Leia ke Turin

RR's Meal Hell's Kitchen New York

Antonio menatap wajah ayu Savrinadeya dan menurutnya, nama gadis itu sesuai dengan karakter nya. Deya tampak sangat dewasa bukan tipe perempuan yang aneh-aneh. Arti nama Savrinadeya sendiri adalah pembela kebajikan dari bahasa Sansekerta.

"Sepupuku tidak datang kemari?" tanya Antonio ke Nadira.

"Yang benar saja bang. Leia kan persiapan apartemen di Tokyo bareng Luke dan Oom Luca."

"Ah iya. Deya, boleh aku panggil begitu?" tanya Antonio ke Savrinadeya.

Deya mengangguk. Ada apa bang Antonio?

Nadira menerjemahkan ke Antonio.

"Cari makan yuk. Abang belum makan ini..."

Deya menatap Nadira yang melongo mendengar rayuan receh Antonio.

"Bang, Deya baru 15 tahun lho" kekeh Nadira.

Kali ini giliran Antonio yang terkejut. "Yang benar Dira? Dia tidak seumuran Eagle?"

"Nggak yaaa. Deya seumuran sama Juliet, Garvita dan Arabella."

Antonio semakin galau. Sekalinya tertarik dengan cewek, kenapa aku seperti Oom-oom pedofil?

Savrinadeya menatap Antonio. Jadi makan nggak bang? Deya juga lapar ini.

"Apaan Dira?"

"Jadi makan nggak bang? Lapar kita."

Antonio tersenyum. "Jadi dong! Yuk!" Pria Italia itu menghela Deya dan Nadira menuju tempat makanan berada. "Alexis, kita makan dulu."

"Sì Signor."

***

Savrinadeya memperhatikan bagaimana interaksi Nadira dengan Antonio Bianchi yang tampak akrab bagaikan sepasang kekasih kalau orang salah menilai.

Tapi jika dilihat lebih seksama, keduanya memang akrab sebagai kakak dan adik. Gadis berusia 15 tahun itu pun hanya tersenyum mendengar ejekan Nadira soal bujangan abadi ke Antonio.

"Really Dira? Kamu itu sangat membuat hatiku sedih. Aku belum punya kekasih karena sibuk bekerja apalagi kemarin kita dilanda resesi seluruh dunia. Kami bukan macam keluarga mu yang keuangannya aman, Dira."

"Eh, kita juga harus berhemat, bang. Yang penting semua pegawai mendapatkan gaji bulanan meskipun harus dipotong."

"Iya tapi kalian cadangan devisanya kan kuat."

Alexis melirik ke arah Savrinadeya yang tersenyum tipis melihat keributan di hadapannya. "Signora Savrinadeya, anda mau tambah lagi?"

Savrinadeya terkejut mendengar suara Alexis hanya menggelengkan kepalanya.

"Kamu tambah apalagi Deya? Bang Tonio ambilkan."

Deya menggeleng. Tidak terima kasih. Sudah cukup.

"Deya, kamu masih SMA?" tanya Antonio.

Tahun ini lulus dan akan kuliah di Gallaudet University di Washington DC.

Antonio melongo. "Oom Rama kasih ijin?"

Deya mengangguk. Aku sudah lolos ujian masuk kok. Ambil psikologi anak.

"Hebat!" puji Antonio dan Alexis bersamaan.

Savrinadeya hanya menunduk dengan wajah memerah membuat Antonio gemas dengan gadis ayu itu.

"Nadira, memang ada kampus khusus tuna rungu?" tanya Antonio bingung karena dirinya memang tidak tahu selain pekerjaan di kampus dan kilang anggurnya.

"Ada lah bang. Gallaudet itu kampus prestige untuk kaum tuna rungu. Aku kemarin mengantarkan Deya kesana bersama dengan Oom Rama. Kampusnya sangat tenang dan nyaris tidak ada suara sedikitpun karena semua mahasiswa nya adalah tuna rungu."

"Jadi harus menggunakan bahasa isyarat untuk mengobrol?"

"Iya dong bang."

Antonio mengambil ponselnya dan mencoba browsing universitas itu. "Apakah dosennya juga tuna rungu?"

"Most of them."

"Kenapa Deya tidak ambil kuliah di New York?" tanya Antonio.

"Karena yang di New York tidak ada jurusan psikologi" jawab Deya. "Aku ingin menjadi konselor anak-anak berkebutuhan khusus seperti aku."

Antonio menatap kagum ke gadis belia itu tapi memiliki pemikiran yang dewasa. "That's so awesome, Deya."

Savrinadeya tersenyum mendengar pujian Antonio.

***

Sejak pertemuan pertama kali dengan Savrinadeya, Antonio merasa dirinya jatuh cinta ke gadis itu.

Ya ampun tomat! Dia separuh usia kamu! Antonio menatap berkas tugas para mahasiswa nya dengan tidak konsentrasi. Wajah ayu Savrinadeya terpatri di otak dan matanya.

"Lama-lama aku bisa gila ini!" gumam Antonio.

Suara ponselnya berbunyi dan tampak nama Alexis disana. "Ya Alexis?"

"Signor, apa anda lupa kalau hari ini Signora Bianchi datang?"

Antonio menatap jam di mejanya. "Oh dang it! Aku lupa!"

"Itulah saya mengingatkan anda" kekeh Alexis.

"Duh, bisa ngamuk anak itu!" Antonio bergegas mengambil jaketnya dan keluar dari ruang kerjanya dan menguncinya.

***

Turin International Airport

Leia Bianchi menatap pemandangan kota Turin dari jendela pesawat yang membawanya dari Tokyo. Mulai hari ini, Leia akan membela tanah milik keluarga dari pihak ayahnya yang hendak diambil oleh keluarga Mancini.

Putri Luca Bianchi dan Emi Takara itu memilih maju untuk menghadapi Dante Mancini karena saudara kembarnya, Luke Bianchi, sudah diplot oleh kakek dari pihak ibunya, Takeshi Takara, menggantikan posisinya sebagai ketua klan Yakuza Takara di Tokyo.

Gadis yang kental darah Jepangnya itu menunggu hingga semua penumpang turun hanya karena dirinya malas berdesak desakan untuk keluar.

Dengan gaya santai dan percaya diri, Leia pun keluar dari pesawat menuju tempat kopernya sedang menunggu giliran di conveyor belt. Gadis itu menyalakan ponselnya dan melihat pesan dari Antonio yang masuk, mengatakan bahwa dirinya sudah menunggu di area kedatangan.

Setelah menunggu agak lama saat kopernya datang, Leia pun berjalan keluar dan gadis itu tersenyum melihat sepupunya.

"Hai cantik" sapa Antonio.

"Hai tampan" balas Leia yang langsung mendapatkan ciuman pipi dari sepupunya itu.

"Kita pulang?"

"Ayo lah. Aku lelah."

***

Mansion Bianchi Turin

"So, kabarnya kamu habis dari New York?" tanya Leia sambil makan siang bersama dengan Antonio. "Ketemu dengan Nadira dan Savrinadeya?"

"Iya. Dira menemani Oom Jendra karena Tante Aruna di Soho sedangkan Deya bersama Oom Rama. Katanya adiknya... siapa namanya?"

"Devan."

"Iya, Devan sakit radang tenggorokan. Jadi Deya yang menggantikan mommynya."

"Bagaimana pameran anggurnya?"

"Magnifico. Kami mendapatkan banyak pembeli baru dari luar New York."

"So, apakah kamu menemukan cewek cantik di New York?" goda Leia melihat wajah Antonio sedikit tidak nyaman.

"Short of..."

Leia melongo. "Really?! Kamu, bujang lapuk yang saingan dengan asistennya ogah mencari cewek, tertarik dengan gadis New York? Siapa itu Tomat? Ayo ceritakan padaku. Siapa tahu aku bisa membantumu."

"Nope. Kamu tidak mengenalnya Lele."

"Oh come on tomat! Masa kamu tega membuatku penasaran binti kepo yang bisa menjadi kebawa mimpi!" rayu Leia.

"Nggak ya Lele, aku tidak akan memberitahukan padamu!" balas Antonio galak.

"Whoah! Pak Dosen bisa galak juga ya." Leia terbahak lalu gadis itu memajukan tubuhnya di meja makan yang terbuat dari marmer. "Apakah Savrinadeya?"

Antonio langsung tersedak air putih yang sedang ditenggaknya.

Leia melongo. "What? Deya? Savrinadeya? Mie keriting! Dia masih kecil!"

Antonio hanya diam saja. "Jangan bilang ke Oom Luca dan Oom Rama, Lele. Aku masih mempelajari perasaan aku dulu. Apakah cuma sekedar naksir atau lebih dari itu."

"Oh my God! Aku tidak tahu apa reaksi Daddy dan Oom Rama kalau tahu kamu naksir Savrinadeya." Leia tertawa. "Ya ampun Tomat, she's a baby!"

Antonio hanya manyun.

***

Yuhuuuu Up Siang Yaaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Terpopuler

Comments

Murti Puji Lestari

Murti Puji Lestari

baru sadar bang 😂😂😂😂

2024-11-28

1

Sandisalbiah

Sandisalbiah

cinta itu gak bisa ketebak pd siapa bakal berlalu.. si tomat bertahan ngejomblo dgn alasan krn sibuknya dgn aktivitas pekerjaan.. sekalinya jatuh hati sama yg masih piyik... membagongkan bukan.. 🤭🤭

2024-01-22

1

ꍏꋪꀤ_💜❄

ꍏꋪꀤ_💜❄

hahaha tomat udah sma deya baru lahir 🤣🤣🤣

2023-07-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!