Gallaudet University
Rama dan Astuti bersama dengan kedua anaknya, Savrinadeya dan Devan, tiba di kampus tempat putrinya hendak kuliah. Savrinadeya menurut rencananya akan tinggal di asrama selama kuliah.
Meskipun Rama merasa khawatir tapi Savrinadeya meyakinkan ayahnya agar memberikan kesempatan untuk hidup mandiri dan menjadi dewasa.
Apa kamu yakin di asrama? Tidak mau Daddy Carikan rumah atau apartemen dekat sini? Dan pasti dikawal? tanya Rama ke putrinya yang karakternya semakin mirip dengan Oma buyutnya Rain Reeves.
Yakin Daddy. Savrinadeya tersenyum ke arah ayahnya. Apa gunanya aku belajar bela diri dan menembak?
Kamu membawa PPK mu ? Astuti menatap horor ke putrinya. Meskipun Astuti mengijinkan Savrinadeya berlatih menembak, tapi dirinya tetap tidak mengijinkan putrinya membawa pistol kemanapun.
Nggak mommy. Aku hanya membawa Baton. Kan pasti terdeteksi dengan scanner kalau aku membawa senjata api. Savrinadeya tahu bahwa Astuti sangat khawatir pada dirinya.
Devan menatap kampus tempat kakaknya akan kuliah dan dia sangat setuju jika Savrinadeya kuliah disini karena lebih memudahkan untuk berkomunikasi.
"Dad, bukankah itu bang Antonio Bianchi?" Devan menowel bahu ayahnya.
Rama melihat Antonio yang sedang berjalan bersama dengan seorang wanita yang seumuran dengannya.
Ngapain sepupunya Blaze disini? Rama menatap pria Italia itu sedang asyik berdiskusi. Aku lupa, Antonio kan juga seorang dosen di Turin. Apa dia mau pindah kemari?
"Coba Daddy hampiri Antonio. Kalian jalan-jalan saja melihat kampus dan asrama Deya." Rama pun berjalan menuju Antonio.
"Antonio!" panggil Rama.
Antonio melihat Rama McCloud berjalan menghampiri dirinya segera memasang wajah serius. "Oom Rama. Christina, ini adalah..."
"Mr McCloud. Senang bertemu dengan anda." Christina Reynolds mengulurkan tangannya yang disambut oleh Rama sambil tersenyum.
"Profesor Reynolds. Apa hal keponakanku kemari ini?"
"Errr profesor Bianchi..."
"Melihat-lihat kampus yang diperuntukkan bagi kaum tuna rungu. See Oom, di kampus tempat aku mengajar tidak banyak mahasiswa yang berkebutuhan khusus Dan dengan mempelajari pola pendidikan disini, aku bisa terapkan jika ada mahasiswa ku yang kebetulan tuna rungu. Karena tidak banyak yang mau kuliah di kampus umum akibat kendala komunikasi." Alibi Antonio yang membuat Rama hanya mengerenyitkan alisnya.
Bukannya sekarang sudah banyak mahasiswa berkebutuhan khusus yang kuliah di kampus umum? Aku curiga deh! Rama hanya mengangguk saja tapi dirinya akan mencari tahu alasan sebenarnya pria itu.
"Mr McCloud, apakah anda sedang melihat asrama untuk putri anda?" tanya Christina.
"Iya benar. Deya sedang bersama mommy dan adiknya."
"Apakah sudah tahu lokasinya?"
"Deya sudah mendapatkan map nya tadi malam dan pasti sedang menuju ke sana. Saya permisi profesor Reynolds. Antonio, ikut saya." Rama menatap tajam ke arah pria Italia itu.
"Baik Oom. Saya sangat berterima kasih Profesor Reynolds. Sangat menginspirasi bagi saya untuk bisa diterapkan di Turin." Antonio menyalami Christina.
"Saya senang jika kampus kami menjadi contoh untuk kampus lainnya" senyum Christina.
Setelah berpamitan, dua pria beda usia itu berjalan menuju asrama yang akan ditempati Savrinadeya.
"Kenapa Deya tidak tinggal di apartemen atau rumah saja, Oom?" tanya Antonio ke Rama ketika mengetahui gadis yang diincarnya tinggal di asrama selama kuliah.
"Deya yang ingin tinggal di asrama. Dan Oom mengijinkan apalagi disini kan dunianya Deya, sesama penyandang tuna rungu. Mommynya juga mendukung Deya mandiri dan menjadi dewasa."
Antonio sedikit khawatir tapi dia tahu dia tidak berhak ikut campur karena dia sebatas sepupu ipar karena pernikahan. Tetap akan aku pantau dan kirim pengawal untuk mengawasi Deya.
Kedua pria itu berjalan sambil mencari asrama tempat mahasiswa baru akan tinggal. Rama bertanya dengan para mahasiswa disana dimana lokasinya dan membuat Antonio semakin ingin belajar bahasa isyarat dengan intens.
"Oom Rama. Boleh aku bertanya sesuatu?"
"Tanya apa Tonio?"
"Errrr saat Oom tahu Deya berbeda, bagaimana perasaan Oom?" Antonio menoleh ke arah Rama yang lebih pendek darinya yang 187 cm.
"Oom senang memiliki anak cantik dan istimewa karena saat Oom menikah dengan Tante Astuti, Oom sudah tahu resikonya. Dan Oom bangga dengan Deya, dia gadis yang boleh dibilang mirip dengan Oma Rain, lembut, tidak banyak rusuh macam Juliet, Garvita atau bahkan Arabella."
"Pasti yang naksir nanti banyak Oom" kekeh Antonio meskipun hatinya merasa cemburu melihat ternyata banyak mahasiswa yang good looking disana dan lebih muda darinya.
"Mau naksir silahkan tapi Deya sudah bilang sama Oom kalau dirinya tidak mau mencari pasangan yang sama dengannya."
"Maksud Oom?"
"Deya ingin mendapatkan pasangan yang normal dan menerima dirinya apa adanya seperti Oom memilih Tante Astuti menjadi pasangan Oom" senyum Rama. "Apa mungkin begitu ya? Anak perempuan pasti kiblatnya ke ayahnya sebagai cinta pertamanya."
Pasangan Deya itu aku Oom.
"Kamu sendiri ngapain kemari?" tanya Rama sambil menyelidiki wajah polos Antonio.
"Aku sedang ambil cuti besar Oom sekalian saja aku berkeliling Amerika ke kampus-kampus untuk studi banding tidak resmi. Lusa aku sudah ke Columbia dan Yale."
Semoga kamu jujur Antonio. Entah kenapa aku merasa ada timun di balik burger. Rama hanya mengangguk karena dirinya belum ada bukti otentik.
"Dad!" panggil Devan saat melihat ayahnya berjalan bersama Antonio. "Bang Tomat" cengir Devan.
"Reseh lu! Ikutan Leia kamu ya!" balas Antonio sambil memiting leher Devan yang cekikikan.
"Habis enak sih manggil bang Antonio Tomat" gelak Devan. "Kan aku banyak belajar dari trio kampret yang hobi ganti nama orang seenaknya nggak pakai mikir."
"Kutu kupret bener nih bocah!" gerutu Antonio judes sambil mengacak-acak rambut Devan.
"Dasar mafia! Galak banget!" sungut Devan sambil membereskan rambutnya.
"Yang mana kamar mbakmu?" tanya Rama ke Devan.
"Yang itu Dad. Mbak Deya dapat teman sekamarnya orang Indonesia. Cewek namanya Yunita."
"Oh syukurlah teman sekamarnya cewek. Soalnya Daddy takut temannya cowok. Bahaya!" ucap Rama.
Aku juga khawatir Oom. Awas kalau roomatenya cowok! Batin Antonio.
"Bang Antonio" sapa Savrinadeya dengan suaranya yang khas.
"Halo Deya."
"Antonio" sapa Astuti dan Antonio mencium punggung tangan wanita cantik itu. Kamu ngapain kemari?
"Study banding, Sayang. Kan Antonio dosen di Turin." Rama yang menjawab membuat istrinya mengangguk.
Deya. Panggil seorang gadis khas Indonesia keluar dari kamar asrama. Antonio melihat gadis manis itu keluar dengan wajah terkejut melihat banyak orang disana.
Maaf, saya tidak tahu kalau ada keluarga Deya.
Rama dan Devan hanya mengangguk tapi Antonio tidak paham apa yang diucapkan Yunita dengan bahasa isyarat nya.
Savrinadeya mengetik di iPad dan menerjemahkan ucapan Yunita ke Antonio.
"Ooohh bilang nya begitu?" Antonio menatap lembut ke gadis itu.
Bang Antonio harus belajar bahasa isyarat. kekeh Savrinadeya.
Antonio hanya tersenyum manis.
***
Yuhuuuu Up Sore Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Murti Puji Lestari
wah sudah langsung klaim saja si tomat
2024-11-28
1
Sandisalbiah
pr buat bang Tomat... pak dosen harus belajar bahasa isyarat demi calon jodoh..
2024-01-22
0
ꍏꋪꀤ_💜❄
misi terselubung om... mau deketin anak anda c tomat 😁😁😁
2023-01-03
1