredy.
"Iya, aku membawa perlengkapannya." jawab Qin.
Mereka berdua masuk ke dalam, tatkala mendapat teguran dari Tiger dan Revano. Mereka heran dengan Qin dan Fredy, yang seperti menyimpan rahasia besar.
"Apa si yang kalian bicarakan?" tanya Revano.
"Rahasia, biasalah urusan kami." jawab Qin, sambil tersenyum mengembang.
Mereka masuk ke dalam rumah penginapan, tanpa disadari ada orang menggunakan teropong. Dia sedang mengawasi pergerakan di rumah itu.
"Eh, kalau memang ini penginapan kok sepi banget. Apa tidak ada orang lain selain kita, yang menginap di sini?" tanya Yoyon.
"Aku juga tidak tahu, ini benar-benar terlihat sepi." jawab Tiger.
"Aaaa!"
Tiba-tiba terdengar suara Debby dan Sisil menjerit. Mereka semua segera berlari, ternyata hanya kelelawar terbang.
"Kalian berdua ini, sudah membuat jantung kami mau copot. Hanya kelelawar saja berteriak, apalagi ada buaya besar." gerutu Revano.
"Sayang, haruskah kamu memberi respon seperti itu pada pacarmu." jawab Sisil manja.
"Sisil, kamu lebai banget deh." ledek Friska.
"Urusin saja Tiger pacarmu." Sisil menjulurkan lidahnya.
"Tiger dan aku hanya berteman, bukan pacaran Sil." ujar Friska.
"Gak peduli, intinya kalian juga lebai." jawab Sisil.
"Suka sama suka, kenapa gak jadian." sahut Debby.
"Iya, seperti kami berdua." timpal Yoyon.
"Haduh, malas banget deh berdebat sama kalian berdua." Friska memutar kedua bola matanya.
Pada saat tengah malam, Yoyon tidak bisa tidur. Dia sengaja keluar rumah, untuk mencari udara segar. Dia pergi seorang diri, lalu duduk bersandar pada pohon.
"Cuaca malam ini mendung, pantas aja dingin banget. Mungkin, sebentar lagi akan turun hujan." monolog Yoyon.
Yoyon melihat seseorang berdiri, pada cahaya remang-remang. Posisi mereka lumayan jauh, meski sebenarnya mudah digapai. Pria itu mengenakan topeng, dengan membawa kapak. Yoyon tercengang dan cemas, saat pria itu mengangkat kapaknya. Kakinya tetap berdiri di tempat, meski pikirannya menyuruh berlari.
Yoyon bergemetar panas dingin, lalu memberanikan diri berlari. Pria itu terus mengejarnya, sampai Yoyon benar-benar lelah. Yoyon berteriak meminta tolong, namun tidak mendapatkan bantuan sama sekali. Teman-temannya sudah pada tidur, di dalam rumah penginapan tersebut.
Yoyon terus berlari di antara kumpulan pohon-pohon besar. Hingga dia merasakan sakit, saat tubuhnya terbelah dua. Yoyon tidak sengaja menabrak jebakan tajam, yang membentang di antara dua pohon. Ponsel Yoyon terjatuh, dan tewas seketika. Darah segar bercucuran dari tubuhnya, karena terluka dengan jebakan tersebut.
Debby terbangun dari tidurnya, lalu berjalan menuju dapur. Dia segera menuang air putih, dan meneguknya hingga sampai ke kerongkongan. Tiba-tiba saja, terdengar suara heboh di ruangan depan. Debby segera menghampiri Tiger dan Revano.
"Kalian berdua kenapa si, kok heboh tengah malam kayak gini." gerutu Debby.
"Maaf Debby, kami cemas melihat Yoyon tidak ada." jawab Revano.
"Yaelah, palingan juga keluar sebentar." jawab Debby.
"Coba kamu pikir, pintu ruang depan tidak terkunci. Ditambah lagi sinyal ponsel tidak ada, bagaimana Yoyon bisa dihubungi." jawab Tiger.
"Kita tunggu aja dia datang, kalau gak nongol juga kita cari dia. Sebentar lagi, malam akan berakhir juga." Debby melihat jam, yang menunjukkan pukul 03.00.
"Oke." jawab semuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments