Buaya beramai-ramai menggulingkan kapal, hingga tenggelam bersama sang nahkoda.
"Debby, Sisil, tangkap ini." Qin melemparkan alat peledak.
Debby menangkapnya. "Terima kasih Qin."
Qin segera berenang, karena beberapa buaya mengejarnya. Sedangkan sebagiannya, masih bertahan mengejar Debby dan Sisil.
Duar!
Bom yang dilemparkan Debby dan Sisil, mengenai para buaya tersebut. Qin berusaha terus berenang hingga ke pinggir. Fredy membantu menarik tangannya, saat bom hendak meledak. Debby, Tiger, Yoyon dan Sisil baru sampai ke seberang laut.
"Hah, hah, sungguh melelahkan." ucap Debby.
Qin membantu menarik Debby, yang nafasnya sudah terengah-engah. Revano membantu Sisil, karena dia takut kehilangan pacarnya.
"Terima kasih Qin." ujar Debby.
"Iya, sama-sama." jawab Qin.
"Oh iya, ayo kita pergi." ajak Fredy.
"Nanti, tunggu Friska dulu." Qin menunjuk Friska.
Friska dibantu oleh Tiger, sampai naik ke atas permukaan. Mereka segera melanjutkan perjalanan, menuju ke tempat wisata taman hiburan.
"Kita harus tetap hati-hati, karena Kakakku menghilang disekitar lokasi ini." ucap Qin.
"Iya Qin, kita hadapi semuanya bersama." jawab Friska.
”Qin, aku berencana akan mengungkapkan perasaan padamu. Semoga saja, kita akan bersatu.” batin Fredy.
Krak! Krak!
Tanpa sengaja kaki Fredy menginjak sesuatu, ternyata itu adalah tengkorak. Debby dan Sisil berteriak, lalu saling berpelukan.
"Yaelah, kalian lebai banget deh. Cuma tengkorak doang loh." ujar Tiger.
"Meskipun tengkorak, namun bisa jadi tengkorak manusia." jawab Debby.
"Sudahlah, anggap saja tengkorak hewan." Revano memeluk Sisil.
Sisil membalas pelukan Revano. "Aku takut tengkorak manusia, yang mati karena terbunuh."
"Sudah, sudah, ayo kita segera pergi." Revano mengelus kepala Sisil.
"Siap sedia." jawab semuanya.
Mereka semua segera pergi, dari hutan lebat tersebut. Mereka berjalan, menuju ke taman hiburan.
"Wah, sepertinya seru banget Qin." ucap Sisil.
"Iya, ayo kita beli tiket masuknya." jawab Qin.
Seorang pria menghampiri mereka, sambil membawa beberapa tiket masuk. Lumayan banyak orang yang berkunjung, ke tempat wisata tersebut. Jadi hal wajar, bila tidak menaruh rasa curiga sama sekali.
"Qin, lihatlah ada kuda di sana." Debby menunjuknya.
"Seperti gak pernah lihat kuda aja." ledek Yoyon.
"Mungkin Debby mau naik kuda kali." ujar Friska.
"Benar tuh, makanya bertindak jadi kubu." timpal Tiger.
"Penghinaan kejam dan hakiki ini." jawab Debby.
Friska menanyakan tempat penginapan, pada para pekerja di tempat wisata. Mereka adalah kelompok pria, yang mengenakan baju hitam seragam. Tidak ketinggalan pula, topi besar berwarna hitam.
"Penginapan terletak jauh dari sini, harus melewati ladang jagung terlebih dulu." ucapnya.
"Iya, tidak apa-apa. Kami membutuhkannya untuk beberapa Minggu." jawab Friska.
Mereka diantar dengan menggunakan mobil truk, sambil memanjakan mata dengan daun jagung menghijau. Buahnya pun sudah berwarna kuning cerah, sepertinya sudah siap untuk dipanen.
"Bang, kalau boleh tahu kenapa jauh sekali tempat penginapannya?" Debby memberanikan diri bertanya.
"Iya, kalau mau keluar dari lokasi ini sulit." timpal Yoyon.
"Kalian bisa menghubungi tim kami." jawabnya santai.
Qin merasa ada yang janggal, dengan peraturan di taman tersebut. Terlebih lagi dengan sinyal ponsel, yang langsung menghilang ketika sudah menjauh dari taman hiburan.
”Aku harus tetap waspada dan berhati-hati. Kalung Kakak juga ditemukan tidak jauh, dari hutan seberang laut ini.” batin Qin.
Mereka menurunkan barang-barang yang dibawa, ketika sudah sampai di tempat tujuan. Sedangkan pria itu segera melajukan mobil truk, menjauh dari tempat penginapan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments