Asrama Gallaudet University
Yunita menatap pria tampan yang sedang membaca iPad yang dibawa Savrinadeya. Wajah pria itu sangat lembut ke Savrinadeya membuat gadis berdarah Indonesia itu sedikit berdesir.
Kapan aku mendapatkan pria seperti itu?
Astuti dan Rama melihat kamar kedua gadis itu yang masih tampak kosong belum ada pernak pernik disana.
Yunita kemana orangtuanya? Rama bertanya kepada Astuti.
Sedang bertemu bagian administrasi untuk menyelesaikan berkas-berkas pembayaran. Astuti tersenyum ke arah suaminya. Mas Rama kenapa?
Rama menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Tidak ada apa-apa.
Tak lama kedua orangtuanya Yunita datang dan mereka saling berkenalan satu sama lain, saling bertukar nomor ponsel untuk pengawasan ke putri mereka masing-masing.
***
Setelah Rama dan Astuti kembali ke New York bersama Devan, Antonio memilih berjalan-jalan di kota Washington. Antonio tidak pergi ke Yale atau Columbia atau kampus manapun karena dia ingin berdekatan dengan Savrinadeya. Bahkan Antonio memilih menginap di sebuah apartemen yang bisa disewa mingguan.
Tanpa sepengetahuan Savrinadeya, Antonio selalu memantau gadis itu baik saat awal-awal masa orientasi sampai masuk kuliah. Pria itu seperti seorang ayah ( hah?! ) yang mengawasi putrinya sekolah.
Ya ampun tomat! Beneran deh kamu! Antonio tersenyum sendiri saat duduk di sebuah cafe dekat kampus Savrinadeya.
"Deya masih kuliah nggak ya..." Antonio mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan ke gadis itu.
📩 Bang Antonio : Deya, masih kuliah?
Lama Antonio menunggu balasan sampai ada setengah jam. Lalu notifikasi itu masuk.
📩 bella Savrinadeya ( Savrinadeya cantik - Italia ) : Baru saja selesai bang. Ada apa?
📩 Bang Antonio : Abang lagi ada di cafe dekat kampus kamu. Bisa kesini? Atau masih ada kuliah lagi?
📩 Bella Savrinadeya : Ini sudah selesai, bang. Deya kesana ya tapi ditraktir makan ya? Deya lapar.
📩 Bang Antonio : Ya sudah kamu kesini saja. Tenang, Abang traktir sepuasnya.
Antonio tersenyum membaca pesannya yang macam anak ABG jatuh cintrong. Beneran deh kalau Luke dan Leia tahu, bisa habis aku kena ejek!
Antonio masih senyum - senyum sendiri macam orang gila, terkejut ketika sebuah tepukan lembut terasa di pundaknya. Pria itu menoleh dan tampak wajah ayu Savrinadeya disana.
"Duduk, Deya" senyum Antonio sambil berdiri dan mempersilahkan Deya duduk.
Terimakasih.
"Hah?" Antonio menatap bingung.
"Thank you" jawab gadis itu dengan nada celad.
"Oh, sama - sama. Kamu mau pesan apa terserah" ucap Antonio sambil menscan ponselnya ke papan QR code untuk memesan makanan. "Pilih sendiri." Antonio menyerahkan ponselnya ke Savrinadeya yang langsung memesan makanan yang diinginkannya.
"Sudah?" tanya Antonio sambil menerima posnelnya dan Savrinadeya mengangguk.
Savrinadeya lalu mengambil sebuah buku notes dan bolpoin dari dalam tasnya. Gadis itu menuliskan sesuatu disana dan menunjukkan ke Antonio.
Bang Antonio tidak pulang ke Turin? Memangnya di Washington terus?
Antonio tersenyum. "Kan Abang cuti, Deya. Abang keliling kemarin, liburan sebentar."
Savrinadeya menulis lagi lalu menyerahkan ke Antonio
Bang Antonio kok tambah kurus? Makannya nggak teratur ya?
Antonio melongo. "Hah? Deya, kalau Abang bilang ini, kira-kira kamu marah nggak?"
"Abang mau bilang apa?" tanya Savrinadeya serius.
"Kalau Abang bilang suka sama Deya... Gimana?" Antonio menatap serius ke arah gadis yang duduk di hadapannya.
Savrinadeya terkejut dan pipinya merona.
"Abang nggak salah?"
"Hah? Salah apanya Deya?"
Savrinadeya menghela nafasnya berulang lalu menulis di notesnya lagi.
Abang dan Deya beda usia jauh lho. Lagipula Deya kan masih kuliah, Deya juga masih muda, Deya tuna rungu. Bang Antonio bisa mendapatkan yang jauh dari Deya...
Antonio membaca tulisan itu dengan wajah cemberut. "Deya, Abang itu sukanya sama kamu kok disuruh suka sama cewek lain sih?"
Giliran Savrinadeya yang melongo. "Bang..."
Suara Savrinadeya terhenti ketika pelayan membawakan semua pesanan gadis itu dan Antonio melongo melihat banyaknya makanan disana.
"Banyak sekali Deya?" Dalam hatinya Antonio meruntuk tidak melihat apa saja tadi pesanan gadis itu karena dia sudah langsung memesankan.
"Biar bang Antonio tidak kurus."
WHAAAATTTT?
***
Usai makan, Deya menatap Antonio dengan wajah masih tidak percaya kalau sepupu kakaknya ternyata menyukai dirinya.
"Bang..."
"Kalau kamu akan mengatakan beda usia kita sangat jauh dan kamu tidak pantas untukku dan bla bla bla lainnya, aku tidak mau dengar Deya. Justru aku yang merasa tidak pantas untukmu, tapi aku tetap nekad."
Savrinadeya cekikikan mendengar kalimat terakhir Antonio lalu menuliskan lagi di notes nya.
Kenapa nekad?
"Karena hanya kamu yang membuat aku bisa merasakan lagi bagaimana rasanya jatuh cinta, Deya. Kamu tahu, aku merasa aku bakalan menjadi bujang lapuk macam George Clooney, illegible bachelor Hollywood, tapi toh dia akhirnya menikah juga setelah menemukan pasangan yang pas. Dan aku merasa seperti itu, Deya saat aku melihatmu pertama kali di acara wine tempat Oom Jendra. Jujur aku tidak tahu kalau kamu separuh usia aku karena sikap kamu yang anggun dan dewasa..."
Wajah Savrinadeya menjadi memerah mendengar ucapan pria matang dihadapannya.
"Bang Antonio tidak sedang merayu gombal kan?"
Antonio hanya bisa memegang pelipisnya. "Deya, bang Antonio sudah lupa caranya merayu gombal. Apa Abang harus bilang 'Oh Deya, kekasih hatiku, apakah kau masih saja tidak percaya dengan semua ucapan ku?' Iya? Harus bilang begitu Deya?"
Savrinadeya tertawa mendengar Omelan Antonio yang sok dramatis lalu dia menulis lagi.
Bang Antonio lucu tapi Deya masih kaget.
"Pelan-pelan Deya, Abang juga pelan-pelan suka sama cewek remaja. Kamu tahu, rasanya Abang macam Oom Rama saja sama kamu..."
Kali ini Savrinadeya tidak bisa menahan gelaknya. Gadis itu tertawa terbahak-bahak yang membuat Antonio senang melihat wajah cantik itu tampak senang.
"Deya, Abang itu serius lho."
Savrinadeya tersenyum manis. "Dilihat saja nanti bang."
Antonio tersenyum lebar karena dengan itu masih ada harapan dengan hubungannya bersama Savrinadeya.
"Lusa Abang kembali ke Turin. Kamu jangan lirik-lirik pria lain ya!"
Savrinadeya cekikikan. "Abang tuh..."
"Kita tetap komunikasi ya Deya."
Savrinadeya mengangguk.
***
Turin Italia
Sebulan sudah Antonio kembali ke Turin dan Leia pun sudah datang dari Tokyo setelah menyelesaikan urusannya disana. Melihat sepupunya sedang asyik di depan layar MacBook nya menggunakan airpods, gadis itu pun ingin tahu apa yang sedang dilihat oleh sepupu prianya.
"Bahasa Isyarat? Seriously Tomat! Kamu mempelajari bahasa isyarat?" seru Leia tidak percaya melihat Antonio tampak serius.
"Kenapa sih Lele? Suka-suka aku dong!" balas Antonio judes.
"Jangan bilang... Oh my God! Kamu tetap mengejar Deya?" Leia menutup mulutnya dengan tatapan tidak percaya.
"Memang kenapa?"
"Mie keriting, Deya masih ABG!"
"Tapi kan bakalan calon wanita."
"Kamu mau nunggu sampai kapan? Nanti punyamu bakalan karatan lho!" ejek Leia.
"Sampai Deya usia 20 tahun dan aku tidak masalah menunggu" jawab Antonio tegas.
Leia hanya melongo.
***
Yuhuuuu Up Sore Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Sandisalbiah
kala cinta menggoda ya Antonio... gak peduli walau di bilang pedofil... maju terus.. 🤭🤭
2024-01-22
1
ꍏꋪꀤ_💜❄
langsung ke intinya dung
2023-07-26
1
Diana Budhiarti
ya ampun Lela...masak ada burung yg karatan...sich
2023-06-04
1