Dara sudah bolak -balik ke kamar mandi dalam waktu satu jam ini hingga membuat Mama Dara curiga.
"Kamu kenapa, Ra? Kayak lemes gitu? Mama lihat, sudah berapa kali bolak balik kamar mandi, dan tuh, wajah kamu pucat. Kamu sakit, Ra?" tanya Mama Dara pelan sambil menempelkan punggung tangannya ke arah kening Dara yang sama sekali tak demam, hanya saja terasa dingin.
"Gak apa -apa, Ma. Cuma buang air saja. Salah makan kayaknya," ucap Dara beralasan.
"Makanya jangan makan yang pedes -pedes. Biasany akamu gak suka makan pedes, ini Mama lihat dari siang kamu makan pedes aja, seblak sampai merah begitu, belumchicken karage level dua puluh lima, kamu itu bener -bener, Dara. Mau ke dokter?" tanya Mama dara pelan.
"Ekhemm ... Gak Ma. Gak perlu" ucap Dara dengan cepat membuat Mama Dara semakin curiga dengan sikap Dara yang tidak biasa ini.
Dara kembali berjalan menuju kamarnya. Kepalanya berputar hebat, tubuhnya terasa dingin dan sangat lemas hingga kedua kakinya terasa berat menopang tubuhnya yang mungil.
Brukk ...
Dara terjatuh dan tubuhnya tergeletak begitu saja di lanatai. Membuat Sang Mama cemas dan bingung.
Dengan gerak cepat, Mama Dara menelepon dokter untuk memeriksan Dara.
Suasana di kamar Dara begitu hening. Dara mulai sadar dan mebuka kedua matanya perlahan.
Mama Dara berada di pelukan Papahnya dan Sang Papah berusaha menenangkan Mamanya.
"Ma ... Dara kenapa, kok kepala Dara, pusing banget," ucap Dara lirih.
Dokter yang memeriksanya pun masih ada di sana dan duduk di tepi ranjang Dara. Dokter itu tersenyum lebar menatap Dara yang baru saja siuman dari tidur panjangnya.
"Masih pusing?" tanya dokter itu bicara kepada Dara.
Dara mengangguk kecil, mengiyakan ucapan Sang Dokter.
"Kamu harus banyak istirahat Dara. jangan stres dan jangan banyak kegiatan di luar rumah. Ingat di minum multivitamin dan obatnya, jaga asupan makanan kamu dan tetap makan -makanan yang bergizi. Jaga janinnya baik -baik," ucap dokter itu pelan
Deg ...
Rasanya jantung Dara mencelos setelah mendapat nasihat yang begitu menyentil jantungnya itu. Kedua bola mata Dara membola menatap dokter yang pergi begitu saja, dan berpamitan pulang.
Dara mengalihkan pandangannya kepada kedua orang tuanya yang seolah tak peduli lagi pada dirinya dan memilih pergi mengantarkan Sang Dokter dan menutup pintu kamar Dara.
Mata Dara basah, air mata itu langsung mengumpul di kelopak matanya. Sesak, pedih dan perih rasanya di perlakukan seperti ini.
ceklek ...
Papa dan Mama masuk ke dalam. Wajah kedua orang tuanya itu nampak sangat garang dan murka. Mereka begitu kecewa dengan hasil yang di berikan oeh dokter itu.
"Ma ... Mama sama Papa kenapa? Kok lihat Dara begitu?" tanya Dara ketakutan. Air matanya jatuh begitu saja di pipi dan diusap lembut dengan punggung tangannya. Dara berusaha bangkit dari tidurnya dan duduk menatap kedua orang tuanya yang masih menatap Dara dengan tajam.
Tanpa banyak bicara Mama Dara mendekati Dara dan menampar anak gadisnya itu dengan tamparan yang begitu keras dan membuat pipi Dara seketika perih.
Plak ...
Dara mengusap pipinya dnegan telapak tangannya. dara diam, tidak marah dan tidak membalas apa yang di lakukan oleh Sang Mama. Ia melihat alat te kehamilan yang tergeletak di nakas sebelah tempat tidurmya. Benar, itu milik Dara, yang Dara simpan rapi di laci meja belajarnya dan di gulung dengan tisuu dan di masukkan dalam kotak. Semua itu terbongkar tanpa syarat dan tanpa di minta.
Dara hanya bisa menundukkan kepalanya dan menatap selimut tebal yang menutup bagian kaki dan pahanya.
"Kamu hamil dengan siapa? Kairo?"tuduh Mama dara dengan asal dan suaranya begitu keras menggelegar seperti suara petir di tengah siang bolong.
Dara masih tetap diam tak menjawab. Ia tak mungkin menjawab dan bilang kalau Yoshua yang telah merenggut keperaanannya dan menyebabkan dara berbadan dua seperti sekarang ini.
"Kamu kenapa diam, Dara!! Klaau memang Kairo yang sudah melakukan ini. Mama mau datangi rumah orang tuanya, agar Kairo mau bertanggung jawab atas kamu dan bukan pergi meninggalakn kamu, seperti ini!! Dasar laki -laki jaman sekarang, anak gadis orang di rusak dan di tungglkan begitu saja, setelah benih itu di tanam," teriak Mama Dara tak terima dnegan semua perbuatan kairo kepada Dara. Ia menuduh Kairo karena hanya Kairo ynag selama ini dekat denagn Dara.
"Sudah Ma. Sabar dulu, Ma. Jangan ambil kesimpulan dulu, ma. Kita harus dengarkan cerita Dara dahulu," ucap Papa Dara dengan suara pelan.
Papa Dra lebih terlihat sabar di bandingkan Mama Dara, berbeda dengan Bunda Risa yang lebih terlihat bijak dan emnerima di bandingkan Ayah Deki.
"Sabar?!! Enak banget kalau Papa bicara? Sabar, Ma!! Papa gak ngerti perasaan Mama. Mama yang mengandung Dara selama sembilan bulan, melahirkan, mengurus dan merawat Dara dari kecil, mengajari Dara sampai dia bisa pintar, dan mendukung semua keinginannya agar Dara lebih sukses dan bisa mencapai semua cita -citanya!! Tapi apa? Semua pupus!! Semua hancur dan retak bagai kaca yang terjatuh dari atas dan hancur berkeping -keping," ucap Mama dara yang benar -benar sudah kecewa dan hancur hatinya melihat Dara tengah hamil di usia belia dan belum lulus sekolah. Tentu semua harapan dan cita -citanya akan hilang begitu saja.
"Tapi Ma ... Tidak perlu se -marah ini pada Dara. Ini sebuah kecelakaan, anggap saja ini ujian dalam rumah tangga kita. Kita gagal mendidik anak gadis kita," ucap Papa Dara yangleih legowo.
Tapi ketulusan dan keikhlasan Papa malah membuat hati Dara semakin merasa brsalah. Kebodohannya mencintai lelaki yang sama sekali tak mencintainya membuat hidupnya malh hancur. Dara di butakan oleh cinta. Mengagumi lelaki hingga ia mau menyerahkan mahkotanya karena cinta, karena janji manis. Namun, semua itu akal modus lelaki buaya seperti Yoshua.
"Apa? Kecelakaan? Mudah ya? Papa itu mudah banget bicara!! Apa kata orang pa? Tetangga? saudara? Kalau mereka tahu, Dara tengah hamil dan tak melanjutkan sekolah karena harsu melahirkan? Ghibah tetangga itu bikin kuping panas!! Papa gak akan paham soal itu!!" teriak Mama dara murka.
Dara pun langsung berdiri dan bersujud dikaki Mamanya. Ia berkali -kali meminta maaf atas kekhilafannya hingga hal yang tak di inginkan ini harus terjadi.
Mama Dara menahan sesak dankering kerongkongannya. tangisnya senagja ia tahan untuk lebih menguatkan hatinya didepan anak tercintanya.
ia hanya ingin dara sadar atas apa yang Dara lakukan itu sngatlah beresiko besar. kalau sudah kejadian seperti ini. Hanya da minta maaf dan penyesalan yang tak mungkin membalikkan keadaan seperti semula.
"Da -dara minta maaf Ma ... Pa .... Kalian berdua mau memaafkan dara kan?" ucap Dara terbata. Tangisnya sudah pecah. Dadanya sakit sekali mendengar kekecewaan Mamanya yang terus meracau atas keteledorannya mendidik Dara. Ia gagal menjadi Mama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Alya Yuni
Hade ibunya Dara bkannya tnya ank dulu e mlah nudu orng lain ankmu yg trllu goblok
2023-06-02
0