Duo Posesif

Setiap kali ada pemuda tampan, maka para siswi akan heboh berdesas-desus dan mencari tahu siapa sosok yang tiba-tiba muncul itu.

Nadira segera menghindarkan pandangannya dari Arash yang terlanjur tahu kalau dirinya memang berada di tenda mie ayam itu.

"Cakep parah, Nad ...." bisik Ami sambil menabrak-nabrakan sepatunya ke sepatu Nadira di bawah bangku memanjang. Nadira diam saja dan tak ingin menoleh lagi ke arah Arash.

'Ya ampun, ngapain dia ke sini? Perasaanku nggak enak banget nih,' batinnya dan berharap Arash tak ikut duduk di meja panjang yang sedang ditempatinya saat ini.

"Boleh gabung ya?"

Tapi harapan Nadira sungguh sangat sia-sia. Tahu-tahu, Arash mengambil tempat di samping Nadira.

"Oh, bo-boleh kak, silakan!" sahut Ami dengan semangat. Posisi Ami saat ini berada di hadapan Arash dan Nadira yang duduk berdampingan.

Nadira sangat tidak nyaman. Dia menyesal pergi jajan di luar seperti ini, andai saja dia jajan di kantin, mungkin Arash tak akan menemukannya dengan leluasa seperti ini.

"Ini neng, ini yang sayurnya dibanyakin ...." Pesanan datang. 2 Mangkok mie ayam lezat mendarat di meja.

"Makasih ya, Pak." Ami mewakili Nadira yang hanya diam saja karena menunculan Arash benar-benar membuatnya canggung sampai tak bisa berbuat apa-apa.

"Saya minta 1 ya, Pak." Arash pun ikut memesan. Nadira semakin kehilangan nafsu makannya.

"Oke, siap. Ditunggu ya," sahut Pak Dharma.

Bagaimana kalau Kaizan muncul? Bagaimana kalau Arash membuat ulah? Bagaimana kalau Arash datang untuk mempermalukan atas kejadian semalam? Bagaimana kalau teman-teman satu sekolah tahu apa yang terjadi pada Nadira dengan Arash semalam?

Apa lagi Nadira merasa kalau meja tempatnya duduk saat ini tiba-tiba menjadi pusat perhatian orang-orang. Hanya saja Arash masih bersikap tenang seolah dia tak mengenali Nadira.

"Heum, ka-kami makan duluan ya, kak ...." kata Ami berbasa-basi dan sok kenal dengan Arash.

"Silakan."

Nadira mencoba bersikap biasa juga. Toh Arash tak bersikap seolah mereka saling kenal. Hanya saja, Arash mencurahkan perhatiannya lewat tatap mata yang berbeda pada Nadira sehingga membuat banyak orang iri.

"Jantung si Nad masih aman nggak yaa ditatap sama cogan pas lagi makan? Auto nggak bisa makan sih saking bapernya!"

"Iya ih, kenapa cowok itu natap si Nad begitu banget? Kenapa dia selalu mendapatkan semua perhatian yang diinginkan! Emang semenarik itu yaa si Nad di mata para cogan?"

Orang-orang yang duduk di warung sebelah masih menjadikan Nadira dan kemunculan Arash sebagai topik obrolan.

Dan akhirnya Kaizan muncul juga. Kaizan sudah tahu kalau Nadira dan Ami ada di warung Mie Ayam. Kai muncul dengan wajah agak kesal karena Nadira terkesan menghindarinya, Kai tambah kesal saat mendapati sosok asing yang duduk di samping Nadira.

"Hai, Kai!" sapa Ami yang memang kebetulan duduk di sisi yang menghadap dengan bagian depan tenda.

Nadira semakin tak nyaman saja. Saat Kai datang, Nadira tak ikut menoleh.

"Ini pesanannya, silakan ...." Pesanan Arash juga sudah jadi dan terhidang ke hadapan Arash.

"Oke."

Arash mengambil sepasang sumpit yang ada di meja dan sesekali masih menyempatkan diri untuk curi-curi pandang pada Nadira.

"Hey, Nad! Kamu ini kenapa sih? Sikap kamu aneh banget tahu nggak?!" Kai langsung menyapa Nadira dan menepuk pundak Nadira sehingga Arash merasa panas, dia tak suka melihat pemandangan itu.

'Sialan! Siapa bocah ingusan ini?' Arash marah dan dia tak mau ada tangan siapa pun yang menyentuh istrinya seperti itu.

"Nanti aja aku jelaskan di dalam ya ..." sahut Nadira sangat pelan lalu menyingkirkan tangan Kai dari pundaknya dengan hati-hati. Kai tersinggung.

"Nad! Kamu tuh kayak lagi nyembunyiin sesuatu! Apa ada yang mengintimidasi kamu? Siapa? Si Jenny?" Kai benar-benar tak mengerti posisi Nadira saat ini.

Nadira mulai berkeringat dingin. Apa lagi saat dia merasakan kaki Arash mengait pada kakinya sebagai isyarat kalau Arash tak suka dengan interaksinya dengan Kaizan.

"Kalem dulu, Kai. Ayok makan dulu, aku pesenin ya," kata Ami mencoba menengahi.

"Aku nggak suka diginiin, Nad! Kita emang belum resmi jadian, tapi kamu janji lho mau ngasih jawaban minggu ini ke aku," tuntut Kai lalu menarik kursi plastik yang ada di dekat Ami ke dekat Nadira.

Arash sudah bisa menyimpulkan kalau istri rahasianya ternyata memang memiliki teman dekat. Hatinya panas, jiwanya murka, tapi Arash tahu tempat dan waktu. Dia tak mungkin membuat keributan di sana.

"Ya ampun, Kai ... Ngebet banget ya kamu. Jangan tekan Nad kayak gitu lho, barusan tadi dia dapat perlakuan kasar juga dari si Jen! Mending kamu amanin dulu deh si Jen, karena kalo kalian jadian, dia nggak akan berhenti gangguin Nad!" kata Ami.

Nadira sudah tak bisa makan lagi. Selera makannya sudah hilang. Dia meletakkan sumpitnya di mangkuk dan sedang memikirkan cara agar bisa pergi dari sana.

"Oke, nanti aku tegur si Jen!" tegas Kai, "Jangan takut ya, aku akan selalu jagain kamu! Aku nggak akan biarin siapa pun nyakitin kamu," lanjut Kai sembari mengelus pundak Nadira.

"Awwww!" Tiba-tiba Nadira memekik kesakitan saat dia merasakan ada yang menginjak kakinya, dan Nadira sudah tahu itu ulah siapa.

"Kenapa, Nad?" tanya Kai panik sambil mencari sumber yang membuat Nadira kesakitan.

"Iya, Nad. Kamu kenapa sih?" tanya Ami tak kalah keheranan.

"Hmmm, aku lagi ... Aku lagi dapet, jadi ... Perutku sama pinggangku nggak enak banget, suka sakit nyelekit tiba-tiba. Aku ... Aku ke toilet dulu ya," dalih Nadira lalu bersiap untuk pergi.

"Ya udah, aku temenin," kata Kai sigap.

"Enggak enggak, nanti aku ke sini lagi kok, bentaran doang ...." tahan Nadira.

"Ya kalii kamu antar Nad ke toilet cewek! Kurang-kurangin lah posesifmu itu, Kai! Itu bisa bikin Nad nggak nyaman, ya ampun, bucinmu bener-bener nggak ketulungan yaa!" kata Ami sambil menertawakan.

Nadira berhasil lepas dari situasi itu. Tapi 10 detik kemudian, Arash juga bangkit dari duduknya dan bersiap untuk pergi.

Arash mengeluarkan selembar uang dan membayar pada Pak Dharma.

"Sekalian sama punya mereka, Pak." Arash membayarkan pesanan Ami dan Nadira juga.

"Oh, begitu, ya sudah, ini kembalian ...." Belum sempat Pak Dharma memberikan kembalian pada Arash, Arash malah sudah pergi untuk menyusul dan mengamankan Nadira ke tempat yang aman untuk membahas soal kejadian barusan. "Eh, ini kembaliannya?" Pak Dharma kebingungan.

"Lho ... Kakak ganteng kok pergi? Mie ayamnya belum dimakan lho," kata Ami heran saat Arash beranjak secepat kilat.

"Iya nih, saya bingung, dia nggak ambil kembaliannya, terus punya neng Nad sama neng Ami juga udah dibayarin sekalian," kata Pak Dharma kebingungan.

"Oh ya? Seriusan pak?" Ami semakin terkaget tak percaya.

Kaizan malah curiga kalau Arash memang bukan orang asing biasa. Kai curiga kalau Arash sedang mencoba mengejar Nadira.

Lalu bagaimana dengan nasib Nadira sekarang?

Baru saja dia akan masuk melewati gerbang sekolah, tiba-tiba ada yang menangkap lengannya secepat kilat lalu menyeretnya ke sebuah titik yang sepi yang jauh dari jangkauan orang-orang.

GAP! Arash tak melepaskan Nadira.

"Eh eh, jangan kayak gini lah, Kak!" Nadira mencoba berontak, tapi dia sudah diseret cukup jauh dari gerbang sekolah.

Arash membawa Nadira ke balik pohon besar di pinggir jalan, pohon itu menyembunyikan keberadaannya dan keberadaan Nadira dari perhatian para siswa yang masih berada di lingkungan depan sekolah.

Arash memenjara Nadira di balik pohon besar itu dan sungguh Nadira sangat ketakutan!

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Nadira yg disamperin kok aku yg deg degan 🤭🤭😜

2023-06-14

0

Nurdianah

Nurdianah

hayooo mu ngapain.....saking cemburunya main seret2 aja...😅

2023-01-08

1

ariyatti

ariyatti

nah lo cemburu arash,otewe bucin...

2023-01-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!