Bab 4. Penyesalan Kadir
Merasa anak dan sang istri berbicara dengan begitu baik, tetapi sangat menyudutkan Pak Kadir, sesaat Pak Kadir hanya bisa menghela napas berat. Semalam, meskipun dengan amarah sang istri masih mau merawat dan membersihkan lukanya. Namun, pagi ini Pak Kadir tak bisa menahan air mata saat mendengar Soya mengikhlaskan barang di rumah ini dan berjanji untuk membayar hutang yang Pak Kadir lakukan. Penyesalan Pak Kadir kian menjadi saat menyadari jika beberapa tahun terakhir ini dirinya sudah begitu melukai hati anak dan istrinya.
"Maaf, 'kan Bapak Soya, Bapak sadar jika semua ini salah," tutur Pak Kadir lirih sembari beringsut dan berusaha turun dari ranjang.
Pak kadir menghentikan gerakan saat merasakan sakit dan kaki yang kembali mengeluarkan darah. Namun, Pak Kadir harus menyelesaikan hajat yang di rasa makin mendesak. Pak Kadir berjalan dengan tertatih dan berpegangan pada setiap benda yang di laluinya. "Ash!" tutur Pak Kadir saat kakinya terantuk sudut pintu, Pak Kadir hanya bisa meringis menahan sakit. Pak Kadir sadar jika ini hukuman yang istri dan Soya berikan, terkesan kejam tetapi Kadir sadar jika sakit yang di berikan untuk anak dan istri lebih menyakitkan.
Kadir dengan kesakitan berjalan keluar dari kamar mandi, langkah Kadir terhenti saat mendengar pintu yang terus di ketuk. Kadir hanya bisa menahan napas saat mengenali suara yang terus mengetuk pintu rumah. Hingga suara itu hilang dengan sendirinya. "Apa yang harus aku lakukan," ujar Kadir lirih.
Kadir masih duduk di dapur menatap nanar seisi dapur, benar ujar Warti jika di rumah tak ada makanan sementara perut Kadir sudah bernyanyi minta di isi. Kadir segera menuang air putih dan meminumnya.
"Bodoh! Kenapa sekarang aku baru sadar," ujar Kadir penuh penyesalan. Kadir hanya menatap kosong hingga ingatannya kembali pada beberapa tahun yang lalu.
Kadir flashback on
Masih segar dalam ingatan Kadir, kejadian beberapa tahun ke belakang, pekerjaan mapan, gaji tinggi dan bertemu teman-teman baru yang selalu mengelukan kadir.
Kadir yang merasa menemukan dunia baru saat berkumpul dengan beberapa teman barunya, dunia gemerlap yang membuat Kadir sedikit banyak merubah hidup Kadir secara perlahan, mencicipi minuman keras dan judi yang kerap kali menang membuat Kadir ketagihan dan semuanya perlahan juga merubah rumah tangga yang di bina. Kadir lebih suka berhura-hura dengan teman-teman barunya, Kadir merasa di puja dengan pujian-pujian yang mereka ucapkan. Uang belanja yang seharusnya milik istri dan untuk mencukupi kebutuhan anak satu-satunya kini jadi berpindah fungsi. Warti sang istri hanya bisa menelan pil pahit saat Kadir pulang dengan keadaan mabuk. Hingga akhirnya Kadir harus rela saat dia di keluarkan dari pekerjaan saat mengetauhi Kadir menggunakan uang kantor untuk berfoya-foya.
Warti masih sama dengan sikap tenang dan memilih mencari pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan juga Soya.
Kadir yang semakin menggila akhirnya harus mencari pinjaman hanya untuk mencukupi kesenangannya meskipun Kadir harus gali lubang tutup lubang, tetapi Kadir terus melakukan semua itu. Hingga Kadir harus meminjam pada siapapun itu hanya demi kesenangan diri Kadir semata.
Kadir flashback end
Saat ini Kadir hanya bisa menangis, menangisi semua kebodohan yang di lakukan, berkali-kali Kadir merutuk dengan segala penyesalan yang tak kunjung reda. Hingga pintu rumah terbuka, Kadir segera mengikis air mata yang sedari tadi keluar.
"Mas, sudah bangun?" tanya Warti sembari mengintip di balik pintu dapur. "Baiklah kalau begitu, ini ada sebungkus nasi kuning, makanlah," ujar Warti sembari meletakkan sebungkus nasi yang di bawanya dan di letakkan di meja begitu saja dan tak lama terdengar kembali pintu di tutup dengan sedikit keras.
Kadir kini sadar jika sikap dingin Warti juga sebagian karena ulahnya, Kadir dengan menangis meraih nasi bungkus yang ada di depannya. "Terima kasih warti," ujar Kadir sembari menyuap nasi kuning.
Kadir semakin merasakan penyesalan, hingga kembali terdengar suara Warti yang tengah beradu mulut dengan seorang wanita, Kadir sedikit menyengitkan dahi saat mengenali suara wanita yang ada di depan.
Kadir dengan tertatih berusaha berjalan menuju ruang tamu dan tersenyum. "Sasa," panggil Kadir pelan. Sasa yang merasa ada memanggil namanya seketika menoleh, "ma-mas Kadir," ujar Sasa sedikit terbata dan terkejut.
Sasa seketika mundur beberapa langkah saat Kadir mendekat, "maaf, Mas! Sasa ada urusan dan tolong Mas Kadir jangan mencari Sasa," ujar Sasa sembari berjalan keluar.
Warti hanya tersenyum sinis melihat sang suami. "Mana ada yang mau, jika penampilan Mas seperti ini, kenapa tidak wanita itu saja yang menanggung hutang Mas, wanita itu juga yang menikmati," ujar Warti sinis sembari membanting pintu kamar Soya.
Kadir hanya membisu saat Warti megucapkan kata-kata yang tak pernah Kadir dengar dan tak lama Warti kembali keluar. Kadir seakan sadar betapa tersakiti hati Warti dan Soya.
Siang menjelang, sudah pukul satu siang Soya memasuki rumah dan tak lama keluar lagi, Kadir yang duduk di ruang tamu hanya menatap Soya dengan diam. Suasana kembali sepi hingga ketukan di pintu yang membuyarkan lamunan Kadir.
"Masuk, saja," jawab Kadir sembari meringis.
Kadir hanya bisa melihat siapa yang datang, tatapan nyalang dari sang tamu membuat Kadir seketika terdiam. "Wah, ternyata kau masih hidup juga, bagaimana? Kapan, kau bisa melunasi hutang kamu Kadir!" seru Jono geram.
Kadir hanya bisa menunduk dan diam. "Wah! Sikap kamu yang seperti ini yang bikin aku geram, bayar atau ... "Ucapan Jono terhenti saat Warti masuk sembari tersenyum.
"Bunuh saja, jika itu mau Anda!" ujar Warti.
Jono yang mendengar ucapan dari Warti langsung menatap bingung. "Anda mau menagih hutang, apa suami saya bisa membayarnya, lantas apa yang menjadi jaminan hingga anda bisa memberikan pinjaman pada suami saya," ujar Warti sembari tersenyum.
"Lantas berapa uang yang Anda pinjamkan?" tanya Warti lagi.
"Lima ratus ribu rupiah," jawab Jono.
"Lima ratus ribu rupiah," ujar Warti sembari mencatat di buku. "Maaf, sebelumnya saya minta maaf, saat ini saya belum mempunyai uang sebanyak itu, jika Anda memberi saya kelonggaran saya akan usahakan untuk segera melunasinya, tetapi jika Anda tak bersabar, ambil saja perabot rumah kami yang seharga itu. Jika Anda masih tidak bisa menerima bunuh saja suami saya seperti ancaman Anda," ujar Warti tenang.
Jono dan Kadir seketika serentak melihat ke arah Warti. Kini tanpa tersenyum Warti menatap Jono. "Bagaimana? Maaf, apa yang perlu saya katakan sudah saya katakan pilih saja barang yang Anda anggap sesuai dengan hutang suami saya," ujar Warti sembari berlalu.
Jono yang merasa tersudut dengan ucapan Warti kini hanya bisa menggebrak meja dan berlalu pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Syhr Syhr
Penyesalan memang selalu datang belakangan. Sabar buat Warti.
2023-02-09
2