Percuma Disesali

"Apa-apaan ini?!"

Jessica terbangun dan berteriak sekencang-kencangnya saat menyadari jika dirinya berada disebuah tempat asing tanpa sehelai benang pun selain selimut tebal yang membungkus tubuhnya.

Lalu dia menggulirkan pandangannya ke segala penjuru arah, berharap menemukan orang lain di dalam kamar itu. Namun nihil, karena tak ada orang lain di kamar ini selain dirinya.

Sebuah kertas yang tergeletak di atas meja menyita perhatiannya. Perempuan itu lantas turun dengan balutan selimut yang membungkus tubuh tel*njannya. Alisnya terangkat, dari kertas itu lalu pandangannya bergulir pada black card yang ada di atas meja.

Mengambil black card itu dan menghela napas. Dalam hatinya dia mengumpat tidak jelas, bagaimana bisa hal mengerikan ini terjadi?

Dan mau disesali juga percuma, toh semua juga sudah terjadi. Mau marah-marah juga tidak ada gunanya. Karena itu tidak akan mengembalikan apa yang telah hilang, stress dan sedih juga percuma. Itu hanya akan menyiksa diri sendiri. Untungnya ini bukan masa suburnya, jadi Jessica tak perlu takut jika dirinya akan hamil.

Ponselnya tiba-tiba berdering. Nama Jia tertera menghiasi ponselnya yang menyala terang. Alih-alih menerimanya Jessica malah mengabaikan panggilan tersebut. Perempuan itu lantas melenggang pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket oleh keringat.

.

.

"Permisi, Nona. Saya datang Untuk mengantarkan pakaian anda,"

Jessica memicimkan matanya dan menatap pelayan hotel itu dengan bingung. "Pakaian apa? Perasaan aku tidak memesannya."

"Memang bukan Anda, Nona. Tetapi teman laki-laki, Anda. Dia memerintahkan pada saya untuk mencarikan dress untuk Anda lalu mengantarkannya ke kamar ini."

"Laki-laki yang bersamaku?" Jessica bergumam, kedua matanya kontak membelalak. "Lalu di mana laki-laki itu sekarang?" Jessica menatap pelayan itu penasaran.

"Beliau baru saja pergi." Jawabnya.

"Baiklah, aku terima pakaiannya. Kau boleh pergi sekarang,"

Jessica menutup kembali pintu kamarnya lalu berlari kearah jendela yang berada di samping kiri tempat tidur. Dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat ada dua laki-laki muda berjalan ke parkiran.

Mata Jessica membulat sempurna saat salah seorang dari kedua laki-laki itu mengangkat wajahnya dan menatap kearahnya. Dengan keras Jessica memekik menyerahkan nama laki-laki itu.

"Devan!!"

-

-

"Sedang apa kau disini? Keluar dari kamarku?!" Perintah laki-laki itu pada si wanita yang berbaring tersebut.

"Beginikah caramu menyambutku setelah kita tidak bertemu selama beberapa tahun. Devan, kau tetap saja tidak pernah berubah. Arogan dan menyebalkan, bahkan padaku, kakak kandungmu sendiri!!" Balas wanita itu menimpali.

Kemudian ia bangkit dari berbaringnya lalu menghampiri Devan yang sedang menikmati minumannya. "Kapan kau pulang? Bukan, lebih tepatnya mengunjungi Mama. Dia sangat merindukanmu, sesekali pulanglah ke Canada untuk mengunjunginya."

Tak ada tanggapan dari Devan. Dia memilih diam dan memilih tak menghiraukan perkataan kakaknya. Wanita itu 'Mia' mendesah berat. Berbicara dengan kulkas berjalan seperti Devan memang membutuhkan kesabaran ekstra.

Davina tak menyalahkan sikap Devan. Dia dan Ibu mereka memang memiliki hubungan yang kurang baik. Dan alasan Devan meninggalkan negeri kelahirannya dan memilih hidup di negeri asing karena ibunya. Dia tak suka di kekang apalagi diatur layaknya sebuah boneka.

"Akan aku pikirkan!! Sebaiknya keluar dari kamarku sekarang juga dan pergi ke kamarmu sendiri. Aku mau istirahat!!" Ucapnya.

Devan bangkit dari duduknya lalu menarik sang kakak untuk keluar dari kamarnya. Bahkan dia tak peduli dengan teriakan dan makian Mia yang menyebutnya menyebalkan, adik durhaka dan lain sebagainya. Devan butuh istirahat, akibat ulah seorang wanita liar dia jadi kurang tidur.

-

-

Sebuah Pagani Huayra berarti di sebuah mention mewah yang memiliki tiga lantai. Seorang lelaki tampan keluar dari mobil sport dengan harga fantastis tersebut. Orang-orang segera membungkuk ketika laki-laki itu berjalan melewati mereka. Wajah tampannya tak menunjukkan ekspresi apapun, datar. Dia berjalan dengan angkuh menaiki tangga menuju lantai dua.

Aroma parfum wanita menyeruak keluar ketika ia membuka pintu kamarnya. Lelaki itu mendesah berat. "Keluarlah dari sini, Aku sedang tidak ingin menggunakan."

"Tetapi Tuan Kris bilang, Anda membutuhkan saya. Makanya saya datang kemari," ucap wanita itu menimpali.

"Ambil uang-uang itu dan jangan pernah muncul kembali di hadapanku!!"

Sontak wanita itu mengangkat kepalanya."Ke..Kenapa, Tuan. Memangnya kesalahan apa yang telah saya lakukan sampai-sampai anda tak membutuhkan saya lagi?"

Lelaki itu menatap wanita di depannya itu dengan pandangan dingin. "Karena Aku sudah bosan dan muak denganmu!!"

Karena wanita itu tak kunjung pergi dari kamarnya, lelaki itu pun segera memerintahkan anak buahnya untuk menyeret dan membawanya keluar. Dia paling tidak suka melihat ada wanita yang menangis di depan matanya. Bukan karena tidak tega ataupun karena kasihan, tetapi karena dia muak.

-

-

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Vina Pembriyani

Vina Pembriyani

Devan ya yg nidurin Jessica🤔🤔

2023-01-25

0

Franda Frans

Franda Frans

emng yg tidur sama Sicca itu Devan yah ,, atau orang lain

2023-01-04

0

Azka Zaina

Azka Zaina

yaah kirain nanti si sica bakal hamil deh, tp apa devan sadar bhwa yg dia tiduri itu sica yah ato cm sica yg tau bahwa itu devan..

2023-01-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!