Tiba-Tiba Muncul

Jam istirahat sekolah tiba, Nadira jadi bahan cemoohan beberapa teman sekelas karena kejadian di jam Bu Intan tadi.

"Kenapa nggak sekalian aja sih dilempar pake vas bunga? Kan biar sekalian pecah kepalanya! Ha ha!" Suara sumbang Bella terlontar untuk Nadira yang masih membereskan buku-buku ke dalam tasnya.

"Atau kena wajahnya, terus bekas lukanya nggak ilang-ilang biar nggak sok kecantikan terus!" timpali Jenny, masih satu geng dengan Bella.

"Nah yang itu aku setuju pake banget!"

Nadira tak ingin mendengarkan ocehan mereka. Walau terdengar begitu sumbang, tapi hal seperti itu tampaknya sudah biasa terjadi. Bella dan Jenny adalah 2 siswi pembully yang tak ingin terkalahkan di sekolah. Geng mereka dikenal sangat dominan di Harapan Bangsa.

"Udah sok cantik, sok kalem pula!"

Nadira tetap bergeming seolah tak mendengarkan apa pun. Setelah semua buku aman di dalam tas, Nadira bersiap untuk beranjak untuk menemui sahabatnya yang kebetulan berbeda kelas dengan dirinya.

"Ciih, benar-benar sok banget sih lo, Nad!"

Jenny menarik bahu Nadira sebelum dia sampai di ambang pintu kelas. Nadira mulai bereaksi karena Jenny mulai berani melakukan kontak fisik.

"Masalahnya apa sih? Apa selama ini gue ganggu kalian? Nggak, kan?" Nadira langsung ngegas karena terpancing.

"Masalahnya adalah karena lo nempel-nempel terus sama si Kai! Lo tuh sama sekali nggak menghargai gue! Gue ini mantannya dan gue masih mengharapkan dia! Dengan santainya lo melenggang maju, sok sok an mau menggantikan posisi gue di jok belakang motornya dia!" Jenny menyahut dengan lantang.

Sudah jelas, itu lah yang menjadi sumber perselisihan mereka selama ini. Jenny adalah mantan pacar Kaizan yang gagal move on. Dan sekarang Kaizan memang sedang gencar mengejar cinta Nadira.

"Ya nggak usah nyalahin gue dong! Si Kai sendiri yang ngejar gue! Kok julidnya malah ke gue sih!" Nadira semakin terpancing dan tak ragu untuk mendebat.

Pada akhirnya, para siswa yang masih tertinggal di kelas langsung menonton. Beruntung tak ada kamera ponsel yang stand by, karena peraturan sekolah mutlak, jika di dalam kelas, para siswa tak boleh membawa ponsel mereka. Biasanya para siswa menyimpannya di loker mereka.

Jenny menjambak rambut Nadira ke belakang sampai kepala Nadira tertarik dan situasi menjadi semakin panas.

"Hey ..."

"Di sini, cuma lo yang berani melawan gue! Mentang-mentang lo udah punya bekingan! Berani-beraninya lo balik ngebentak gue!" hardik Jenny dengan kasar lalu menghempas Nadira sampai Nadira terdorong jauh dan menghantam dinding kelas. Braaak!

Nadira masih sok berani, padahal di dalam hati dia ketakutan. Jenny and the gurls adalah hirearki di Harapan Bangsa, pembulian yang mereka lakukan menjadi hal biasa sebab tak ada yang berani melaporkan kebarbaran mereka.

"Nad!" Seorang siswi dari kelas sebelah datang lalu membantu Nadira menegakkan kembali tubuhnya yang agak sempoyongan.

Dia adalah Ami, sahabat baik Nadira.

"Jangan ngadu!" kata Bella lalu menoyor kepala Nadira dengan telak dan kekasaran seperti itu bahkan bukan lagi hal tabu jika Bella dan Jenny yang melakukannya.

"Lo semua, diam! Kalau sampai kejadian barusan jadi desas desus, itu semua pasti karena lo semua! Dan gak akan ada satu pun yang lolos kalo itu sampai terjadi!" Ancam Jenny pada semua siswa yang ada di kelas.

Setelah selesai, kedua gadis itu keluar kelas dengan santainya.

"Tirani! Apa kita akan membiarkan ini semua?" gerutu Ami kesal, gadis berkacamata itu membantu Nadira merapikan rambutnya yang agak acak-acakan.

"Biarin aja, cuma tinggal 4 bulan lagi kita ada di dalam kekacauan ini," kata Nadira berusaha tegak kembali.

"Tapi mereka udah sangat keterlaluan, Nad! Kalo kita semua kompak buat lapor, pasti nggak akan ada lagi korban-korban selanjutnya!"

"Aku pilih cari aman aja, Mi! Kalo kita lapor dan malah kita yang kena imbas? Sama aja bohong, kan? Pokoknya kita ikuti aja aturan mereka, yang penting kita fokus, ujian akhir cuma tinggal beberapa bulan lagi!"

Ami mendengus kesal membuang nafas kasar.

"Udah yuk, laper nih, ke kantin sekarang!" ajak Nadira, malah Nadira lah yang mencoba menenangkan Ami.

"Makan di luar aja yuk, Mie ayam Pak Dharma aja, lagi pengen yang berat-berat nih," ajak Ami setelah agak tenang.

"Boleh. Yuk, aku traktir!"

"Waah, beneran nih?"

"Iyaa, tapi kamu yang bayar minumannya yaa, he he," canda Nadira. Memang secepat itu lah dia mencoba melupakan perlakuan kasar Bella dan Jenny.

"Ha? Sama aja bohong dong!"

"Wkwk!"

"Iya deh iya, seenggaknya aku lebih hemat ceban!"

"He he!"

Mereka memutuskan untuk pergi mencari jajan yang ada di luar sekolah. Sekolah memperbolehkan asal saat jam istirahat habis, para siswa sudah tertib masuk lagi ke area sekolah.

Nadira berharap sekali tidak bertemu dengan Kai. Selain ingin menghindari percikan yang semakin panas dengan Jenny and the gurls, Nadira juga tak ingin menjelaskan apa-apa tentang masalahnya, pasalnya tadi pagi Kai menuntut menjelaskan kenapa wajah Nadira sembab-sembab dan kenapa sejak semalam nomornya tak bisa dihubungi.

Nadira selamat sebab Kelas Kai belum bubar untuk istirahat. Nadira dan Ami sudah mencapai gerbang utama sekolah dan mencari gerobak Mie ayam langganan mereka. Di sana sudah cukup ramai juga oleh beberapa siswa siswi yang sedang menikmati jam istirahat mereka.

"Pak, 2 yaa, yang satu sawinya banyakin!" pinta Nadira pada Pak Dharma, penjual Mie Ayam yang sudah berjualan di sana selama bertahun-tahun.

"Siap, Neng!"

"Bu, Es jeruk 2!" seru Ami pada gerobak sebelahnya yang menjual berbagai macam minuman.

"Sip, Neng!"

Nadira dan Ami sudah mendapatkan tempat mereka. Tak sabar rasanya ingin segera makan, apa lagi Nadira tak menyempatkan diri untuk sarapan tadi pagi.

"Naah, si Kai nyariin nih!" kata Ami yang baru saja mendapat telpon dari Kaizan.

Kebetulan Nadira tak membawa ponselnya. Nadira lupa menyimpannya sejak semalam, mungkin ponselnya tertinggal di antara tumpukan bantal di kamarnya.

"Nggak usah diangkat, aku lagi nggak pengen memperpanjang perkara sama si Jenny!" pinta Nadira kelihatan malas.

"Iih, kasian! Aku angkat aja deh biar dia sekalian gabung sini," sahut Ami.

"Huh, kamu emang susah dibilangin."

"Ya nggak masalah, ini kesempatan kamu ngadu sama si Kai atas perlakuan si Jenn sama si Bella tadi, Nad!"

"No!" tolak Nadira. Nadira sedang tak ingin mengadu dan memperpanjang masalah.

"Tapi aku angkat aja ya, kasian lho dianya ...."

"Ya udah terserah kamu aja!" Nadira tak terlalu peduli. Yang pasti, Nadira sedang tidak mencoba untuk menjadi pengadu.

Yang Nadira tak tahu, saat ini sang Arash sudah menemukan keberadaannya. Sejak tadi, Arash stand by memperhatikan satu persatu siswa siswi yang keluar dari gerbang dan saat melihat Nadira pergi ke tempat mie ayam, lantas Arash mendatanginya bagai hantu di siang bolong.

"Hmmm!" gertak Arash.

Semua siswi yang sedang jajan di sana menoleh termasuk Nadira dan Nadira kaget tak karuan melihat suami rahasianya itu tiba-tiba muncul di belakang tempat duduknya!

Terpopuler

Comments

Tintin Suasih

Tintin Suasih

makin penasaran thoor..👍👍💪

2023-01-30

0

Nurdianah

Nurdianah

suami mposhesif gk tahan ya akhirnya di samperin juga🤣

2023-01-08

1

Dini Mamahna Hans

Dini Mamahna Hans

selalu suka sama ceritanya akak author yg 1 ini, 😍

2023-01-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!